(For Sriwijaya In-Flight Magazine, Oct'13)
Friday, November 22, 2013
Wednesday, November 20, 2013
Teluk Kiluan - TeerSheet
(For GetAway! Magazine, September'13)
Tak pernah ada kata berhenti untuk menyaksikan keindahan pantai di Indonesia. Salah satunya adalah Teluk Kiluan yang berada di barat daya Kota Lampung, tepatnya di Kabupaten Tanggamus Kecamatan Kelumbayan. Untuk menuju Desa Kiluan yang berjarak sekitar 90km dari Bandar Lampung memang tidak mudah. Jalan tidak beraspal, berbatu dan berkelok-kelok naik turun bukit adalah kenyataan yang harus di lalui jika ingin mengunjungi Kiluan.
Karena sampai
saat ini belum ada angkutan umum untuk menuju Kiluan sebenarnya cara yang paling
simple adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi, dan tentunya tidak
disarankan jenis sedan. Yang saya lakukan bersama teman- teman kemarin adalah
menyewa kendaraan. Setelah menempuh perjalanan dengan menyeberang Selat Sunda
selama 2 jam dari pelabuhan Merak Banten, kami tiba di Pelabuhan Bakauheni Lampung
dan perjalanan di mulai dengan menyusuri pesisir pantai di barat daya kota
Lampung menuju Teluk Betung hingga tiba di Pantai Cermin. Dari Bandar Lampung ke
Pantai Cermin memakan waktu kira- kira 2 jam. Bersiap- siaplah untuk off road
dari sini sampai Desa Bawang yang
merupakan gerbang menuju Teluk Kiluan. Beberapa petunjuk jalan sering kali kita jumpai. Anggap saja itu sebagai penghiburan bahwa sebentar lagi kita
akan sampai. Pemandangan sepanjang jalan cukup bervariasi, mulai dari
perkampungan dengan rumah panggung, hamparan sawah dan beberapa tambak udang
dan ikan.
Sedikitnya
setelah 4 jam akhirnya kami melihat juga
gapura bertuliskan “ Selamat Datang di Teluk Kiluan” dengan latar belakang Teluk Kiluan dan Pulau Kiluan.
Aroma laut mulai tercium. Memasuki Desa
Kiluan Negeri sebagai desa terakhir untuk menuju Pulau Kiluan yang terletak di
tengah teluk, saya agak sedikit heran melihat banyaknya sesaji dan beberapa bangunan pura.
“ 40 Kepala Keluarga disini beragama Hindu. Dan
mereka semua adalah keturunan dari
pendatang asli pertama di desa ini ” Pak Kadek, yang waktu itu menjabat sebagai Kepala Desa
menjelaskan. Pak Kadek sendiri berdarah Bali dan kami menjadikan rumahnya
sebagai tempat tinggal walaupun kami lihat ada sebuah cottage di ujung pantai .
Baru pada tahun 2007 desa ini mengalami pemekaran sehingga infrastuktur dan
fasilitas umum masih sangat minim. Beberapa rumah penduduk menggunakan generator.
Walaupun dengan kondisi yang serba minim ini namun tak membendung keinginan
para pelancong untuk mengunjungi Teluk Kiluan.
Selain panorama
alam yang mengesankan, hampir setiap pagi hari kawanan lumba-lumba beratraksi
di teluk ini. Ya, Teluk Kiluan tercatat
sebagai tempat habitat lumba- lumba
terbesar bukan hanya di Indonesia namun
di dunia. Sementara ini tercatat ada dua
jenis lumba-lumba yang terdapat di perairan Teluk Kiluan yaitu Turpiops
Truncatus atau lumba-lumba kepala botol. Ini adalah jenis lumba-lumba
yang sering mengawal perahu nelayan. Jenis
lainnya adalah Stenella Longirostris yang sering membuat gerakan melompat di
udara dan sering di sebut Spinner Dholpin.
Karena
lumba-lumba hanya muncul di pagi hari maka keesokan harinya kami sudah siap
dengan jaket pelampung. Deretan cadik ( jukung) , perahu traditional yang
ditempeli motor, berjejer rapi di tepi pantai siap mengantar kami ke tengah laut. Jukung ini
hanya muat menampung 4 orang termasuk pengemudi dengan membayar Rp.250.000/kapal.
