TRAVEL.SHOT.WRITE
Traveling With Passion,Shooting with Passion,Writing With Passion
Wednesday, June 22, 2016
RENOVATING
I'm doing some renovating and will be move to another website in oder to provide better information and travel experience as well as pictures.
I have been (mostly) living in a jet plane over months, go places, hoping from one to another destination. pack and unpack.
For update travel checked point, you may visit my instagram account @kenn_oy
Keep Calm and Pin The World!
Happy Traveling
Thursday, August 13, 2015
Living in Japan
How to survive living in Japan?
It’s something that’s crossed my mind before i moved to Japan to join the photojournalist programme and doing my internship with Japan Travel
( Crossing Shibuya, July 2015)
It’s something that’s crossed my mind before i moved to Japan to join the photojournalist programme and doing my internship with Japan Travel
( Crossing Shibuya, July 2015)
(Spring Time, March 2016)
Thursday, August 6, 2015
Geopark Ciletuh
(For GetAway!Magazine, July 2015 Issue )
&
( For Nam Air Inflight Magazine - Snapshot, July 2015 Issue)
&
( For Nam Air Inflight Magazine - Snapshot, July 2015 Issue)
Kawan saya,
seorang ahli geologi, yang bermukim di Eropa tiba-tiba mengutarakan
keinginannya untuk mengunjungi Indonesia dan perlu dicatat dia bukan ingin
mengunjungi Bali melainkan daerah terpencil yang bernama Ciletuh yang terletak
di kecamatan Ciemas, sekitar 30 km disebelah barat daya Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi. Saya sudah bisa membayangkan berapa lama perjalanan yang
akan kami tempuh karena dihadapkan pada persoalan infrastuktur yang belum
memadai plus bonus kemacetan terutama di akhir pekan.
Mungkin sudah lebih
dari 10 tahun lalu terakhir saya mengunjungi Ciletuh. Waktu itu ketika masih
aktif mengikuti olahraga paralayang dimana mendapat informasi mengenai adanya sebuah
bukit di daerah Ciletuh yang sangat ideal untuk dilintasi menggunakan parasut. Kalau
dulu kami kenalnya dengan nama Ciemas. Saya ceritakan sedikit kalau kita
terbang diatasnya itu seperti sedang melintas di atas amfiteater atau arena
pada masa Romawi kuno tempat gladiator bertarung dengan singa. Perbukitan yang
melingkupi tiga desa di bawahnya semakin ke belakang semakin tinggi, mirip
lingkaran kursi penontonnya.
Satu jam baru
saja bergeser dari waktu malam. Setengah mengantuk saya menyeret diri saya
sambil berusaha duduk tegak di dalam
land rover. Mengingat akses untuk mecapai tempat tersebut lebih banyak di
dominasi jalanan berbatu dan terkadang berlumpur tebal ketika hujan,
menggunakan kendaraan 4 wheel seperti landrover merupakan pilihan yang tepat.
Tidak perlu khawatir karena sekarang ini ada beberapa operator yang siap
mengantarkan kita yang tertarik untuk mengunjungi kawasan wisata itu.
Ya, kawasan
wisata. Mungkin itulah yang bisa digambarkan mengenai kawasan Ciletuh sekarang
ini. Desa Ciwaru tempat kami
beristirahat setelah berguncang-guncang selama 5 jam dari kota Sukabumi dini
hari tadi, dulunya hanya sebuah desa dengan hanya beberapa rumah yang memiliki
penerangan. Saya ingat keadaan dimana saya tak sabar menantikan datangnya pagi
karena merasa malam sangat lambat bergulir.
Ciletuh masih indah
seperti dulu, tentu saja, sekarang menjelma bagaikan kupu-kupu yang baru saja
menetas. Hamparan sawah, beberapa baru saja selesai
panen, meninggalkan genangan air di kubiknya, tertimpa sinar matahari pagi yang
mengusir sisa kabut semalam dan memantulkan bayangan dinding –dinding bukit
hijau disekelilingnya. Belum hanya itu, sebuah air terjun disalah satu dinding
bukit melengkapi landscape desa tersebut bagaikan sebuah taman di bumi. Kalau
dulu waktu SD saya bisa menggambar pemandangan seperti ini pasti nilai kesenian
saya bagus, kata saya dalam hati.
Tentu saja
sebutan taman bumi itu juga sesuai bila dikaitkan dengan awal terbentuknya
kawasan ini. Kawasan Ciletuh dikenal sebagai wisata geopark (taman bumi). Perlu
di ketahui bahwa sebuah kawasan yang dinyatakan sebagai geopark pada dasarnya
memadukan tiga keragaman alam, yaitu dari sisi geologi, nilai ilmiah serta
konservasinya. Untuk lebih mudahnya adalah kawasan yang memiliki warisan
geologi untuk dilestarikan sekaligus dapat diaplikasikan untuk strategi pengembangan
ekonomi masyarakat di sekitarnya, misalnya menciptakan lapangan kerja. Biasanya
adalah kegiatan pariwisata yang berkelanjutan.
