(For GetAway!Magazine, October'13)
Sejak
lama saya merencanakan untuk menyusuri pantai - pantai di selatan Yogya yang kabarnya memiliki
panorama dan eksotika alam yang menawan. Bahkan di beberapa pantai- pantai
tersebut hanya sedikit yang pernah menginjakan kakinya di sana alias masih
perawan. Perjalanan menyusuri pantai
selatan Yogya melewati bukit- bukit
kapur dengan teras- teras karang yang
merupakan ciri daerah karst. Infrastuktur menuju kesana cukup bagus dan
mengendarai motor sebagai alat transportasi adalah pilihan yang tepat.
Setelah
kurang lebih 1, 5 jam melaju kendaraan, saya tiba di Pantai Baron. Pantai Baron
merupakan sebuah teluk yang dikelilingi perbukitan karst, disinilah tempat pertemuan
air laut dan air tawar yang berasal dari bawah sungai. Banyak aktivitas penduduk yang bisa kita lihat
disini. Beberapa orang tampak sedang bahu membahu menarik sebuah kapal nelayan
yang baru tiba. Hasil tangkapannya memang tidak seberapa banyak namun buat
cukup membuat saya excited karena
baru kali itu melihat hasil tangkapan segar langsung dari laut.
" sekarang ini musim tidak menentu.
Kadang hasil tangkapan banyak kadang sedikit " kata Pak Marno, seorang nelayan sambil
memperlihatkan hasil tangkapannya "
kalau laut sedang kencang otomatis kami tidak berani pergi ( melaut) terlalu
jauh"
Hasil
tangkapan kemudian dibawa ke tempat pelelangan ikan yang tidak jauh dari bibir
pantai. Pelelangan ini sekaligus dimanfaatkan sebagi tempat terjadinya
transaksi antara nelayan dan pembeli yang notabene kebanyakan pemilik warung-
warung yang tersedia di pinggir pantai yang juga merupakan tempat wisata
alternatif apabila berkunjung ke Yogya.
Saya
sengaja melewati beberapa pantai yang terlihat tidak ramai pengunjung. Pantai
Siung misalnya, Pantai ini cenderung lebih senyap. Begitu memasuki areal parkir saya disambut
pemandangan tebing dan karang yang tinggi. Jajaran tebing yang tinggi seolah
menantang untuk ditaklukan. Pasirnya putih dengan dengan air laut yang tenang.
Dibandingkan
ketika pertama kali saya mengunjungi pantai selatan yogya, kala itu hanya
beberapa pantai saja yang sudah popular, kali ini saya melihat sudah banyak
penginapan di sepanjang jalan. Rupanya banyaknya wisatawan membuat masyarakat
sekitar mulai menumbuhkan bisnis penginapan.
Polanya biasanya penginapan dan resto.
Hampir
setiap waktu terutama ketika musim liburan tiba, Pantai- pantai selatan yang
mayoritas memiliki ombak yang besar kerap kali menelan korban jiwa. Beberapa
orang masih meyakini bahwa ketika jatuh korban itu adalah keinginan penghuni
Pantai Selatan yang tersohor, Nyi Roro Kidul. Istilah mereka 'diambil' untuk
dijadikan panglima atau prajurit kerajaan.
“ Pantai - pantai disini itu sebenarnya istimewa.
“ kata salah satu nelayan yang siang itu saya jumpai sedang mengumpulkan sejenis
rumput laut di pinggir Pantai Ngobaran,
pantai berikutnya yang menjadi tempat persinggahan. Hamparan rumput laut
berwarna hijau dan coklat juga beberapa jenis binatang laut tampak muncul dari
sela- sela karang . Suara gemuruh ombak yang keras seolah- olah menjadi
nyanyian baginya. Tidak ada sedikitpun saya liat kecemasan di matanya ketika
gulungan ombak yang besar datang dan dari kejauhan , pecah jauh di pinggir
pantai dan kemudian seolah luruh di kakinya.
" sebenarnya itu hanya karena tidak
paham karateristik pantai- pantai disini saja " katanya " Disini, bahkan nelayan seperti saya sering mencari rumput laut
atau memancing hingga ke tengah, karena kami sudah mengerti bahwa daerah ini
aman ".
Daerah
aman yang dimaksud disebut Plataran, ombak yang datang menepi tampak merata dan
tidak sampai menghantam bibir pantai. Secara ilmiah dijelaskan bahwa kebanyakan
pantai selatan di Yogyakarta memiliki dasar laut laut yang curam yang oleh
penduduk setempat di sebut Lebeng,
ditandai dengan datangnya gelombang besar yang bergulung-gulung tanpa diikuti pecahnya ombak hingga ujungnya
menghantam bibir pantai dan menimbulkan lekukan yang menunjukan dasar laut yang
curam. Arus yang kuat akan berputar
menuju ke tengah laut dan akan menyeret siapapun yang berenang di area itu.