Laut yang tenang
adalah yang disukai lumba-lumba yang hidup berkelompok. Perahu diarahkan ke
tengah samudera luas dan tidak beberapa lama terlihat puluhan lumba-lumba mulai
bermunculan seolah menyambut kami. Excited, mungkin itu rasanya ketika melihat mereka
bergerak lincah dan menari di samping perahu. Mereka tampak begitu
menggemaskan.
Waktu terbaik
untuk mengunjungi Kiluan adalah pada saat musim kemarau. Perairan yang hangat
menjadikan teluk ini sebagai jalur migrasi kawanan lumba-lumba ke Samudera Hindia.
Namun tidak perlu berkecil hati kalau
kita tidak bisa menemui lumba-lumba karena kita masih bisa menikmati pasir
putih di Pulau Kiluan yang terletak di
tengah teluk. Dari Desa Kiluan kita bisa menggunakan Taxi Jukung untuk
menyeberang dengan membayar Rp.10.000/org. Pulau yang dikenal juga dengan nama
Pulau Kelapa ini memiliki pasir putih alami. Airnya
berwarna hijau kebiruan dengan banyak terumbu karang, bintang laut dan berbagai
ikan hias. Snorkeling menjadi wajib hukumnya untuk menikmati semua keindahan
itu. Di Pulau Kiluan sendiri terdapat
sebuah cottage dengan beberapa kamar yang bisa ditempati 4- 5 orang/ kamarnya
dengan biaya sebesar Rp. 200.000/kamar. Ingin menikmati tidur di bawah langit
penuh bintang? Tidak usah khawatir. Kita bisa mendirikan tenda di pulau ini
dengan membayar restribusi sebesar Rp. 60.000.
Semua perjuangan
untuk mencapai salah satu pelosok di negeri ini terbayar dengan eksotisme Teluk
Kiluan yang mempesona. Dan tak
henti-hentinya saya bersyukur memiliki negeri yang indah ini.
Akomodasi:
Cottage di Desa
Kiluan, Pak Sarmin (081272283879) harga sewa Rp.300.000/malam, menyediakan
makan dengan biaya Rp.15.000/1x makan
Cottage di Pulau
Kiluan , Pak Choiril Anwar ( 081377695200)
Pak Dirham :
081369991340/ bang_dir@yahoo.com juga melayani pengantaran ke Teluk Kiluan
dengan kendaraan ELF berkapasitas 10 orang, biaya Rp. 600.000,-
-----0000-----
Tuesday, November 19, 2013
Sea Kayaking di Teluk Weda, Halmahera - Teersheets
(For GetAway! Magazine, September '13)
“Kamu tidak mahir berenang? Tidak usah khawatir. Laut disini hampir sama
tenangnya dengan kolam biasa” . Begitulah kira-kira bujuk rayu Rob,
sang pemilik Weda resort ketika melihat saya hanya tercenung memandangi
perahu panjang kecil dengan hanya sedikit bagian terbuka untuk tempat duduk dan
selebihnya tertutup rapat. Langsung saya
teringat menaiki perahu jenis serupa, terombang ambing menyusuri sungai ketika
memasuki belantara Mentawai beberapa waktu lalu. Itu saja dulu sudah membuat
saya gugup karena seolah-olah perahu tidak pernah seimbang dan cuma bisa pasrah
menyerahkan nasib pada tukang perahu.
Apalagi ini saya harus duduk sendiri menghadapi lautan luas dengan
gelombang yang ringan namun cepat.
“ Kano berbeda dengan kayak “ jelas Rob, pria berkebangsaan Belanda
yang sudah menjadi warga negara Indonesia dan pernah meraih penghargaan
Kalpataru atas jasanya menjaga keindahan bumi Halmahera. “ Seringkali orang menganggap Kano dan Kayak adalah sama terlebih
karena mereka digerakan dengan dayung. Kamu tidak perlu khawatir, Kayak
didesain agar bisa menyesuaikan keadaan sehingga apabila kamu terbalik bisa
langsung kembali ke posisi semula dengan cepat “. Well hello..kenapa harus
terselip kata-kata “terbalik”.