Objek wisata
yang ada di kawasan Ciletuh dikembangkan bersama masyarakat setempat. Beberapa
masih susah diakses sehingga kita sudah cukup beruntung apabila bisa mendatangi
ke- 5 air terjunnya dari 9 air terjun yang ada di kawasan tersebut. Yang paling
terkenal tentu saja Curug Awang karena media sering memuat gambarnya. Salah
satu dari tiga buah curug yang berada di aliran sungai Ciletuh ini mempunyai
panorama yang sepintas mirip air terjun Niagara terutama di musim hujan
walaupun airnya berwarna coklat. Dalam bahasa local curug berarti air terjun. Dua
buah curug lain yang sama-sama berada dalam aliran sungai Ciletuh adalah Curug
Tengah dan Curug Puncak Manik. Untuk menuju ke Curug Puncak Manik aksesnya
lebih sulit lagi karena kita harus melintasi hutan. Tapi semua terbayarkan
karena menurut saya ini adalah curug yang paling indah dan lebih berkarakter di
bandingkan kedua saudaranya. Dengan dua buah undakan dan jatuh terlebih dahulu
ke sebuah kolam kecil sebelum jatuh ke aliran sungai.
Dari kelima
curug yang saya datangi, buat saya yang paling menarik adalah Curug
Cimarinjung. Untuk menuju kesana kita akan melalui jalan setapak yang semakin
lama berdinding batu. Gemuruh airnya sudah terdengar dari jauh. Kemudian tiba-tiba jalan menjadi buntu dan terpampang
megah di hadapan saya sebuah curahan air di dinding berlapis-lapis batu. Dengan
batu-batu besar berwarna merah kecoklatan dan lapisan tanaman bak karpet hijau yang tebal, tiba-tiba saya seperti
berada di Jurassic Park.
Kalau anda tidak
mau susah payah trekking, mengunjungi Curug Sodong adalah pilihan tepat. Ini
adalah salah satu air terjun yang paling mudah didatangi, bahkan land rover
kami bisa parkir tepat di hadapannya dan ikut merasakan cipratan airnya. Uniknya
air terjun ini memiliki satu jatuhan air di atas dan dua buah jatuhan air di bawahnya dengan cerukan
yang menyerupai gua di balik jatuhnya air.
Berbicara mengenai
banyaknya air terjun di kawasan Ciletuh tentunya tidak terlepas dari awal
keberadaan wilayah tersebut. Kawan saya menjelaskan bahwa sekitar 120 juta
tahun yang lalu ketika lempeng bumi mengalami pergerakan, begitu juga jalur
gunung berapi termasuk jalur gunung berapi bawah laut. Tidak hanya mengalami
pergerakan dengan cara bergeser namun kadang menyebabkan terangkat dan tenggelam di atas permukaan laut. Begitupun yang dulu terjadi pada kawasan, yang
oleh para ahli geologi, disebut sebagai Plato Jampang yang membentang dari
teluk Palabuhanratu di barat sampai Tasikmalaya di Timur. Area Ciletuh terjadi
oleh proses tektonik berupa reruntuhan dari Plato Jampang di bagian
selatan-tenggaranya, bersamaan dengan banyaknya sungai-sungai yang juga ikut
runtuh di dasar sebagai air terjun. Wow, saya demikian terperangah mendengar
penjelasannya. Pantas saja dia ingin sekali ke sini.
Kalau kita pergi
ke Puncak Darma yaitu salah satu bukit tertinggi di kawasan Ciletuh, kita bisa
memandang garis pantai panjang yang menyerupai tapal kuda dengan gradasi warna
perpaduan air sungai yang coklat dengan Samudera Hindia yang kehijauan dan
kemudian menjadi biru.
Tidak semua
objek wisata kawasan Ciletuh berada di daratan. Diantar nelayan setempat, hari
berikutnya kami menyewa perahu nelayan melintasi teluk Pelabuhan Ratu. Bertolak
dari pantai Palapang selain gugusan pulau-pulau kecil terlihat deretan bebatuan
volkanik bawah laut yang kini terangkat ke permukaan. Ada beberapa pulau yang
nantinya akan dikembangkan untuk daerah wisata, seperti Pulau Mandra dan Pulau Kunti.
Matahari sore
itu memunculkan sinar keemasan, mengurai langit dengan membaurkan warna-warna
senja. Saya duduk di dermaga memandang jauh ke arah laut lepas. Kalau kita
ingat cerita klasik Hans Christian Andersen, a Little Mermaid, mungkin dermaga
dan pantai ini adalah termasuk bagian istananya berjuta- juta tahun yang lalu
ketika berupa palung sedalam 7000 meter.
-------
0000-------
Akses menuju
Ciletuh :
·
Yang paling mudah tentu saja menghubungi tour
operator yang memang menyediakan paket khusus adventures ke Ciletuh.
Pertimbangannya karena mereka menggunakan kendaaran yang appropriate untuk
mengexplore wilayah tersebut. Selain kendaraan, mereka sudah mensuplai
akomodasi dan makan. Biaya berkisar mulai dari 700rb –
1.200.000/orang/3D2N/orang
·
Detail information
SEKRETARIAT PAPSI
(Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi)
Jl.Tamanjaya
No. 09 Rt.01 / Rw.02 Desa Tamanjaya Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi,
telp : +6281323341341
telp : +6281323341341
·
Opsi kendaraan Umum :
Jakarta
– Sukabumi : Bus
Sukabumi-Ciwaru : Elf
Subscribe to:
Posts (Atom)