Thursday, October 31, 2013

Friday, June 14, 2013

Halmahera, North Maluku

Sekilas Halmahera Tengah
Propinsi Maluku Utara secara administrasi terbagi menjadi 6 wilayah kabupaten dan 2 wilayah kota. Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Timur, Halmahera Selatan, Halmahera Barat, Halmahera Utara dan Halmahera Tengah.   Secara geografis Propinsi Maluku Utara berbatasan dengan Laut Halmahera di sebelah timur,  Laut Maluku di sebelah Barat, Samudera Pasific di sebelah Utara dan Laut Seram di sebelah Selatan, menjadikan wilayah ini dilintasi garis katulistiwa tepatnya di Kabupaten Halmahera Tengah. Roda pemerintahan propinsi untuk sementara ditempatkan di Kota Ternate walaupun ibukota propinsi sendiri terletak di Sofifi kecamatan Oba Utara, Tidore yang merupakan poros Pulau Halmahera, tepat di seberang Pulau Ternate.



Perjalanan ke Sofifi , Kepulauan Halmahera saya tempuh dari pelabuhan Kotabaru di Ternate, Maluku Utara. Lokasi pelabuhannya sendiri berada di balik pasar sekitar duapuluh menit dari bandara Sultan Baabulah. Begitu memasuki pasar saya segera disambut oleh para penyedia jasa angkutan laut. Harga tiket perorang untuk menyeberang adalah kisaran 50.000 rupiah dengan jarak tempuh 45 menit menggunakan speedboat. Kalau tidak mau menunggu terlalu lama kita bisa menyewa boat sekitar 250.000 dengan kapasitas 5-6 penumpang. 


(to be continue after published...)


Behind this tanned, I dont care...
its Halmahera, baby !!

june, 2013


Great Escape, Lake Toba - TeerSheet



( For Travel & Fotografi Magazine, August'13)

Laope au marhuta sada
Tung Sapola leleng nga mulak au
Di parjalangan ndang sonang au
Sai tu Pulo Samosir ma sihoal au



Alunan merdu anak buah kapal bertajuk “Dosroha” mengiringi perjalanan saya dari Parapat pagi ini menuju Pulau Samosir, sebuah pulau di tengah danau yang merupakan danau terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.  Hembusan angin sejuk dari pegunungan dan pantulan sinar matahari diatas permukaan danau serta deretan lembah dan bukit merupakan pemandangan yang membuat nafas saya sesekali berhenti.  Perjalanan darat yang baru saja kami tempuh selama kurang lebih  4 jam  dari Medan seolah-olah menguap begitu saja.


Adalah Danau Toba, sebuah danau vulkanik yang terletak di propinsi Sumatera Utara,  yang  diperkirakan terjadi karena letusan gunung berapi kurang lebih 75000 tahun yang lalu dimana letusannya membentuk kaldera dan kemudian terisi air. Dengan sisi terpanjang danau mencapai 100km dan lebar 31 km diatas area seluas 1145km2 dapat dibayangkan betapa luasnya danau tersebut. 
Berkunjung ke Danau Toba belum lengkap apabila belum mengunjungi Pulau Samosir.  Pulau unik karena terletak di tengah danau ini merupakan tempat yang wajib dikunjungi. Pulau Samosir diyakini sebagai derah asal suku Batak karena tepatnya di desa Pusuk Buhit kecamatan Sianjur Mulamula merupakan perkampungan suku batak yang pertama. Semakin unik karena di pulau ini juga terdapat dua buah danau yaitu Danau Aek Natonang di Desa Tanungan dan Danau Sidihoni di desa Huta Panmakohan Lumban Suhi.


Setelah mengarungi danau selama 45 menit akhirnya kami tiba di desa pertama, Desa Tomok. Desa Tomok bagaikan etalase Pulau Samosir. Objek wisata di Desa Tomok berkumpul disatu area dan dekat dengan pasar Tomok yang juga berfungsi sebagai pasar souvenir dan pusat oleh-oleh khas Samosir.  Bagi kalangan wisatawan, Desa Tomok  dikenal sebagai wisata sejarah dan situs budaya. Objek wisata yang terkenal adalah Museum Batak, Makam Raja Sidabutar dan rumah adat batak dengan patung Sigale-gale. Sesuai fungsinya rumah adat batak dibedakan menjadi dua yaitu yang berukuran besar disebut Rumah Bolon dimana di pergunakan khusus bagi raja beserta keluarganya. Sedangkan rumah adat yang berukuran lebih kecil disebut Siamporik yang merupakan kediaman para bangsawan. Didepan Rumah Bolon inilah biasanya patung Sigale- gale berada. Sigale-gale merupakan salah satu kebudayaan batak Toba yang dibanggakan. Konon menurut cerita boneka Sigale-gale dibuat untuk mengobati kerinduan sang raja terhadap putranya yang wafat karena sakit sehingga di buatnya patung yang wajahnya menyerupai anaknya yang bernama Manggale dan kemudian dimasuki roh sehingga boneka itu manotor ( menari) selama tujuh hari tujuh malam.  Pertunjukan Sigale-gale dapat dinikmati para wisatawan dengan iringan music traditional batak yang menggunakan alat perekam dan kemudian biasanya mereka berfoto bersama dengan menggunakan ulos ( kain traditional batak).



