(For GetAway! Magazine, May 2014 Issue)
“ I was here with Leonardo De Caprio”.
Saya tersenyum
membaca tagline sebuah biro pariwisata di Phi-Phi Don, sebuah pulau yang merupakan salah satu tempat di wilayah Asia
Tenggara yang keindahan alamnya tidak pernah habis dibicarakan dan selalu
memiliki magnet untuk menarik wisatawan datang. Phi Phi Don sendiri merupakan
bagian dari kepulauan Phi Phi yang letaknya diapit oleh Phuket dan daratan
Thailand serta menjadi bagian dari propinsi Krabi. Penduduk Thailand mengenalnya sebagai Ko Phi
Phi Don ( ‘ko’ berarti pulau). Phi Phi Don merupakan satu-satunya pulau berpenghuni
dimana 80% orang penduduknya menganut ajaran muslim. Bisa dipastikan ketika seseorang mengatakan
dia tinggal di Phi Phi Island pastilah yang dimaksud tinggal di Phi Phi Don.
Ada dua
alternative untuk menuju ke pulau ini, dari Phuket atau dari Krabi. Keduanya
kurang lebih sama jaraknya, namun kebanyakan orang memilih lewat Phuket karena
lebih banyak pilihan dan kota Phuket juga lebih hidup di bandingkan Krabi. Menggunakan
ferry dari Phuket menjadi pilihan saya dalam perjalanan menuju Phi Phi . Kebetulan
saya sudah membeli tiket ferry secara online meskipun banyak sekali tour agen
di Phuket yang menjual wisata ke Phi Phi Island. Paketnya sendiri beragam, paket
one day tour adalah paket Phi Phi- Phuket dimana kita langsung diajak
berkeliling kepulauan Phi Phi dalam sehari sedangkan paket yang kedua adalah
one way trip dimana tiket kepulangannya bisa kita beli langsung di Phi Phi Don.
Harganya bervariatif antara 700Bath hingga 1500Bath. Setiap penumpang nantinya di
beri stiker di dada sesuai dengan tujuan yang mereka pilih.
Berlabuh dari
Rasada Pier di Phuket Town, kapal yang
berpendingin udara ini di lengkapi dengan kabin yang luas dan bersih dimana
pada setiap kursinya dilengkapi lifevest dan juga termasuk fasilitas free
coffee/ tea dan snack. Ruangannya terbagi tiga. Lantai paling atas yang merupakan dek terbuka di penuhi para
“bule” yang ber-sun bathing dan tentu
saja saya memilih berada di lantai teratas karena ingin menikmati pemandangan
sepanjang perjalanan yang benar saja membuat saya seringkali berdecak kagum. Tebing
tebing carst kehijauan disepanjang perjalanan menuju Phi Phi Don bermunculan seperti
susunan halma, berdiri kokoh dengan laut jernih sebagai alasnya dan langit biru
yang menaunginya . Tak tahan rasanya ingin segera menceburkan diri dan menjadi
objek yang menyatu dengan lukisan alam tersebut.
Sekitar dua jam
jam ferry yang membawa saya dari Phuket akhirnya merapat di dermaga Phi Phi
Pier. Sebuah bangunan Tourist Information Centre menyambut kedatangan saya di gerbang pelabuhan dan seketika suasana liburan
langsung terasa. Di pulau ini tidak ada kendaraan lalu lalang. Jalannya berupa
paving blok dan kita cukup berjalan kaki atau menyewa sepeda untuk berkeliling. Kebanyakan bangunan yang berada di pulau ini
berkonstruksi kayu dan mayoritas menjual aneka kebutuhan turis. Ada dua buah
pantai di Phi Phi Don. Ton Sai Beach tempat dimana ferry kami bersandar adalah
salah satu daerah ter-crowded. Mulai
dari hotel, restoran dan cafe,
toko-toko, operator diving dan biro pariwisata kebanyakan berpusat di sini.
Boleh dibilang ini adalah tourist centre yang sesungguhnya.
Seafood tentu
saja menjadi menu utama untuk mengisi perut terlebih dahulu. Tanpa berpikir
soal kolesterol saya memesan sepiring lobster bakar yang awalnya masih dalam
keadaan hidup dan langsung diolah ditempat. Di tambah sejuknya air kelapa
dingin yang mengalir di kerongkongan cukup sudah asupan tenaga untuk untuk
berjalan-jalan di sekitar pulau.
Di Loh Dalum Beach
yang merupakan pantai kedua di pulau ini memiliki garis pantai yang lebih panjang , dengan air yang dangkal bahkan
ketika kita sudah berjalan cukup laut ke tengah dari bibir pantai. Di pantai
ini kebanyakan turis menghabiskan waktu dengan berenang ataupun sekedar bermain
di pinggir pantai. Seperti halnya saya yang akhirnya tergoda untuk berkenalan pertama
kalinya dengan air laut Andaman alias berenang di tengah udara yang cukup
panas.
