Berada di tengah
Samudera Hindia, kurang lebih 150km dari kota Padang di propinsi Sumatera Barat menjadikan kepulauan Mentawai,
yang dibentuk oleh empat pulau yaitu
Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan dikelilingi
alam yang mengagumkan. Disinilah berdiam
suku Mentawai yang
hidup dengan mengandalkan hutan sebagai sumber kehidupan mereka selama
berates-ratus tahun.
Suku Mentawai memegang teguh kepercayaan aslinya yaitu Arat
Sabulungan. Mereka percaya bahwa segala sesuatu memiliki jiwa. Hewan,
tumbuh-tumbuhan, batu, air dan ada berbagai macam roh yang mendiami seluruh
alam semesta yaitu di laut, udara dan bahkan hutan belantara.
Tatoo atau melukis tubuh merupakan
ciri khas yang menjadi spirit hidup bagi suku Mentawai karena memiliki
hubungan erat dengan kepercayaan yang mereka anut. Tatoo bukan hanya
sebagai symbol yang menunjukan bahwa mereka adalah orang Mentawai , namun Tatoo
sudah melekat pada diri orang Mentawai dilihat dari fungsi sosialnya, kosmologis,
estetis maupun religious.
Secara umum, ada
enam macam motif tattoo Mentawai. Setiap motif dilukiskan di bagian tubuh
tertentu dan melambangkan symbol untuk menghormati roh dan kepercayaan yang
mereka anut. Motif yang pertama adalah yang terlukis di punggung, disebut juga Sarepak
Abak, yang menggambarkan keseimbangan dalam kehidupan, sebelum dan sesudahnya. Tattoo berupa Cadik
atau penyeimbang yang terdapat di perahu
(pompon)
yang merupakan alat transportasi mereka sehari-hari. Ini adalah tattoo yang
pertama dibuat ketika mereka mencapai usia 7 thaun. Motif yang kedua disebut Durkat/Dudukat, berupa
ranting dan batang pohon sagu yang juga menggambarkan sebuah Jaraik.
Jaraik adalah sebuah hiasan ukiran kayu khusus yang terdapat di setiap rumah
suku Mentawai yang proses pembuatannya cukup rumit karena banyaknya persyaratan
yang harus dipenuhi dan dipercaya untuk menjaga seisi rumah dari roh jahat serta
mengundang roh yang baik untuk masuk.
Bagian tubuh yang di tattoo Durkat adalah mulai dari pusar terus memanjang ke
dada hingga pipi. Dipercaya Tattoo ini adalah untuk mengusir roh jahat dan
tattoo ini dibuat sebelum mereka menikah. Paepae Sikaoenan yang menggambarkan
ekor buaya hanya di lukiskan pada lengan seorang pria dimana buaya merupakan binatang
keramat bagi suku Mentawai. Begitu juga
dengan Bouk motif yang hanya diperuntukan bagi pria, dilukis mulai
dari pinggul melingkar ke belakang pantat dan paha hingga ke lutut. Gai
Gai adalah motif berikutnya yang dilukiskan sepanjang lengan sampai
jari pada wanita dan pria. Motif yang terakhir adalah Saliou, baik pria maupun
wanita umumnya melukiskan motif ini di kaki hingga pergelangan kaki.
Adapula
perbedaan antara tattoo seorang Sikerei dan seorang pemburu. Tatoo seorang
pemburu biasanya bermotif binatang sementara seorang SIkerei dapat di kenali
dari tattoo ‘si balu-balu’ yang menggambarkan sekumpulan daun yang dirangkai
dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk rumbia pohon sagu.
Tattoo disebut
juga Titi dan hanya seorang tatoo artis atau disebut Sipatiti yang bisa
melakukannya. Alat yang digunakan tergolong sederhana yaitu berupa sebuah jarum
kecil berasal dari tulang binatang atau
duri tumbuhan lemon dan di pasang pada tangkai kayu disebut juga mabiau,
sebuah batok kelapa sebagai wadah tinta/pewarna yaitu berupa campuran daun
pisang, arang dari tempurung kelapa dan air tebu serta sebuah kayu sebagai
pemukul yang disebut lili’pat. Sebelum di tato tubuh akan
disketsa menggunakan tinta dan kemudian sketsa tersebut akan di tusuk dengan
jarum yang di pukul perlahan dengan kayu pemukul hingga pewarna meresap ke
dalam lapisan kulit.
Belakangan tradisi mentatoo di masyarakat Mentawai mulai hilang. Beberapa generasi muda sudah tidak lagi mentato diri mereka dengan alasan sakit. Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah maraknya penebangan dan penggundulan hutan di kepulauan Mentawai yang berakibat akan hilangnya kehidupan dan kebudayaan suku Mentawai.