Tentunya
kita sering mendengar tentang “Ring of Fire” yaitu daerah yang mengelilingi
cekungan Samudera Pasifik, berbentuk tapal kuda dan mencangkup wilayah
sepanjang 40.000 km dimana daerah ini biasanya sering mengalami gempa atau
letusan gunung berapi. The Philippines atau kita lebih sering menyebutnya
dengan Philipina adalah satu negara yang juga terletak dalam lingkaran cincin
api tersebut. Tepatnya di Propinsi Albay, berdiri tegak Gunung Mayon, dengan
kerucut yang nyaris sempurna dan menjadi salah satu ’10 of the World’s Most Photogenic
Volcanoes” yang disejajarkan dengan Gunung Fuji di Jepang dan Mt. Etna di
Italy. Merujuk cerita rakyat setempat, Gunung Mayon memiliki arti “Beautiful
Lady”.
Hal
pertama yang ada di kepala saya tentang Albay adalah tentu saja wilayah Bicol
di bagian paling selatan, tepatnya kota Legazpi atau lebih dikenal dengan
Legazpi City, dimana di kota ini kemanapun kita bergerak seolah selalu diikuti oleh
Gunung Mayon.
Kata
Legazpi diambil dari nama seorang colonial Spanyol, Miquel Lopez de Legazpi. Legazpi
yang dulu bernama Sawangan merupakan pemukiman di mana sebagian besar
penduduknya adalah nelayan. Kota Legazpi banyak menyimpan sejarah hingga
kemudian dinyatakan statusnya sebagai kota independent. Setelah perang dunia ke
II, Legazpi dipecah menjadi dua bagian oleh koloni Amerika menjadi Legazpi Port
dan Albay District. Baru kemudian pada bulan September 1972 Legazpi di tetapkan
sebagai kota administrative untuk wilayah Bicol oleh Presiden Ferdinand Marcos.
Kota
Legazpi kemudian berkembang menjadi destinasi yang popular baik bagi warga
Philipina sendiri maupun turis manca negara. Disebut sebagai “Queen City of
Southern Luzon”, Kota Legazpi menjadi penghubung dalam urusan perekonomian di
wilayah Bicol baik itu transportasi maupun perdagangan. Luzon sendiri adalah kepulauan terbesar di Philipina. Lautan biru
yang membatasi sebagian wilayah kota Legazpi dengan landscape pegunungan yang
memukau merupakan sebuah spot unik yang tidak dapat ditemui dimanapun.
Seperti
pada umumnya warga negara Philipina, kota Legazpi memiliki kurang lebih 183
ribu penduduk dimana mayoritas beragama katholik. Namun kota Legazpi sendiri
berkesan religious karena di kota tersebut banyak terdapat bangunan gereja yang
sudah berabad-abad usianya. Salah
satunya adalah Gereja Cathedral of Saint Gregory the Great. Orang local
mengenalnya sebagai Gereja Cathedral Albay. Awalnya hanyalah sebuah kapel yang
terbuat dari kayu yang dibangun pertama kali oleh bangsa Spanyol sekitar tahun
1850-an. Gereja ini pernah mengalami kerusakan berat akibat letusan Gunung
Mayon yang kemudian direnovasi pada tahun 1754. The St. Gregory the Great
Cathedral menjadi salah satu landmark kota Legazpi karena lokasinya yang mudah
diakses dari seluruh penjuru kota. Hampir semua jeepneys (public transportation
di Philipine yang menyerupai bemo) melintas di Rizal Avenue tempat lokasi
gereja itu berada. Tanpa mengenal waktu gereja ini selalu ramai oleh
pengunjung. Tentu saja Gunung Mayon terlihat jelas dari sini terutama ketika
cuaca cerah.