Sambil menerangkan
dia memperagakan cara menggerakan
dayung. Berbeda dengan kano yang hanya memiliki satu blade, kayak
memiliki dua blade yang fungsinya untuk menjaga keseimbangan. Ini juga sudah
diperhitungkan untuk menyesuaikan dengan bentuk kayak yang ramping.
Kurang lebih selama
15 menit mendengarkan penjelasan sang instruktur, saya mulai memberanikan diri
dengan memasang baju pelampung sebagai langkah awal. Ini merupakan salah satu
hal penting yang perlu diingat demi keselamatan dan mencegah hal yang tidak
diinginkan. Sambil berusaha melupakan kata-katanya tentang “terbalik” saya
membantu mengangkat perahu untuk membawanya ke air. Walaupun Sea Kayaking tidak
terlalu merepotkan karena tidak menggunakan mesin, bahan bakar atau pun layar,
tetap saja itu membutuhkan tenaga untuk membawa perahu yang kelihatan ramping
dan ringan dari daratan. Sempat terlintas di pikiran bahwa mengangkat
perahu mungkin bagian dari olah raga
tersebut .
Perahu tidak stabil
ketika saya memulai langkah pertama masuk ke dalamnya, namun ini adalah hal
yang wajar. Yang tidak wajar adalah ketika sudah duduk namun perahu masih
miring ke kanan ke kiri. Ini disebabkan postur tubuh ketika duduk tidak
benar. Setelah saya merasa seimbang dan
duduk dengan nyaman, kemudian saya mulai memegang dayung. Lima menit pertama
saya masih belum mampu beradaptasi antara menjaga keseimbangan dan mengarahkan
dayung dengan tepat.
Beberapa waktu
kemudian birunya laut dan segarnya angin laut membuat saya lupa kemana saya harus mengarahkan perahu. Disamping
karena saya sedang mengagumi diri sendiri berada di tengah lautan luas yang
seolah milik saya pribadi, saya mulai merasa seperti Freya Hoffmeister, seorang wanita penggila olahraga Sea Kayaking
yang pernah mengarungi lautan sejauh 15.000km mengelilingi tepi benua
Australia. Saat ini Sea Kayaking memang sudah menjadi salah satu daya tarik wisata bahari dan penggemar Sea Kayaking kebanyakan adalah
perempuan.
Berbicara keindahan laut di wilayah Indonesia Timur, rasanya tidak lengkap bila
tidak menyebutkan tempat yang satu ini. Terletak di kabupaten Halmahera Tengah
dan merupakan bagian dari propinsi Maluku Utara, Teluk Weda yang terletak di sebelah tenggara
pulau Halmahera merupakan salah satu pintu penghubung antara Samudera Pasifik
dan laut Seram Utara. Selain memiliki 20 titik selam dengan keindahan hayati
yang beraneka ragam, dimana tentunya surga bagi para pecinta photography
underwater, beningnya air di perairan Teluk Weda juga seringkali membuat saya
berhenti mendayung karena terpukau dengan keindahan terumbu karang yang
langsung bisa dilihat dari atas perahu. Saya juga berharap bisa bertemu lumba-lumba yang
sering muncul di perairan ini.
Saya tidak punya
kata yang tepat untuk menggambarkan nikmatnya mengarungi lautan dengan
menggunakan sampan kecil yang kita dayung sendiri. Saya hanya teringat
perkataan Albert Einsteen, “ Look deep
into nature and then you will understand better, “. Mungkin beginilah
rasaya ketika alam mulai menyatu dengan kita seperti halnya saya dalam perahu
kecil ini dan samudera luas yang mengitari kami. Diiringi cahaya senja Halmahera perlahan saya
mengarahkan perahu menuju pantai .
Tips Menuju Ke Sana
· Beberapa maskapai penerbangan seperti Sriwijaya
Air dan Lion Air melayani penerbangan
dari Jakarta ke Ternate. Dari bandara
Sultan Babullah Tenate menuju pelabuhan Kotabaru kurang lebih 20 menit
menggunakan ojek atau angkutan umum. Dari situ menyebrang dengan speedboat
sekitar 45 menit dengan biaya perorang 50.000. Apabila tidak mau menunggu
terlalu lama bisa juga kita menyewa
kapal seharga 300.000. Sampai pelabuhan Sofifi melanjutkan perjalanan darat 4 -
5 jam menggunakan mobil carteran kisaran sewa 700.000 untuk 7 orang penumpang.
