( For Sriwijaya In-Flight Magazine Dec'13 issue)
"Selamat datang di negeri sejuta pelangi" begitu sapaan
ramah Uun, kawan saya yang siang itu menjemput saya di bandara Hanandjoedin, Propinsi
Bangka Belitung. Saya berpikir dia salah ucap, mungkin maksudnya negeri Laskar
Pelangi. Karena wilayah ini belakangan belakangan ramai di bicarakan sejak
cerita Laskar Pelangi karya penulis Andrea Hirata, yang berlatar belakang
suasana Belitung Timur, berhasil menarik
hati banyak orang.
Mobil yang kami kendarai bergerak ke arah timur. Ya kali ini saya
menuju Kabupaten Belitung Timur. Sepanjang jalan terlihat beberapa danau yang
menurut Uun itu sebenarnya adalah bekas pertambangan timah. Sejarah Kepulauan
Bangka Belitung tentunya tidak lepas dari pertambangan biji timah yang
diwariskan sejak jaman penjajahan belanda. Timah merupakan sumber daya alam
utama di pulau ini. Besarnya kandungan biji timah di daerah ini merupakan yang
terbesar dari beberapa daerah lain di Indonesia. Ada gurauan diantara penduduk
setempat mengingat saking kayanya tanah mereka dengan timah mereka rela
membongkar rumah tempat tinggal apabila di ketahui tanahnya mengandung timah
untuk dijadikan tambang timah.
Kami mampir ke sebuah bekas pertambangan yang dulunya dikelola oleh
perusahaan tambang Australia BHP Biliton hingga tahun 1989. Terletak di
kecamatan Kelapa Kampit, tempat ini merupakan sebuah bukit yang memiliki
potensi cadangan timah yang besar sehingga dibuat sebuah galian menyerupai
kawah tepat di puncaknya. Kami memarkir mobil dan berjalan kaki menaiki bukit. Bukit
itu sendiri bernama Gunong Kik Karak dan sekarang masyarakat mengenalnya
sebagai Open Pit. Dulunya ini adalah pusat penambangan timah
bawah tanah. Di sekeliling kawah terdapat banyak gua buatan manusia tempat
dimana batu-batu timah berasal. Saat ini sudah tidak ada lagi kesibukan
aktivitas pertambangan dan tempat ini seolah terabaikan namun saya masih
menemui beberapa penduduk lokal yang sedang melakukan penambangan secara
traditional dengan menggunakan wajan untuk memisahkan timah dari pasir yang tertinggal.
1 jam menempuh perjalanan kami tiba di Kecamatan Manggar yang
merupakan pusat pemerintahan kabupaten. Jejeran warung kopi di kanan kiri jalan
cukup menyita perhatian saya. Tidak salah, rupanya Kota Manggar telah
diresmikan oleh pemerintah setempat sebagai Kota 1001 Warung Kopi. Hampir di
setiap ruas jalan terdapat beberapa kedai kopi bahkan berdampingan dan uniknya
setiap kedai kopi selalu ramai oleh pengunjung. Rupanya di kedai kopi inilah
masyarakat Belitung Timur, khususnya kaum lelakinya, bersosialisasi. Kebiasaan minum kopi ini dijadikan ajang
untuk bersosialisasi dan bertukar informasi diantara penduduk yang rata-rata
merupakan penambang dan nelayan. Keistimewaan kopi Manggar adalah cara
penyajiannya dimana bubuk kopi dimasak bersamaan dengan air dan setelahnya
disaring sebelum siap disajikan.
Berhubung perut saya yang mulai keroncongan, Uun mengajak saya mampir
ke sebuah warung makan di belakang pasar. Tak lama di hadapan saya sudah
terhidang semangkok sop ikan dengan kuah berwarna kuning. Ini adalah makanan
paling rekomended se - Belitung,
namanya Gangan. Kuahnya yang berwarna kuning berasal dari kunyit. Rasanya pedas
manis dan di beri tambahan nanas untuk menambah rasa asam supaya lebih segar.
Ikannya yang biasa digunakan adalah ikan Ketarap , sejenis ikan Napoleon, sehingga
biasa juga disebut Gangan Ketarap dan tentu saja ikan yang masih segar
mengingat di Belitung adalah surganya buat pecinta seafood.
Puas menyantap Gangan, kami melanjutkan perjalanan menyusuri kota.
Udara cukup panas namun deretan pepohonan di kanan kiri rumah penduduk membuat
suasana tampak sejuk. Mobil yang kami kendarai berhenti di pinggir pantai,
tidak jauh dari pasar. Tidak ada batu- batu besar seperti typical pantai-
pantai di Belitung namun garis pantai yang
panjang membuat leluasa melepas pandangan ke segala penjuru. Hamparan pasir
putih yang lembut bersanding dengan gradasi air laut yang berwarna hijau muda sampai biru tua.
Tampak beberapa perahu nelayan traditional bersandar di salah satu sudut
pantai. Adanya jejeran pohon pinus disepanjang pantai membuat suasana menjadi
teduh. Pantai Serdang atau yang biasa disingkat Panser oleh penduduk setempat
merupakan pantai yang paling banyak di kunjungi karena letaknya yang berada di
tengah kota. Uun juga mengajak saya ke pantai dimana dulunya merupakan tempat
pengisisan bahan bakar kapal- kapal yang membawa hasil tambang ke luar
Belitung, Pantai Olie Pier. Sebuah jembatan yang terlihat sudah lapuk sepanjang
500m menjorok ke laut. Pantai ini letaknya tersembunyi di balik semak- semak
dengan air yang biru dan ombak yang yang begitu tenang.