Dari desa Tomok, kami melanjutkan perjalan menuju desa Ambarita dengan menyewa motor, atau biasa di sebut kereta. Perjalanan menuju desa Ambarita tidak kalah indahnya. Disisi kiri perbukitan hijau menjulang tinggi dengan hamparan sawah menghijau menjadi alasnya. Benar-benar pemandangan yang menyejukan mata terutama bagi saya yang tiap hari harus dihadapkan pada pemandangan antrian kendaraan parkir alias macet. Di desa Ambarita tepatnya di huta ( kampong) Siallagan terdapat 8 buah rumah adat batak dan  yang menarik adalah Batu Kursi Raja Siallagan, yaitu seperangkat kursi dan meja yang di gunakan sang raja untuk bersidang atau mengadili sebuah perkara kejahatan. Pada jaman dahulu seseorang yang dianggap melakukan kesalahan fatal seperti membunuh atau memperkosa maka akan dikenakan hukuman penggal kepala. Batu kursi persidangan tersebut adalah salah satu bukti peninggalan sejarah terdapatnya hukum batak di huta Siallagan.
Berjarak kurang lebih 3km kami menuju desa Tuktuksiadong atau yang lebih dikenal dengan nama Tuktuk. Ini adalah salah satu desa dimana kita bisa menikmati pemandangan danau toba secara langsung dari tepinya. Tuktuk adalah semenanjung kecil di sebelah timur Pulau Samosir yang menjorok ke Danau Toba. Disini biasanya turis mancanegara memilih untuk tinggal. Kebanyakan bungalow, home stay di bangun dengan memiliki pelabuhan tersendiri sehingga memudahkan wisatawan yang ingin berwisata mengelilingi danau toba  baik menggunakan kapal, menyewa jetsky, menyewa cano ataupun berenang langsung ke danau. Tuktuk merupakan salah satu desa yang sudah maju dengan banyaknya penginapan, toko, cafĂ©, bar dan rumah makan serta penyewaan motor, sepeda dan adanya travel biro. Bisa dikatakan Tuktuk adalah primadonanya Pulau Samosir.

Kabupaten Samosir memiliki daya tarik tersendiri disetiap kecamatannya. Fokus wisata disini adalah seputar wisata alam dan wisata budaya. Selain yang disebutkan diatas sebagai tempat yang paling ramai dikunjungi wisatawan, di Pulau Samosir kita juga bisa mampir ke pantai Ambarita atau pemandian air panas di dekat kota Pangururan. Sejatinya Pulau Samosir memiliki banyak tempat wisata yang layak untuk dijelajahi.
Seperti halnya lagu riang yang dinyanyikan anak buah kapal, “ kemanapun pergi, Pulau samosir tetap yang paling kurindu “

Tips
Transportasi : Yang paling mudah adalah melalui Medan. Pilihan transportasi adalah menggunakan travel atau yang disebut taxi ( sejenis minibus Kijang atau Avanza) dengan rute Medan – P.Siantar - Parapat yang memakan waktu kurang lebih 4 jam dengan kisaran biaya Rp.70.000. Atau bisa juga menyewa mobil yang banyak terdapat di Medan dengan kisaran harga sewa 350.000 tidak termasuk bensin. Sampai Di Parapat, kita menyeberang menggunakan ferry dari pelabuhan ferry Ajibata atau Tiga Raja menuju Desa Tomok di pulau Samosir. Pelabuhan Ajibata di Parapat adalah yang paling ramai untuk menuju Pelabuhan Tomok di Pulau Samosir. Biaya perorangnya Rp. 5000 saja dengan waktu perjalanan 30 menit tidak termasuk menunggu antrian.  Sementara untuk kendaraan roda empat biayanya sekitar Rp.90.000 sudah termasuk penumpang didalamnya. Kita bisa juga menggunakan ferry yang di peruntukan bagi turis, kapal ini hanya mengangkut penumpang tanpa kendaraan bermotor , dengan biaya Rp. 20.000 dan biasanya ferry jenis ini akan singgah di setiap desa untuk menurunkan penumpangnya. Ferry seperti ini banyak bersandar di dermaga-dermaga kota Parapat. Apabila kita menumpang kapal turis ini kita akan dibawa melihat objek wisata Batu Gantung yang konon menurut cerita adalah seorang putri yang bunuh diri karena dipaksa menikah oleh kedua orang tuanya. Alternatif lain adalah melalui jalan darat Medan - Tele yang memakan waktu lebih lama sekitar 8 jam. Jalannya berkelok-kelok dan cenderung curam akan tetapi kita akan disuguhi pemandangan yang lebih indah. Ini adalah satu-satunya  jalan darat menuju pulau Samosir yang akan  melalui Jembatan Tano Ponggol buatan kolonial Belanda.
Transportasi yang umum digunakan di Pulau Samosir adalah menyewa motor atau yang biasa disebut kereta. Harga sewa motor perhari mulai 50rb. Bisa juga kita menyewa sepeda untuk berkeliling desa.