Tidak
jauh dari gereja cathedral berada terdapat bangunan yang menjadi symbol
peringatan akan bahayanya tinggal di daerah yang hanya berada 11 km dari sebuah
gunung berapi yang aktif. Adalah Cagsawa
Ruin, sebuah bangunan gereja dari abad ke – 18 yang saat ini hanya
menyisakan sebuah bangunan bel
tower akibat letusan dasyat Gunung Mayon
pada bulan Februari 1814. Kurang lebih
1200 orang terkubur didalamnya bersamaan dengan hilangnya daerah ini karena
tertimbun batu dan lava. Gereja ini dibangun oleh sekelompok biarawan yang
dikepalai Pastur Francisco Blanco, D.F.M tahun 1724 dengan menggunakan batu
coral. Cagsawa Ruins dideklarasikan sebagai National Historical Site oleh
pemerintah daerah Daraga dan National Museum of the Phillipines. Walaupun hanya
tersisa banguna bell tower tidak pula menyurutkan jumlah pengunjung yang datang
membanjiri setiap harinya. Di lokasi ini terdapat pula tempat belanja bagi para
turis yang bisa menyaksikan keanggunan Gunung Mayon yang menjulang setinggi
2,462 meter ini sebagai background dari reruntuhan gereja tersebut. Sebuah
patung “Jesus Christ, Lord of Divine Mercy” menyambut pengunjung yang ingin
melihat keseluruhan taman Cagsawa Ruin.
Berada
di atas bukit yang jauh dari keramaian kota, St. Maria Hill, berdiri dengan
megah sebuah bangunan gereja yang begitu menarik para turis untuk
menyambanginya. Daraga Church atau Our Lady of The Gate Parish Church dibangun
pada tahun 1773. Hampir seluruh bangunannya terbuat dari batu vulkanik dengan
gaya arsitektur Baroque-Rococo dengan pengaruh Spanyol. Penduduk Cagsawa yang
sangat religious dipindahkan kesini setelah letusan Gunung Mayon. Pernah
mengalami kerusakan dalam perang dunia ke-2 ketika Jepang menggunakannya
sebagai headquarter yang kemudian di
rekonstruksi tahun 1973 hanya pada bagian yang rusak dengan mempertahankan bangunan aslinya. Dari
kejauhan Gunung Mayon seolah menjaga dan mengawasi salah satu peninggalan
bersejarah yang juga menjadi penjaga penduduk kota Legazpi.
Masih
penasaran dimana dapat bersantai dan menikmati kota Legazpi? Embarcadero de
Legazpi adalah tempat yang tepat. Tempat ini menjadi kebanggan penduduk Legazpi
karena keunikan dan inovasinya. Terletak di jantung kota Legazpi tepat
disamping Legazpi water front, Embarcadero de Legazpi dikelilingi Kapuntukan
Hill, sebuah bukit yang menyerupai singa yang berbaring atau Sleeping Lion
Hill, dengan pemandangan Gunung Mayon yang sempurna. Di lokasi ini selain
terdapat pusat perbelanjaan merupakan juga tempat untuk melakukan berbagai
activitas olahraga air seperti parasailing, Jet Ski, paddle boat, water jeep
bahkan dapat menyewa helicopter untuk berkeliling kota Legazpi dan melihat
Gunung Mayon dari dekat. Dari pusat perbelanjaan yang buka hingga tengah malam
ini pengunjung dapat menikmati indahnya lampu mercu suar. Disinilah seolah alam
bertemu dengan kehidupan urban yang modern.
Tidak
heran jika kemudian Legazpi City mendapat julukan sebagai “City of Fun and
Adventures”. Visit Legazpi City and have a glimpse of the majestic Mt.
Mayon up close!
Cara
Menuju Ke Legazpi City:
Cara
tercepat dan paling nyaman untuk menuju ke Legazpi City adalah melalui udara.
Legazpi Domestic Airport melayani penerbangan 7 x sehari dari Manila dan
sebaliknya. Jarak tempuhnya kurang lebih 40 menit. Bisa juga kita melalui jalur
darat yaiutu dengan menggunakan bis yang berangkat dari Manila dengan waktu
tempuh 9 – 12 jam. Cara lainnya adalah melalui laut dimana Legazpi Port selain
melayani international delivery ship juga diperuntukan bagi penumpang biasa.
Tips
Memotret di Legazpi.
1.
Matahari
terbit lebih awal dan tenggelam lebih lama. Sekitar pukul 5 pagi sudah agak
terang dan orang sudah banyak beraktivitas.
2.
Human
interest banyak ditemui di pagi hari di
sekitar Legazpi Boulevard tidak jauh dari pelabuhan
3.
Lensa
sudut lebar akan jauh lebih berguna untuk memotret landscape
No comments:
Post a Comment