Sebaiknya pergi berombongan untuk menghemat biaya transportasi
·
Penginapan http://www.wedaresort.com/
. Anda tidak perlu repot membawa segala peralatan karena pemilik resort sudah
menyediakan segalanya.
·
Mengingat rute yang panjang dan tentu saja
dengan pemandangan yang mempesona baik ketika di laut maupun di darat,
persiapkan perbekalan yang cukup selama di perjalanan. Banyak tempat- tempat
cantik yang bisa disinggahi sepanjang Sofifi menuju Weda sehingga perjalanan
tidak akan membosankan.
----000----
Pantai Selatan Yogya - Teersheet
(For GetAway!Magazine, October'13)
Sejak
lama saya merencanakan untuk menyusuri pantai - pantai di selatan Yogya yang kabarnya memiliki
panorama dan eksotika alam yang menawan. Bahkan di beberapa pantai- pantai
tersebut hanya sedikit yang pernah menginjakan kakinya di sana alias masih
perawan. Perjalanan menyusuri pantai
selatan Yogya melewati bukit- bukit
kapur dengan teras- teras karang yang
merupakan ciri daerah karst. Infrastuktur menuju kesana cukup bagus dan
mengendarai motor sebagai alat transportasi adalah pilihan yang tepat.
Setelah
kurang lebih 1, 5 jam melaju kendaraan, saya tiba di Pantai Baron. Pantai Baron
merupakan sebuah teluk yang dikelilingi perbukitan karst, disinilah tempat pertemuan
air laut dan air tawar yang berasal dari bawah sungai. Banyak aktivitas penduduk yang bisa kita lihat
disini. Beberapa orang tampak sedang bahu membahu menarik sebuah kapal nelayan
yang baru tiba. Hasil tangkapannya memang tidak seberapa banyak namun buat
cukup membuat saya excited karena
baru kali itu melihat hasil tangkapan segar langsung dari laut.
" sekarang ini musim tidak menentu.
Kadang hasil tangkapan banyak kadang sedikit " kata Pak Marno, seorang nelayan sambil
memperlihatkan hasil tangkapannya "
kalau laut sedang kencang otomatis kami tidak berani pergi ( melaut) terlalu
jauh"
Hasil
tangkapan kemudian dibawa ke tempat pelelangan ikan yang tidak jauh dari bibir
pantai. Pelelangan ini sekaligus dimanfaatkan sebagi tempat terjadinya
transaksi antara nelayan dan pembeli yang notabene kebanyakan pemilik warung-
warung yang tersedia di pinggir pantai yang juga merupakan tempat wisata
alternatif apabila berkunjung ke Yogya.
Saya
sengaja melewati beberapa pantai yang terlihat tidak ramai pengunjung. Pantai
Siung misalnya, Pantai ini cenderung lebih senyap. Begitu memasuki areal parkir saya disambut
pemandangan tebing dan karang yang tinggi. Jajaran tebing yang tinggi seolah
menantang untuk ditaklukan. Pasirnya putih dengan dengan air laut yang tenang.
Dibandingkan
ketika pertama kali saya mengunjungi pantai selatan yogya, kala itu hanya
beberapa pantai saja yang sudah popular, kali ini saya melihat sudah banyak
penginapan di sepanjang jalan. Rupanya banyaknya wisatawan membuat masyarakat
sekitar mulai menumbuhkan bisnis penginapan.
Polanya biasanya penginapan dan resto.
Hampir
setiap waktu terutama ketika musim liburan tiba, Pantai- pantai selatan yang
mayoritas memiliki ombak yang besar kerap kali menelan korban jiwa. Beberapa
orang masih meyakini bahwa ketika jatuh korban itu adalah keinginan penghuni
Pantai Selatan yang tersohor, Nyi Roro Kidul. Istilah mereka 'diambil' untuk
dijadikan panglima atau prajurit kerajaan.