Penginapan : Sangat mudah mencari penginapan di Pulau Samosir. Berpusat di desa Tuktuk dengan harga yang relatif terjangkau. Biasanya penginapan di desa Tuktuk berupa resort yang langsung berhadapan ke danau. Penginapan berupa hotel juga bisa di temui di desa Ambarita.

Kuliner : meskipun sebagian besar makanan di daerah Toba tidak halal namun tidak perlu khawatir karena banyak sekali rumah makan muslim. Makanan khas yang perlu dicoba adalah ikan arsik dan mie gomak. Jangan lupa mencicipi sejenis mangga yang cuma ada di kota Parapat.
Signal Handphone dan internet dapat dibilang sangat bagus untuk semua operator bahkan didaerah terpencil sekalipun.  Penginapan disini rata-rata sudah menyediakan akses wifi.

Waktu berkunjung yang ideal adalah 3 - 4 hari. Untuk mendapat pengalaman yang lebih, cobalah datang dan pulang dengan akses yang berbeda.


Wednesday, May 8, 2013

Postcard from Mentawai

Apart from being the place with some of the best surf in the entire world, Mentawai is also a place to visit for enthusiastic adventurous travelers.  The  Mentawai are a tribe living in the remote rainforest of Siberut, the largest and northernmost of the Mentawai Archipelago about 150 km west of Sumatera, Indonesia.  The People of Mentawai have been living on 4 big islands, Siberut, North Pagai, South Pagai and Sipora.  The people live close to nature and isolated, and are characterized by their strong sense of animist spirituality. They have their own distinct language, culture and religion.




Day 1

Day 2


Day 3
I set off for Mentawai with the usual feeling I get before any of my trips, unexpectedness and a sense of the unknown. I left Padang's Bungus port at night and took the ferry called Ambu-ambu, this does not run every day, and departs from Padang's Bungus port for Mentawai's capital, Tuapejat  in Sipora district, with fares starting at IDR 100.000. The journey by boat takes around 10 hours, so be prepared. There are only a few cabins inside so you have to book unless you want to stand all night long in economy class where there is not even room to sit down. There are no signs of any stop over and the journey seems like eternity. 



Day 4


 Day 5


 Day 6


Day 7
whatever road I travel, it always leads back to you






Wednesday, May 1, 2013

A Fishing Village of Sunda Kelapa ( February 2013)









Sunda Kelapa, Old Harbour Jakarta ( February 2013)


Jakarta tidak hanya menawarkan gemerlap kota metropolitan &  modernasisasi namun juga keindahan masa lalunya. Salah satunya adalah Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi cikal bakal kota Jakarta. Pelabuhan bersejarah ini pada masa kejayaannya adalah merupakan pelabuhan terpenting dan terkenal sejak abad ke – 12 karena posisinya yang strategis sebagai pusat perdaganagn di Asia. 


Sejumlah kapal- kapal asing melakukan transaksi jual beli disini sehingga tidak heran bangsa Eropa berusaha untuk menguasainya. Walaupun beberapa kali pelabuhan ini berganti nama namun pada akhirnya kembali “Sunda Kelapa” digunakan sebagai nama resmi pelabuhan bersejarah ini. 



Pinisi atau kapal layar traditional  merupakan salah satu roda penggerak ekonomi di pelabuhan Sunda Kelapa. Meskipun saat inii jumlah pinisi telah banyak berkurang digantikan oleh kapal besi namun keberadaan pinisi  telah menjadi catatan sejarah bangsa yang tak terlupakan.

Kelangkaan Pinisi salah satunya adalah semakin berkurangnya bahan baku pembuatan terutama kayu yang berkualitas.  Pinisi memilik keseimbangan yang stabil ketika berada di tengah samudera. itulah sebabnya sampai saat ini pinisi masih di pertahankan untuk membawa barang dari daerah ke daerah lain. 

Afternoon Twilight at Mt. Merbabu ( Maret 2013)



Pic taken 13/3/2013 ; 6:20pm


Pic taken 13/3/2013 ; 6:13pm


Pic taken 13/3/2013 ; 6:12pm