Phi Phi View
point merupakan tempat tertinggi di Phi Phi Don. Ini sebenernya merupakan jalur
evakuasi ketika terjadi tsunami. Saya tiba di sebuah pondok yang tidak
berpenghuni setelah setengah jam pertama mendaki dengan menggunakan tangga yang
cukup melelahkan. Spot ini dirancang
seperti taman dengan banyaknya tanaman bunga sehingga kita bisa istirahat
sejenak. Berikutnya merupakan jalan
setapak berupa semen dan di kelilingi pepohonan. Buat yang menyukai hiking, Phi Phi View Point
sangat sepandan dengan pemandangannya yang luas kearah lautan lepas. Kedua
pantai tadi bahkan terlihat sangat jelas. Biasanya pengunjung diminta untuk
turun sebelum hari gelap karena disepanjang jalan tadi tidak disediakan
penerangan.
Matahari masih
ramah ketika pagi ini tanpa beralas kaki saya menuju pinggir pantai dimana
longtail boat yang akan membawa saya menuju Maya Bay sudah siap. Beberapa turis
juga termasuk dalam rombongan kami. Biasanya tujuan utama turis berkunjung ke
Phi Phi Island adalah menuju Maya Bay.
Dengan harga yang reasonable
sudah mencakup transportasi menggunakan long tail boat, sewa peralatan
snorkeling dan makan siang. Tidak perlu
khawatir kalau belum memiliki tiket karena banyak sekali yang menawarkan tiket
tour ke Maya Bay. Tiket itupun baru saya beli kemaren sore di Phi Phi Don karena
tergiur dengan brosur-brosur yang mereka tawarkan. Dengan long tail boat
kira-kira membutuhkan sekitar 30 menit
sementara alternative lain yang
lebih cepat adalah dengan menyewa speed boat yang tentunya harganya lebih
mahal. Menuju Maya Bay dengan rombongan memang sebaiknya di lakukan dipagi hari
karena begitu siang tempat ini akan ramai oleh rombongan kapal lain dari mulai
cruise sampai speed boat sehingga terkadang cuma ada sedikit space dan waktunya
lebih singkat karena kita harus bergantian.
Perahu perlahan
bergerak dalam ketenangan air laut, sedikit terpesona saya mengamati perubahan
gradasi ketika perahu kami melintas. Mulai dari biru tua, biru muda hingga
berwarna kehijauan. Sepanjang perjalanan pihak travel membawa kami melewati
tebing-tebing karst yang sangat indah
Maya Bay
terletak di pulau kedua terbesar yaitu Koh Phi Phi Leh dan mempunyai pantai
sepanjang 200 meter yang berpasir lembut putih bagaikan tepung gula. Letaknya
tepat menghadap ke arah teluk dan tampak seperti kantung yang tersembunyi
dengan tebing krast kehijauan di sisi kirinya. Tebing-tebing kehijauan itu
memantulkan bayangannya pada kejernihan
air laut, bercermin seolah bangga akan keelokannya. Sinar matahari yang
menerpanya justru membuatnya semakin kilauan.
Maya Bay mungkin
berhasil memikat para fansnya ketika menjadi “movie star” dimana semenjak itu
ribuan turis berbondong-bondong datang setiap harinya selama musim panas.
Selama jam turis yaitu sekitar pukul 10.00 sampai 03.00 sore tempat ini luar
biasa riuhnya. Banyak sekali kapal hilir mudik mengangkut wisatawan baik itu
longtail boat, speedboat hingga ferry yang saya tumpangi dari Phuket kemaren.
Beberapa kapal juga terlihat di bibir pantai, menunggu penumpangnya. Ada yang
sedang berenang, snorkeling atau hanya berfoto-foto. Luasnya sekitar 60km
persegi dan tidak berpenghuni. Hanya ada sebuah pondokan yang menjual minuman
dengan fasilatas kamar mandi dan sebuah pondok penjaga. Untuk singgah disini
biasanya turis dikenakan tambahan lagi dengan alasan bahwa Maya Beach termasuk
tempat wisata yang di lindungi. Kalau berharap bisa melihat Maya Beach seperti
yang tampak di film The Beach, saya sarankan lebih baik menyewa boat dan datang
di sore hari.
