Menginjakan
kaki di The Great Wall atau Tembok Besar Cina merupakan salah satu mimpi dari
setiap orang, terutama para traveler di dunia, dan tentu saja termasuk saya. Meskipun
Tembok Besar Cina tercatat sebagai tembok buatan manusia terpanjang di dunia
namun Tembok Besar Cina bukan merupakan satu buah tembok panjang melainkan
suatu tembok dengan system pembangunan dari beberapa tembok yang kemudian
menyatu. Panjangnya melebihi 8800 km membentang di sepanjang pegunungan
Tiongkok, melewati padang pasir, perbukitan, pegunungan hingga ke Teluk Bohai. Masyarakat
local menyebutnya sebagai Wan Li Chang Cheng atau 10,000 Li Long Wall, dimana
li adalah satuan ukuran di Cina yang setara dengan 1,640ft.
Pembangunan
tembok besar dimulai sekitar abad ke -8 Sebelum Masehi dimana ketika itu beberapa
kerajaan saling berperang satu sama lain untuk memperebutkan daerah kekuasaan
di wilayah Cina yang luas. Masing-masing kerajaan membangun sebuah tembok untuk
menahan serangan musuh. Setelah Cina menyatu menjadi wilayah kekaisaran, Dinasti
Qin (221 – 207) merupakan dinasti pertama yang mempelopori penyatuan
pembangunan tembok besar ini. Kaisar Qin Shi Huan memerintahkan untuk membangun
dari sisi paling utara untuk melawan intervensi dari bangsa Mongol. Pada masa
itu Tembok Besar Cina difungsikan sebagai media untuk berkomunikasi. Setelah
masa kejayaan Dinasti Qin berakhir, tembok raksasa sempat mengalami kerusakan,
namun kemudian diperbaiki kembali dan di tambah panjangnya ketika Cina di bawah
pimpinan Kaisar Han Wudi (140 – 87SM) yang selama 20 tahun melakukan renovasi
dan penambahan panjang hingga 1000km.
Awalnya
saya agak sedikit bingung menentukan dari section mana akan menapaki tembok
besar yang usianya sudah lebih dari 2000 tahun ini. OK, mungkin lebih baik saya
focus pada akses yang termudah dan jarak terdekat. Dan berhubung saat itu saya sedang
menetap di Beijing maka ada beberapa pilihan section yang terdekat diantaranya
Badaling, Mutianyu, Simatai, Jinshanling, Gubeikou, Huanghuacheng, Jiankou dan Juyongguan Pass,
Breathe- taking indeed! Saya menarik
nafas panjang seiring langkah pertama saya menapaki tembok besar yang anggun
ini. Perasaan aneh dan masih tidak percaya menyusup ke dalam hati ketika
menyusurinya. Membayangkan ribuan tahun yang lalu bagaimana bangsa Cina dari
generasi ke generasi membangun tembok ini untuk melindungi diri dari luar dan sekarang
melihat bagaimana ribuan orang dari seluruh penjuru dunia datang membanjiri di
setiap musim. Saya pun seperti mendengar derap langkah kuda pasukan Genghis
Khan sedang menapaki jalur yang saat ini sedang saya susuri.
Juyongguan
merupakan titik terdekat dari kota Beijing. Letaknya mengarah langsung ke
Mongolia sehingga menjadikannya sebagai gerbang yang paling strategis. Di musim
semi kedua lerengnya tampak padat dengan dedaunan yang menyerupai karpet. Apabila
kita menyusuri sepanjang tembok ini kita akan tiba di section Badailing.
Tentunya apabila anda punya cukup tenaga untuk menanjak sejauh 20km.