Misalnya
Pantai Parangtritis dikabupaten Bantul, selain paling sering di kunjungi
wisatawan karena jaraknya yang relatif dekat dan mudah di capai dari kota,
masyarakat Yogya dan sekitarnya meyakini bahwa Pantai ini adalah gerbang kerajaan
bawah laut tempat tinggal Ratu Nyi Roro Kidul yang merupakan penguasa pantai-
pantai selatan. Pantai Parangtritis merupakan salah satu tempat diadakannya
upacara Labuhan yaitu salah satu upacara adat yang ada sejak jaman kerajaan
Mataram berupa pemberian atau persembahan sesuai dengan kepercayaan bahwa di
tempat tersebut pernah terjadi peristiwa penting yang berkenan dengan para
leluhur raja. Walaupun yang menyelanggarakan adalah pihak keraton namun
masyarakat merasa ikut memiliki karena diyakini berpengaruh terhadap kehidupan
sosial dalam membina keselamatan,
ketentraman dan kesejahteraan khususnya masyarakat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Banyak
versi mengenai siapa Nyi Roro Kidul. Salah satunya adalah bahwa dia seorang
putri mahkota raja bernama Putri Kadita yang terkena penyakit dan akhirnya
dibuang oleh ayahnya. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah jelmaan salah
satu tujuh bidadari. Sementara menurut tradisi Mataram sendiri bahwa Nyi Roro
Kidul adalah seorang putri yang dikutuk dan dijadikan ratu roh halus dengan
istana di bawah laut. Tidak ada fakta yang kuat mengenai keberadaan Nyi Roro
Kidul. Namun masyarakat tetap meyakini adanya suatu revelansi antara pantai selatan dengan keberadaan
Keraton Yogyakarta. Keyakinan masyarakat terhadap keberadaan Nyi Roro Kidul
hampir selalu dikaitkan dengan keberadaan Panembahan Senapati sebagai salah
satu pendiri dan penguasa kerajaan Mataram.
Dalam penjelasan Babad Tanah Jawi secara tegas menyiratkan bahwa Nyi
Roro Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senapati untuk menjaga kerajaan
Mataram, para sultan, keluarga kerajaan dan masyarakat dari malapetaka.
Ada yang
menarik ketika kita perhatikan adanya sebuah garis imajiner antara Gunung
Merapi, Keraton Yogya dan pantai Selatan. Dan di dalam lingkungan Keraton
Yogyakarta sendiri ada sebuah bangunan yang dinamakan Sumur Gumuling, terletak
di dalam kompleks Taman Sari ( Istana bawah Air) yang di yakini sebagai tempat
bertemunya Sultan dengan Kanjeng Nyi Roro Kidul.
Beberapa
pantai di sepanjang selatan Yogya sebenernya saling berdekatan satu sama lain
namun dipisahkan oleh karang- karang yang hanya bisa di lewati ketika air
surut. Bahkan terkadang saya harus
menerobos semak dan perdu atau bahkan menyeberangi air surut sambil berjalan di
atas karang.
Lebih
dari 30 pantai di sepanjang selatan Yogyakarta yang rasanya tidak akan cukup
didatangi dalam waktu satu hari. Mulai dari Pantai Glagah di ujung barat hingga
Pantai Wedi Ombo di ujung Timur, mulai dari Kabupaten Gn. Kidul ( Baron, Kukup,
Krakal, Drini, Sundak, Indyanti, Sadeng dan sekitarnya), Pantai Selatan bantul
( Parangtritis, Samas, Kwaru dan sekitarnya) hingga pantai selatan Kab Kulon
Progo ( Trisik, Glagah dan sekitarnya) semua memiliki karateristik dan keunikan
sendiri . Sebagaimana
keistimewaan yang disandang daerah ini, Yogya
memang istimewa.
Info
Jakarta
- Jogya
hampir
semua maskapai penerbangan melayani rute ke Yogyakarta
kereta
api www.ptkai.co.com
Jogya
- Wonosari,
Bus
umum sampai terminal wonosari dilanjutkan dengan menyewa motor karena belum ada
transportasi umum menuju kesana.
Penginapan
- Omah Suket ( Rumah Keong)
0821.3525558/0817.279545
- Walet Guest House
0878-38601129/ 0821.33006501
Rp.500.000/malam/4 orang
- Joglo Watu Kelir
0819.0404.4481/0823.2737.7377
No comments:
Post a Comment