Boat yang saya
naiki terus melaju dengan laut biru Andaman sebagai panggungnya dan dengan tebing-tebing karst yang menjulang
gagah sebagai penontonnya. Angin yang berhembus menggeraikan helai rambut
bagaikan seorang bintang yang sedang berakting. Dari Maya Beach perahu berputar
melewati Loh Samah Bay. Terletak di sisi
timur Phi Phi Leh dan popular untuk kegiatan snorkeling atau night diving. Loh Samah Bay dipisahkan dari
Maya beach oleh dinding kapur tipis yang memiliki lubang sehingga memungkinkan bagi kita untuk
melaluinya
Buat saya Pileh
Cave lebih membuat kagum. Seperti halnya Maya Bay, Pileh Cave merupakan bagian dari Phi Phi Island National
Park. Dari jauh perahu yang saya tumpangi tampak seperti akan memasuki sebuah
pintu dengan dua bukit limestone sebagai gerbangnya, seperti busur panah perahu
di tuntun memasuki sebuah teluk kecil tersembunyi dengan airnya bening
kehijauan bagaikan emerald dan menampakan gugusan karang di bawahnya. Teluk
sepanjang 300 meter ini dikelilingi limestone krast. Finally, disini saya bisa
melakukan snorkeling dan tentu saja saya harus berpuas diri snorkeling dengan
waktu terbatas karena mengingat banyaknya tail boat lain yang datang silih
berganti.
Perjalanan
berikutnya adalah merapat ke dinding sebuah gua bernama Viking Cave. Raja Thailand Bhumibol Adulyadej memberikan
nama Tham Phaya Nak untuk gua ini. Walaupun di dindingnya terpahat
gambar-gambar yang lebih menyerupai kapal bangsa Eropa namun entah mengapa nama
“Viking” kemudian menjadi lebih terkenal. Gua ini sekarang menjadi sarang burung wallet yang
jumlahnya ratusan. Burung – burung ini membuat sarang dari air liur mereka dan
secara berkala sarang tersebut dipanen dan kemudian dijual . Sup sarang burung
walet merupakan salah satu makanan favorit di restoran china. Menurut penduduk
setempat, bila panen tiba harganya bisa mencapai 20juta/kg. Wisatawan tidak di ijinkan untuk turun
sehingga saya hanya bisa melihat dari atas kapal. Ada satu penduduk local yang
sedang memancing dan menurut guide kami, orang itu akan menetap disana selama
kurang lebih sebulan sampai sarang burung wallet siap di panen. Berminat?
Di ujung
tenggara Loh Dalum terdapat teluk tersembunyi yang merupakan rumah bagi koloni kera.
Monkey Beach, sesuai dengan namanya di
huni oleh ratusan kera . Dalam perjalanan kembali ke Phi Phi Don kami dibawa
untuk mampir. Buat saya yang sering melihat kera dari dekat mungkin biasa saja,
tapi tidak demikian halnnya dengan rombongan turis-turis eropa itu. Mereka
tampak excited memberi makanan. Kera-kera
itu pun tidak kalah excitednya, tidak
segan-segan datang menghampiri wisatawan begitu kapal merapat ke pinggir
pantai. Saya sempat tertawa ketika terlintas pikiran ini adalah main atraksinya. Walaupun mereka jinak
tidak urung saya sempat khawatir juga melihat ke agresifan mereka.
Jelang petang
kami kembali ke Phi Phi Don. Seiring matahari meredup, kehidupan malam di Phi
Phi Island pun di mulai. Café-café menyebarkan berbagai brosur “party on the
beach”. Untuk sebuah pulau kecil, kehidupan malam di Phi Phi Don agak terlalu happening. Suara music bersahut-sahutan
dari beberapa café dan bar. Belum lagi hilir mudik turis diselingi percakapan
diantara mereka. Sungguh hidup. Di arena terbuka, sambil duduk dan membenamkan
kaki di pasir, saya memandang jauh ke tengah laut yang saat ini hanyalah tampak
seperti kumpulan air dengan bayangan gunung-gunung kecil menjulang, gelap dan
hanya sesekali kerlip lampu berpedar di
kejauhan. Siapa sangka pulau yang 10 tahun silam pernah disapu habis tsunami
ini, ketika matahari beranjak naik esok
hari nanti akan membuat setiap mata yang
memandangnya seolah lekat tersihir.
----000----
INFO
1 Transportasi
Flight : Jakarta – Phuket
Jakarta – Krabi
Feery Schedule :
untuk jadwal ferry
bisa dilihat di http://andamanwavemaster.com/
2 Penginapan
3 Waktu terbaik untuk berkunjung ke Phi Phi Island
adalah antara bulan November dan April. Menuju Maya Bay sebaiknya berangkat
pagi hari sebelum pukul 8.00 atau setelah pukul 5 sore.
1 comment:
Halo, mau tanya donk... kalo beli tiket ferry secara online dimana ya?
Post a Comment