Kebanyakan
mereka yang ingin rute simple memilih langsung ke Badaling. Untuk ke Badaling
kita cukup menggunakan kereta cepat dan nyaman yang hanya memerlukan waktu 1, 5
jam dari Beijing. Mengingat wilayahnya yang sangat luas dan jumlah penduduknya
yang sangat banyak, pemerintah Cina sangat mengutamakan kenyamanan berkendaraan
umum bagi penduduknya. Tidak hanya di dalam kota melainkan untuk bepergian dari
satu propinsi ke propinsi lain. Kita tidak perlu khawatir mengexplore sendiri. Ongkosnya
pun terbilang cukup murah. Bayangkan untuk menuju Great Wall kita hanya merogoh
kocek sebesar 6 Yuan sekali jalan dengan kereta yang nyaman dan cepat. Sampai
di station kereta Badaling pengunjung hanya berjalan kaki dengan sedikit
tanjakan dan..voila!...step into The Great Wall already!
Berturut-
turut kemudian pembangunan tembok besar terus dilanjutkan oleh Dinasti Wei
(386-535), Dinasty Bei Qi (550 – 577), Dinasty Sui (581 – 618), Dinasty Tang
(618 – 907) dan Dinasty Song (960-1279). Bahkan setelah Cina diambil alih oleh
bangsa Mongol pun pembangunan terus dilakukan hanya saja tidak lagi sebagai
benteng pertahanan melainkan sebagai penghubung transportasi untuk kepentingan
perdagangan di masa itu. Tembok besar yang ada sekarang ini merupakan kerja
keras pada masa Dinasty Ming (1368 – 1644) yang mana selain menambah panjang
tembok juga dibangun jembatan, kuil dan pagoda. Kaisar Ming membangun dan
merekonstruksi tembok raksasa mulai dari Sungai Yalu di propinsi Liaoning hingga
bagian barat Sungai Taolai di Propinsi Gansu. The Great Wall terpecah menjadi
arah utara dan selatan yang disebut Inner and Outer Wall, menjadikan section
ini yang paling terpelihara. Dari masa inilah mulai dikenal nama The Great Wall
dan sudah sewajarnya apabila UNESCO mengakuinya sebagai salah satu situs warisan
dunia.
Tidak
demikian halnya dengan Mutianyu. Untuk masuk melalui section Mutianyu agak
diperlukan sedikit usaha yaitu mengunakan bis umum dilanjutkan dengan taxi. Kalau
anda bepergian di bulan October, pemerintah Cina menyediakan special tour bus
dari kota Beijing langsung ke Mutianyu Great Wall . Untuk mencapai dan menapak
kaki di The Great Wall dari section ini pengunjung punya dua pilihan. Memakai
kereta gantung yang tersedia untuk naik ke atas begitu juga kembali ke bawah
atau memilih berjalan kaki ketika kembali. Sampai di atas kita akan disambut
pemandangan jalur menurun berkelok-kelok bagaikan seekor naga yang mengeliat
menyusuri pegunungan. Mutianyu merupakan section yang mengalami renovasi penuh
dibandingkan section lainnya. Hal ini diutamakan untuk kenyamanan pengunjung.
Kalau
anda penggemar hiking, cobalah melalui section Jinshanling. Beberapa bangunan
dan temboknya sudah mengalami renovasi dan beberapa dibiarkan alami. Section
lain yang akan membuat kita berdecak kagum adalah section Gubeikou dimana
keseluruhan tembok tidak pernah direnovasi dan masih asli. Walaupun tidak
sebagus dan senyaman Badaling namun pemandangan Crouching Tiger Mountain di
sebelah barat dan Entwining Dragon Mountain disebelah timur membuat kita seolah
kembali ke masa awal tembok besar mulai dibangun. Section berikutnya adalah
Jiankou, tidak dibuka untuk umum namun anda masih bisa masuk dengan biaya
20yuan yang ditarik dari penduduk local. Section ini benar-benar tidak pernah
mengalami perubahan dan jalurnya agak berbahaya sehingga kita harus
berhati-hati. Huangyaguan yang terletak 118km dari Beijing adalah section
tempat diselenggarakannya The Great Wall Marathon pada bulan Mei setiap
tahunnya.