“ Pantai - pantai disini itu sebenarnya istimewa.
“ kata salah satu nelayan yang siang itu saya jumpai sedang mengumpulkan sejenis
rumput laut di pinggir Pantai Ngobaran,
pantai berikutnya yang menjadi tempat persinggahan. Hamparan rumput laut
berwarna hijau dan coklat juga beberapa jenis binatang laut tampak muncul dari
sela- sela karang . Suara gemuruh ombak yang keras seolah- olah menjadi
nyanyian baginya. Tidak ada sedikitpun saya liat kecemasan di matanya ketika
gulungan ombak yang besar datang dan dari kejauhan , pecah jauh di pinggir
pantai dan kemudian seolah luruh di kakinya.
" sebenarnya itu hanya karena tidak
paham karateristik pantai- pantai disini saja " katanya " Disini, bahkan nelayan seperti saya sering mencari rumput laut
atau memancing hingga ke tengah, karena kami sudah mengerti bahwa daerah ini
aman ".
Daerah
aman yang dimaksud disebut Plataran, ombak yang datang menepi tampak merata dan
tidak sampai menghantam bibir pantai. Secara ilmiah dijelaskan bahwa kebanyakan
pantai selatan di Yogyakarta memiliki dasar laut laut yang curam yang oleh
penduduk setempat di sebut Lebeng,
ditandai dengan datangnya gelombang besar yang bergulung-gulung tanpa diikuti pecahnya ombak hingga ujungnya
menghantam bibir pantai dan menimbulkan lekukan yang menunjukan dasar laut yang
curam. Arus yang kuat akan berputar
menuju ke tengah laut dan akan menyeret siapapun yang berenang di area itu.
Misalnya
Pantai Parangtritis dikabupaten Bantul, selain paling sering di kunjungi
wisatawan karena jaraknya yang relatif dekat dan mudah di capai dari kota,
masyarakat Yogya dan sekitarnya meyakini bahwa Pantai ini adalah gerbang kerajaan
bawah laut tempat tinggal Ratu Nyi Roro Kidul yang merupakan penguasa pantai-
pantai selatan. Pantai Parangtritis merupakan salah satu tempat diadakannya
upacara Labuhan yaitu salah satu upacara adat yang ada sejak jaman kerajaan
Mataram berupa pemberian atau persembahan sesuai dengan kepercayaan bahwa di
tempat tersebut pernah terjadi peristiwa penting yang berkenan dengan para
leluhur raja. Walaupun yang menyelanggarakan adalah pihak keraton namun
masyarakat merasa ikut memiliki karena diyakini berpengaruh terhadap kehidupan
sosial dalam membina keselamatan,
ketentraman dan kesejahteraan khususnya masyarakat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Banyak
versi mengenai siapa Nyi Roro Kidul. Salah satunya adalah bahwa dia seorang
putri mahkota raja bernama Putri Kadita yang terkena penyakit dan akhirnya
dibuang oleh ayahnya. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah jelmaan salah
satu tujuh bidadari. Sementara menurut tradisi Mataram sendiri bahwa Nyi Roro
Kidul adalah seorang putri yang dikutuk dan dijadikan ratu roh halus dengan
istana di bawah laut. Tidak ada fakta yang kuat mengenai keberadaan Nyi Roro
Kidul. Namun masyarakat tetap meyakini adanya suatu revelansi antara pantai selatan dengan keberadaan
Keraton Yogyakarta. Keyakinan masyarakat terhadap keberadaan Nyi Roro Kidul
hampir selalu dikaitkan dengan keberadaan Panembahan Senapati sebagai salah
satu pendiri dan penguasa kerajaan Mataram.
Dalam penjelasan Babad Tanah Jawi secara tegas menyiratkan bahwa Nyi
Roro Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senapati untuk menjaga kerajaan
Mataram, para sultan, keluarga kerajaan dan masyarakat dari malapetaka.
Ada yang
menarik ketika kita perhatikan adanya sebuah garis imajiner antara Gunung
Merapi, Keraton Yogya dan pantai Selatan. Dan di dalam lingkungan Keraton
Yogyakarta sendiri ada sebuah bangunan yang dinamakan Sumur Gumuling, terletak
di dalam kompleks Taman Sari ( Istana bawah Air) yang di yakini sebagai tempat
bertemunya Sultan dengan Kanjeng Nyi Roro Kidul.
