(For GetAway! Magazine, September '13)
“Kamu tidak mahir berenang? Tidak usah khawatir. Laut disini hampir sama
tenangnya dengan kolam biasa” . Begitulah kira-kira bujuk rayu Rob,
sang pemilik Weda resort ketika melihat saya hanya tercenung memandangi
perahu panjang kecil dengan hanya sedikit bagian terbuka untuk tempat duduk dan
selebihnya tertutup rapat. Langsung saya
teringat menaiki perahu jenis serupa, terombang ambing menyusuri sungai ketika
memasuki belantara Mentawai beberapa waktu lalu. Itu saja dulu sudah membuat
saya gugup karena seolah-olah perahu tidak pernah seimbang dan cuma bisa pasrah
menyerahkan nasib pada tukang perahu.
Apalagi ini saya harus duduk sendiri menghadapi lautan luas dengan
gelombang yang ringan namun cepat.
“ Kano berbeda dengan kayak “ jelas Rob, pria berkebangsaan Belanda
yang sudah menjadi warga negara Indonesia dan pernah meraih penghargaan
Kalpataru atas jasanya menjaga keindahan bumi Halmahera. “ Seringkali orang menganggap Kano dan Kayak adalah sama terlebih
karena mereka digerakan dengan dayung. Kamu tidak perlu khawatir, Kayak
didesain agar bisa menyesuaikan keadaan sehingga apabila kamu terbalik bisa
langsung kembali ke posisi semula dengan cepat “. Well hello..kenapa harus
terselip kata-kata “terbalik”.
Sambil menerangkan
dia memperagakan cara menggerakan
dayung. Berbeda dengan kano yang hanya memiliki satu blade, kayak
memiliki dua blade yang fungsinya untuk menjaga keseimbangan. Ini juga sudah
diperhitungkan untuk menyesuaikan dengan bentuk kayak yang ramping.
Kurang lebih selama
15 menit mendengarkan penjelasan sang instruktur, saya mulai memberanikan diri
dengan memasang baju pelampung sebagai langkah awal. Ini merupakan salah satu
hal penting yang perlu diingat demi keselamatan dan mencegah hal yang tidak
diinginkan. Sambil berusaha melupakan kata-katanya tentang “terbalik” saya
membantu mengangkat perahu untuk membawanya ke air. Walaupun Sea Kayaking tidak
terlalu merepotkan karena tidak menggunakan mesin, bahan bakar atau pun layar,
tetap saja itu membutuhkan tenaga untuk membawa perahu yang kelihatan ramping
dan ringan dari daratan. Sempat terlintas di pikiran bahwa mengangkat
perahu mungkin bagian dari olah raga
tersebut .
Perahu tidak stabil
ketika saya memulai langkah pertama masuk ke dalamnya, namun ini adalah hal
yang wajar. Yang tidak wajar adalah ketika sudah duduk namun perahu masih
miring ke kanan ke kiri. Ini disebabkan postur tubuh ketika duduk tidak
benar. Setelah saya merasa seimbang dan
duduk dengan nyaman, kemudian saya mulai memegang dayung. Lima menit pertama
saya masih belum mampu beradaptasi antara menjaga keseimbangan dan mengarahkan
dayung dengan tepat.
Beberapa waktu
kemudian birunya laut dan segarnya angin laut membuat saya lupa kemana saya harus mengarahkan perahu. Disamping
karena saya sedang mengagumi diri sendiri berada di tengah lautan luas yang
seolah milik saya pribadi, saya mulai merasa seperti Freya Hoffmeister, seorang wanita penggila olahraga Sea Kayaking
yang pernah mengarungi lautan sejauh 15.000km mengelilingi tepi benua
Australia. Saat ini Sea Kayaking memang sudah menjadi salah satu daya tarik wisata bahari dan penggemar Sea Kayaking kebanyakan adalah
perempuan.
Berbicara keindahan laut di wilayah Indonesia Timur, rasanya tidak lengkap bila
tidak menyebutkan tempat yang satu ini. Terletak di kabupaten Halmahera Tengah
dan merupakan bagian dari propinsi Maluku Utara, Teluk Weda yang terletak di sebelah tenggara
pulau Halmahera merupakan salah satu pintu penghubung antara Samudera Pasifik
dan laut Seram Utara. Selain memiliki 20 titik selam dengan keindahan hayati
yang beraneka ragam, dimana tentunya surga bagi para pecinta photography
underwater, beningnya air di perairan Teluk Weda juga seringkali membuat saya
berhenti mendayung karena terpukau dengan keindahan terumbu karang yang
langsung bisa dilihat dari atas perahu. Saya juga berharap bisa bertemu lumba-lumba yang
sering muncul di perairan ini.
Saya tidak punya
kata yang tepat untuk menggambarkan nikmatnya mengarungi lautan dengan
menggunakan sampan kecil yang kita dayung sendiri. Saya hanya teringat
perkataan Albert Einsteen, “ Look deep
into nature and then you will understand better, “. Mungkin beginilah
rasaya ketika alam mulai menyatu dengan kita seperti halnya saya dalam perahu
kecil ini dan samudera luas yang mengitari kami. Diiringi cahaya senja Halmahera perlahan saya
mengarahkan perahu menuju pantai .
Tips Menuju Ke Sana
· Beberapa maskapai penerbangan seperti Sriwijaya
Air dan Lion Air melayani penerbangan
dari Jakarta ke Ternate. Dari bandara
Sultan Babullah Tenate menuju pelabuhan Kotabaru kurang lebih 20 menit
menggunakan ojek atau angkutan umum. Dari situ menyebrang dengan speedboat
sekitar 45 menit dengan biaya perorang 50.000. Apabila tidak mau menunggu
terlalu lama bisa juga kita menyewa
kapal seharga 300.000. Sampai pelabuhan Sofifi melanjutkan perjalanan darat 4 -
5 jam menggunakan mobil carteran kisaran sewa 700.000 untuk 7 orang penumpang.
Sebaiknya pergi berombongan untuk menghemat biaya transportasi
·
Penginapan http://www.wedaresort.com/
. Anda tidak perlu repot membawa segala peralatan karena pemilik resort sudah
menyediakan segalanya.
·
Mengingat rute yang panjang dan tentu saja
dengan pemandangan yang mempesona baik ketika di laut maupun di darat,
persiapkan perbekalan yang cukup selama di perjalanan. Banyak tempat- tempat
cantik yang bisa disinggahi sepanjang Sofifi menuju Weda sehingga perjalanan
tidak akan membosankan.
----000----
No comments:
Post a Comment