Perpaduan
pemandangan yang sempurna dari The Great Wall ada di Huanghuacheng Section,
sebagian dari temboknya ada di dalam air yang merupakan bagian dari the Huanghuaceng
Lake. Dalam bahasa Cina, Huang memiliki arti bunga berwarna kuning. Pada awal
musim panas, sekumpulan tanaman liar berbunga kuning tumbuh bermekaran di area
tersebut. Section ini terletak 11 km sebelah timur dari Mutianyu dan Badaling
di sebelah barat. Jika The Great Wall merupakan bangunan terbaik di Cina, maka
Simatai adalah yang terbaik dari the Great Wall. Section Simatai adalah section
yang membuat the Great Wall dimasukan menjadi salah satu warisan dunia.
Panjangnya 5,4km dan dibangun pada masa Dinasti Qi (559-557).
Kontur
pegunungan yang berbukit-bukit ditambah kesediaan bahan material pada masa itu
membuat tembok besar dibangun menggunakan
material yang berbeda. Ada yang terbuat dari tanah yang digemburkan dan
dicampur kerikil, batu gunung bahkan rerumputan bercampur pasir dan
ranting-ranting pohon. Tidak heran di beberapa bagian sudah banyak bagian yang
rusak. Baru ketika jaman sudah maju mulai digunakan batu bata.
Tembok
Besar Cina memiliki arsitektur yang menunjukan kecerdasan Bangsa Cina yang
telah maju dari jaman dahulu. Mereka tidak hanya membangun sebuah tembok
panjang, namun juga dilengkapi dengan menara pengintai dan gerbang yang sudah
diperhitungkan fungsinya. Menara pengintai atau Fenghuotai dibangun untuk mengirimkan pesan melalui signal asap,
sinar lampion dan cahaya api. Gerbang berfungsi sebagai benteng pertahanan dan
memiliki bermacam-macam fungsi. Ada yang digunakan sebagai tembok pertahanan,
pintu keluar masuk perbatasan, ada lapisan gerbang yang melindungi gerbang
lainnya hingga gerbang yang berupa parit dan saluran air. Sementara temboknya
sendiri merupakan penghubung semua bangunan tersebut.
Dengan
rasa kagum saya melewati sebuah quanmen
atau pintu melengkung di bagian dalam tembok yang dulunya digunakan sebagai
jalan masuk untuk naik ke atas tembok. Sempat pula saya mencoba mengintip
melalui tembok bercelah seolah-olah sedang mengintai musuh. Ada rasa haru
sekaligus bangga ketika saya berdiri diatas menara dan melihat sekeliling
pegunungan Tiongkok, membayangkan musuh sedang mengawasi dari balik pegunungan.
Dalam hati saya mengucap kalimat yang cukup terkenal dari Kaisar Qin Shing
Huang “everything was under my feet “.
Tidak
menutup kemungkinan jika kita ingin menyusuri seluruh tembok Cina dari ujung
yang satu ke ujung yang lain. Hanya saja
diperlukan cukup waktu dan harus melalui section yang berbeda. Di kota
Shanhaiguan di propinsi Hebei sekitar 300km dari Beijing, disebut sebagai The
First Gate”, ujung tembok hanya sejauh beberapa kilometer dari Teluk Bohai. Ujung
tembok ini seolah-olah tampak jatuh ke dalam laut. Suatu pemandangan yang unik.
Section ini kadang disebut sebagai awal namun banyak juga yang mengatakan ini
adalah akhir dari Tembok Cina.
Sore itu cuma saya dan sekelompok anak
muda yang bertahan menemani Sang Tembok Besar yang sudah ribuan tahun sendirian
menyaksikan matahari tenggelam. Dari kejauhan shiloutenya bagaikan seuntai pita
membentang di garis horizon dalam balutan sinar senja yang mengantarkannya pada
kesunyian. Saya pernah membaca sebuah
kutipan dari 1st Chairman Cina, Mao Zedong yang mengatakan “ He who has not climbed the Great Wall is not
a true man” . But I’m just a lucky traveler, bisik saya lirih.
No comments:
Post a Comment