Beberapa
pantai di sepanjang selatan Yogya sebenernya saling berdekatan satu sama lain
namun dipisahkan oleh karang- karang yang hanya bisa di lewati ketika air
surut. Bahkan terkadang saya harus
menerobos semak dan perdu atau bahkan menyeberangi air surut sambil berjalan di
atas karang.
Lebih
dari 30 pantai di sepanjang selatan Yogyakarta yang rasanya tidak akan cukup
didatangi dalam waktu satu hari. Mulai dari Pantai Glagah di ujung barat hingga
Pantai Wedi Ombo di ujung Timur, mulai dari Kabupaten Gn. Kidul ( Baron, Kukup,
Krakal, Drini, Sundak, Indyanti, Sadeng dan sekitarnya), Pantai Selatan bantul
( Parangtritis, Samas, Kwaru dan sekitarnya) hingga pantai selatan Kab Kulon
Progo ( Trisik, Glagah dan sekitarnya) semua memiliki karateristik dan keunikan
sendiri . Sebagaimana
keistimewaan yang disandang daerah ini, Yogya
memang istimewa.
Info
Jakarta
- Jogya
hampir
semua maskapai penerbangan melayani rute ke Yogyakarta
kereta
api www.ptkai.co.com
Jogya
- Wonosari,
Bus
umum sampai terminal wonosari dilanjutkan dengan menyewa motor karena belum ada
transportasi umum menuju kesana.
Penginapan
- Omah Suket ( Rumah Keong)
0821.3525558/0817.279545
- Walet Guest House
0878-38601129/ 0821.33006501
Rp.500.000/malam/4 orang
- Joglo Watu Kelir
0819.0404.4481/0823.2737.7377
Monday, November 11, 2013
Bunaken - Teersheet
(For Sriwijaya InFlight Magazine, Nov'13)
"Kalo so di Manado nyanda afdol kalau ga ke Bunaken" perkataan ini paling sering diungkapkan begitu kita menginjak kota Menado. Tentu saja saya setuju dengan ungkapan tersebut. Itulah mengapa saya begitu excited ingin segera menyeberang ke pulau yang sudah tersohor sebagai salah satu spot menyelam terbaik di dunia. Ini kali kedua saya berkunjung ke Menado. Menyusuri sepanjang jalan Boulevard yang sebelumnya masih sebagai kawasan reklamasi pantai saya sedikit terkejut melihat daerah itu sekarang telah berkembang pesat menjadi kawasan bisnis dan sangat ramai, Pusat -pusat perbelanjaan, hotel dan restoran berjejer disepanjang jalan.
Dari kota Manado sendiri kita harus menyeberang dengan menggunakan kapal, baik itu kapal umum maupun menyewa. Ada dua pilihan tempat persewaan kapal yakni pasar Bersehati dan Marina. Dari Pasar Bersehati tarifnya sekitar Rp. 300 ribu - Rp 400 ribu sedangkan jika dari Marina tarif yang berlaku lebih mahal sekitar Rp.600ribu - Rp 800 ribu. Cara yang ekonomis tentu saja bergabung dengan wisatawan lain dengan menumpang kapal traditional bertarif Rp. 50.000 namun kita harus menunggu sampai kapal benar-benar penuh. Mau lebih murah lagi? datang saja ke sisi utara pasar Menado atau biasa disebut pasar 45. Setiap hari, kecuali Minggu, sekitar jam 2 - 3 sore ada transportasi umum menuju Bunaken. Untuk wisatawan dikenakan tarif sebesar Rp. 25ribu sementara penduduk lokal hanya membayar Rp.10.000. Harap diperhitungkan waktu menyeberang ke Bunaken ataupun sebaliknya. Dari Menado ke Bunaken kapal akan berangkat sekitar pukul 2 siang dan kembali ke Menado keesokan harinnya sekitar pukul 10 pagi dan kapal umum tidak beroperasi pada hari Minggu.