Seperti mengerti rasa penasaran saya dengan pantai berbatu besar kami
berbalik arah memacu kendaraan menuju kecamatan Damar. Sebuah objek wisata
pantai yang terletak di lereng bukit dengan kontur pantai yang unik dengan
tidak banyaknya pasir melainkan di
penuhi bebatuan. Untuk sampai ke
pantainya kami melalui jalan yang sudah
di bangun dari semen. Bebatuan granit
berserakan mulai dari yang kecil sampai yang besar. Satu arah dengan pantai
ini terdapat pantai lain yang tidak
kalah indahnya yaitu Pantai Burong Mandi dengan pasir putihnya yang lembut
membentang disepanjang garis pantai.
Keragaman budaya juga tampak mewarnai objek wisata yang ada di
Belitung Timur. Terletak tidak jauh dari pantai Burong Mandi terdapat sebuah
tempat ibadat umat Buddha yaitu Vihara Dewi Kwan Im yang berdiri sejak tahun
1747. Dengan kontur tanah yang berbukit pengunjung dapat mencapai ruang utama tempat beribadah dengan
menaiki anak tangga. Selain benda-benda yang digunakan untuk beribadah,
didalamnya terdapat patung Buddha yang terletak di altar dan lukisan Dewi Kwan
Im. Dari teras vihara inilah kita bisa menikmati pemandangan yang mengarah ke
Pantai Burong Mandi.
Belitung Timur tidak hanya kaya dengan potensi alamnya namun juga
budayanya. Belakangan ini banyak tradisi yang memperlihatkan kebersamaan di
masyarakat yang tidak lagi terdengar gaungnya. Tidak demikian di Belitung
Timur. Siang ini kebetulan saya mendapat kesempatan untuk mengikuti tradisi
Bedulang atau makan bersama. Makan Bedulang adalah tradisi menyantap makanan
yang lauknya disediakan dalam wadah yang diletakan dalam nampan yang dititup
dengan tudung saji. Uniknya adalah setiap
4 orang duduk mengelilingi masing- masing nampan yang didalamnya berisi
piring kecil tempat masing-masing lauk di hidangkan. Tradisi ini melambangkan
kehidupan bergotong royong masyarakat Belitung dan biasanya dilakukan apabila
ada anggota keluarga yang akan menikah.
Kekayaan budaya di Belitung Timur kini juga menjadi aset pariwisata
untuk menarik wisatawan. Salah satunya adalah kesenian dan atraksi budaya. Beripat
Beregong adalah salah satu permainan ketangkasan yang masih di gemari oleh
masyarakat Belitung. Permainan ini dilakukan oleh dua orang pria dengan
menggunakan sebuah rotan khusus. Masing-masing pemain mengandalkan keahlian
menangkis dan memukul punggung lawan. Untuk menentukan pemenangnya dilihat dari
sedikitnya nya luka akibat sabetan rotan. Sebelum permainan dimulai, setiap
pemain menarikan tarian yang disebut 'Nigal' untuk mencari lawan tanding
diiringi musik yangdimainkan dengan alat traditional kelinang ( gamelan &
gong) serta serunai. Musik tersebut dimainkan diatas sebuah panggung yang
disebut Balai Paregongan.
Sambil menikmati seporsi Mie Belitung, mie kuning yang di siram
kuah udang dan ditaburi bakwan udang, irisan timun, potongan kentang rebus,
taoge dan emping, Uun mengatakan kalau saja saya berkunjung pada musim kemarau
panjang mungkin saya bisa menyaksikan tradisi unik masyarakat Belitung yaitu Nirok Nanggok. Tradisi adalah menangkap
ikan secara masal disungai yang airnya
surut dengan menggunakan alat berupa "tirok dan tanggok". Tirok
adalah semacam tongkat kayu yang dibagian pangkalnya dipasang mata tombak sedangkan
Tanggok adalah semacam raga yang terbuat dari rotan yang dijalin. Ini termasuk
acara yang bersifat sakral karena harus melalyui tahap- tahap dan peraturan
yang tidak boleh dilanggar. Biasanya dipimpin oleh seorang dukun. Mudah-mudahan
lain kali saya bisa mendapatkan kesempatan kembali ke Belitung Timur.
Belitung Timur mungkin belum sepopuler saudaranya Belitung Barat yang terkenal
karena banyak memiliki pantai berbatu besar ( granit). Namun alamnya
menawarkan kemilau warna yang tidak kalah menariknya ditambah keragaman seni
budaya yang ada. Wilayah yang baru 10 tahun menjadi kabupaten ini masih
tergolong sangat muda dan masih banyak perlu berbenah diri mengembangkan,
mempromosikan dan menjaga potensi keindahan alamnya yang beraneka macam mulai
dari landskap hingga budayanya yang beraneka ragam. Seperti yang Uun katakan,
sejuta pelangi memang ada di Belitung Timur.
No comments:
Post a Comment