Sunday, May 29, 2011

The Legacy (Short Movie Video)

Dear Fellas

Proudly present from our creativity, short movie made for Levi's competion. 






also  thanks to Mr.Jimi Hendrix, Ary ,Qanta and Backhe for the good cooperation..and also sambel iblis Mbah Jingkrak Resto

http://vimeo.com/26661266


Monday, May 23, 2011

Beach Hunter




Seperti yang pernah saya ceritakan dulu mengenai jajaran pantai selatan di Wonosari , kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta ini adalah kelanjutannya. Maksudnya saya baru sempat -setelah penasaran tepatnya - meninjau deretan pantai-pantai lainnya.

Setelah berkendaraan selama 3 jam dari kota Yogya serta mengabaikan untuk mampir di Pantai Baron, Krakal dan Kukup, sampailah ke pantai pertama, Pantai Drini.

Pantai Drini terletak di sebelah timur Pantai Kukup. Letaknya diapit oleh perbukitan. Meskipun hari sudah menjelang siang saya masih sempat melihat kapal nelayan merapat dengan hasil tangkapan ikan yang langsung dijual di pelelangan kecil ( Gbr 1 s/d 11). Walaupun pasir di Pantai Drini masih terlihat putih namun saya yakin bahwa pantai ini sebelum banyak diketahui orang pasti lebih bersih lagi. Saya melihat mulai banyak sampah dipinggir pantai bekas wisatawan yang datang karena pantai ini sekarang sudah mulai ramai dikunjungi terutama pada saat libur. Seorang pemilik warung mengatakan bahwa dulunya belum banyak orang datang ke lokasi ini. Yang lebih mengejutkan lagi waktu saya mengambil gambar ada seorang penduduk yang mulai komersil meminta bayaran mulai dari uang sampai lama-lama turun jadi sebungkus rokok. Sepertinya mereka mulai paham banyak yang mengambil gambar yang nantinya digunakan untuk tujuan komersil tanpa mereka tahu hasilnya apalagi kecipratan..(ya doain aja, pak supaya proyeknya gol jadi mudah-mudahan besok kalau saya kembali kesana saya bisa bagi-bagi rejeki :D).

Pantai berikutnya yang disambangi adalah Pantai Indrayanti. Nama Pantai Indrayanti diambil dari nama pemilik pantai ini. Ya betul ini adalah pantai pribadi. Di awal tahun lalu pantai ini pernah menjadi sengketa karena tidak mengantongi kepemilikan ijin usaha. Seperti yang umum diketahui bahwa bentang wilayah pantai selatan di Gunung Kidul disebut Sultan Ground yaitu tanah milik Sri Sultan Hamengku Buwono dan tidak dapat dimiliki oleh oknum pribadi. Pantai Indrayanti sendiri sudah mepromosikan diri ke berbagai negara melalui jaringan internet. Memasuki gerbang pantai ini memang sudah terasa sekali aura daerah wisatanya yang tertata rapih dan profesional untuk level daerah yang masuk katagori susah didatangi. Deretan gazebo dan usaha resto serta fasilitas olahraga Jet sky disediakan pemilik pantai ini ( Gbr 12 s/d 16). Kelanjutan cerita sengketa pantai ini sungguh saya ga tau karena harus segera buru- buru moving ke next destinasi since mulai terdengar suara-suara 4L4Y dan jejak kaki- kakinya yang mulai bertebaran di atas pasir putih.

Base on info dari seorang tukang parkir di pantai Indrayanti, finally akhirnya kita menemukan pantai yang mudah-mudahan bukan pantai pribadi lagi. (Gbr 17 s/d 43). Untuk menuju lokasi ini jalannya agak- agak ga mulus dan lebarnya cuma muat satu mobil. Nama pantai ini adalah..adaaaa dehh...:D.. beneran kita sendiri ga tahu namanya soalnya tempatnya nyempil dan untuk menuju ke bibir pantai kita harus menuruni bukit. Bayangkan ya, untuk saya tidak menyukai pantai saja merasa betah banget disini. Memandang hamparan samudera luas dari atas bukit tinggi, tanpa ada pendatang, tanpa 4L4Y, cuma penduduk lokal yang sibuk mencari siput, kerang, bulu babi .Trus saya berdoa mudah-mudahan orang ga banyak tau tempat ini. Sayang banget kalau dikotorin dan mengganggu mereka.. *ok. agak egois*

Ini belum selesai. Masih banyak lagi pantai di jajaran kabupaten Gunung Kidul yang menanti untuk disinggahi. Tapi berhubung perjalanan pulang masih 3 jam lagi dan besok harus bangun jam 02.00 pagi buat motret Waisak di Borobudur jadi kita sudahi dulu saja berburu pantai kali ini. Dalam perjalanan pulang masih sempat mampir juga sih di beberapa pantai yang ramai pengunjung karena om - om dari X- Code Film ini kayaknya masih penasaran pengen ngambil gambar ombak pecah dari dekat. Makasih deh, saya totally udah gosong..



Vesak 2555 BE , Borobudur Festival 2011




Vesak Day is the memorial of three events at a same time - the birth, the perfect enlightenment time and the death of the Siddhartha Gautama. In Indonesia, commonly all Buddhists celebrate Vesak with the central event at the Borobudur Temple. Borobudur is believed to be the gathering place of supernatural powers.

Regretly, i wasn't on good condition on those days to joining their complete ceremonial for three days (headache, sleepless and almost "overheated"). Started with ritual to obtain holy water and igniting the Vesak torch, whose flames are taken from the natural eternal flames at Mrapen in the village of Grobogan, end by walking from the Mendut Pawon to Borobudur.

Today, The Indonesian Buddhists Representatives Association, which leads the ceremony has designated the theme of Vesak 2555 BE as: “Seeking Happiness and Serenity Within Oneself”.

happy Vesak 2555 BE, May Lord Budha bless all of us.

Sunday, May 8, 2011

Pindapata 2011 - Welcoming Vesak 2555 BE -




I was remember one early morning while I visit Bangkok a couple years ago, a group of a Bhikkhu ( Budhist monk) wearing their robes like an orange ripple, walking along the street and stop to take food from everyone who wishes to give. Then people seems known that the bikkhu will coming they’re ready with the food, put something into their bowl. Also heard some called out “nimon” to invite them to stop. As silently as open he open his bowl to receive the food. They just stand in silence and keep their eyes fixed upon the open bowl and say nothing. The Bhikkhu doesn’t look to see who is giving him food or even say something unless they ask them something. The layman who offering food are who thank them for having taken food from their hands. Sometimes one sees bhikkhus following gently and quietly after an elder monk, perhaps carrying his bowl for him until the first house is reached upon the alms-round. It's call Pindapata.

Pindapata is a tradition in which Buddhist monks wander through a village to collect their daily meals. The tradition started when Buddha said monks and nuns should not cook or store their own food in order to simplify the lives of monastics and to enrich the spiritual lives of lay people. A bhikkhu doesn’t beg as do ordinary beggars but passes on silently collecting offered food. They makes no effort to attract the attention of anyone.

Now I know that in the lands where the teachings of the Lord Buddha have been long established, the sight of a bhikkhu (Buddhist monk) collecting food in the early morning, is a common one. The alms-gathering ritual must end before lunchtime

This is the first time I've participated in Pindapata. I brought also some food to share. Those who didn't have food can gave them angpao (money in envelopes). As Budha said, It is not always “what is given that is important “ but at “the heart of giving”.


" Happy, indeed, we live, We who possess nothing, Feeders on joy shall we be, Even as gods of the radiant realm - Budha "