Kurang lebih 45 menit menyeberang saya sudah melihat kejernihan air ketika kapal yang membawa saya akan berlabuh di dermaga Pulau Bunaken tepatnya di pantai Liang . Pantai Liang merupakan tujuan utama wisatawan berlabuh di Bunaken. Barisan kapal berderet di sepanjang dermaga dan beberapa perahu memiliki bottom glass sehingga kita bisa menikmati keindahan bawah laut tanpa harus terjun ke laut. Sebuah Gapura berwarna biru menyolok bertulisan "Bunaken" tampak menjadi objek menarik bagi wisatawan untuk mengambil gambar. Di pintu masuk tertera harga tiket masuk yaitu Rp. 50.000 untuk wisatawan asing dan Rp. 2.500 untuk wisatawan lokal dan 1000 bagi pelajar. Beberapa wisatawan terlihat duduk-duduk bersantai di pinggir pantai yang rindang namun jangan berharap kita akan menemui pasir putih disini. Keistimewaan wisata Bunaken adalah menikmati keindahan bawah laut. sehingga tidak heran, selain kios- kios cindera mata dan restoran yang berjejer, banyak sekali kios-kios yang menyewakan peralatan selam ataupun snorkeling. Snorkel, fin, wetsuit, mask dan tabung-tabung peralatan selam berjejer rapi.
Taman Laut Bunaken pada awalnya bukan tempat terkenal hingga tahun 1974 ketika sebuah klub penyelam yang melakukan expedisi ke berbagai lokasi penyelaman di Indonesia menemukan taman laut yang indah ini. Kawasan ini resmi di buka sebagai konservasi kurang lebih 20 tahun kemudian dengan memberdayakan penduduk lokal dalam pengelolaan sektor pariwisata setempat termasuk didalamnya menyediakan akomodasi dan fasiltas pendukungnya. Secara keseluruhan Taman National Laut Bunaken yang terletak di Teluk Menado ini memiliki lima pulau yang berada di dalamnya yaitu Pulau Menado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage dan Pulau Nain.
Menyelam adalah merupakan cara terbaik apabila kita ingin menikmati keindahan bawah laut Bunaken. Setelah melakukan survey tempat penyewaan alat selam yang banyak terdapat disekitar pantai, akhirnya saya kembali berada di atas kapal yang akan membawa ke titik selam,. Bersama beberapa orang dalam rombongan tersebut, setiap dua orang mendapat 1 dive master kecuali untuk mereka yang tidak memiliki lisence atau belum pernah menyelam sama sekali khusus didampingi 1 orang dive master. Total biaya yang dikeluarkan untuk menyelam memang cukup mahal. 1 kali menyelam ditambah sewa alat termasuk boat berkisar dari harga 300 - 450 ribu rupiah. Harga tersebut akan lebih mahal lagi apabila kita didampingi satu orang dive master.
Tidak bisa menyelam? tidak usah khawatir, kita bisa melakukan aktivitas lain seperti snorkeling, menyusuri teluk ketika air surut, menikmati kuliner di pinggir pantai dan bahkan bisa ikut memancing bersama nelayan lokal di luar area pulau Bunaken. Untuk meyewa peralatan snorkling sendiri harganya berkisar dari 100.000 - 150.000 rupiah dan itu sudah cukup memberi kepuasan karena dengan kejernihan air di perairan dangkal sekalipun kita masih bisa menikmati keindahan taman bawah laut ini. cara lain yang lebih mudah untuk menikmati setiap relung bawah laut Bunaken adalah dengan menumpang 'kapal selam 'Sub-Sea yang memiliki dinding kaca di sebelah kanan dan kiri kapal .Biaya sewanya lumayan mahal sekitar 350.000 ribu.
Tips :
- waktu terbaik mengunjungi Bunaken adalah bulan Mei dan Agustus. Air laut sangat jernih dan hangat sehingga bisa melakukan penyelaman secara maksimal
- lebih baik pergi berombongan untuk menghemat biaya. Membawa uang cash sangat disarankan karena kebanyakan transaksi dilakukan secara cash dan tidak ada mesin tarik tunai ( atm)
- Wisata ke Bunaken dapat dilakukan dalam 1 hari saja apabila kita menyewa kapal. Dan tidak perlu membawa peralatan
Subscribe to:
Posts (Atom)