Monday, April 21, 2008

The Orchid




memenuhi request temen gw untuk posting jepretan anggrek hasil buruan gw kemaren di Sanggu, KalTeng..most of that gw lupa jenisnya. sorry banget..kalo ada yang mau merevisi sangat diijinkan..

Sunday, April 20, 2008

Another Story from The Other Side of Kapuas....

Tiga hari setelah balik dulu ke basecamp di Jakarta, trus gw melanjutkan perjalanan ke Pontianak. Secara ini schedulenya kerja maka berdua si neng Mei kita berbackpack aja karena dah direpotin bawa in focus and buku-buku yang lumayan berat..

Data dari OneWorld.ca.. mengatakan bahwa di seluruh kabupaten/kota di Kalbar telah ditemukan kasus HIV dan AIDS. Dari 14 kabupaten/kota, Kota Pontianak mencatat angka pengidap terbesar dengan 581 kasus HIV dan 496 AIDS. Menyusul Kota Singkawang dengan jumlah 395 kasus HIV dan 189 AIDS. Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya ditemukan 113 kasus HIV dan 41 AIDS, Sambas 55 HIV dan 9 AIDS, Bengkayang ditemukan 5 kasus HIV dan 8 AIDS, Landak 12 HIV dan satu AIDS serta Ketapang dan Kayong Utara ditemukan 27 HIV dan 8 AIDS. Virus HIV/AIDS juga sudah masuk ke wilayah timur Kalbar. Kabupaten Sintang dan Melawi penularannya lebih menonjol mencapai 27 kasus HIV dan 8 AIDS, Sanggau dan Sekadau ditemukan 18 virus HIV dan 2 AIDS. Di kabupaten paling timur, Kapuas Hulu mencatat 2 HIV dan 3 AIDS. Jumlah keseluruhan berdasarkan data 1993 hingga Desember 2007, HIV 1.235 kasus dan AIDS 765 kasus. Dari data terakhir bulan Desember 2007 ini rekan kami dilapangan masih saja sulit melakukan penjangkauan dilihat dari peserta yang mengikuti pelatihan ini baru mendapat tambahan dari 3 kabupaten baru. Sangat disayangkan mengingat pentingnya informasi mengenai HIV adalah hal yang mendasar untuk menekan laju pertumbuhan kasus HIV baru. Tapi ini kasus klasik sih ga cuma di Kalbar aja..

Kota Pontianak dikenal juga sebagai Kota Khatulistiwa karena terletak di atas garisan Khatulistiwa. Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument yang berada di Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara ke arah kota Mempawah merupakan icon dari kota tersebut. Peristiwa penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika Matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada diatas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan "menghilang" beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain disekitar tugu. Setiap tanggal 21 -23 Maret dan 21-23 September setiap tahun diperingati hari kulminasi matahari di tempat ini, yakni matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa sehingga bayangan benda di tempat ini hilang.

Yang asiknya kita nginep pas disamping Pelabuhan Indonesia yang secara notabene ada ditepian Sungai Kapuas.. the longest river in Indonesia, dengan panjang total 1.143km. Take a look deh meskipun airnya ga jernih tapi ini merupakan essensi penting bagi transportasi air di kalbar pada khususnya karena beberapa daerah lebih mudah dicapai melalui sungai ini..

Pontianak lumayan panas meskipun kadang – kadang disertai hujan local..Cindera mata yang khas dari kota ini adalah miniatur tugu katulistiwa sementara yang lainnya banyak didatangkan dari propinsi tetangga yang tentu aja sebagai pemerhati “label harga” gw menyarankan lebih baik beli  di negeri asal deh. Mungkin lebih baik oleh – oleh makanan kali ya. Sejauh pengamatan mata selain lempok (dodol duren khas Pontianak) banyak banget makanan dari negeri Jiran karena dekat dengan perbatasan negara tsb.

Kalau mau beli oleh – oleh pergi aja ke Toko Kaisar yang ada di jl. gajahmada, disitu banyak banget makanan yang bisa dijadikan oleh – oleh..or jalan sedikit ke sampingnya ada deretan kios – kios yang ada di jl. Sisingamangaraja, ada kemplang, lempok, ikan asin..banyak deh. Oleh – oleh lainnya mungkin bisa bawa lapis legit khas Pontianak atau kue Bingka..weehh..pokoknya buat yang doyan makan di Pontianak ini banyak banget pilihan…Wisata kulinernya yang ngetop adalah Kue Tiaw Pontianak dan Burik (Bubur Ikan)..tapi pas gw datang buat makan Burik, dia dah tutup..terang aja gw datengnya jam 01.00 dinihari…

 

 

 

 

 

 

Wednesday, April 16, 2008

From South to Central to East.....

Destination gw actually ke Buntok, Palangkaraya..tapi kali ini rutenya gw pilih from South dulu lah..menghabiskan 12 jam perjalanan dari Banjarmasin ke Buntok driving sepanjang kurang lebih 464km. masalahnya mulai  memasuki Kalteng jalanannya rusak ajahhh..jadi kecepatannya ga bisa lebih dari 40km/jam..duh biasa bawa metromini serasa bawa becak… Tapi ada untungnya juga deh flight ke Banjarmasin dulu karena gw sempet mampir ke Martapura dan jalan – jalan ke mall (teteuppp…), makan bebek bakar and soto banjar yang sounnya warnannya biru (sori ga di foto soalnya keburu laper.)

Buntok merupakan Ibukota Kabupaten Barito Selatan dengan komoditas karet terbesar. Kotanya relative sepi dan perkembangannya agak lambat tidak seperti  sebagaimana sebuah Kabupaten pada umumnya. Mungkin karena akses kesana yang agak susah dari ibukota Propinsi Kalteng.  Saat ini sebenernya dari Palangka sendiri untuk menuju Buntok cuma memakan waktu paling lama 6 jam tapi kudu melewati beberapa penyebrangan yang lama antrinya. Diupayakan menjelang thn 2009 jembatan shortcut yang menghubungkan Palangka dengan Buntok sudah selesai jadi beta tidak perlu jauh jauh kalo mau pulkam bisa langsung direct flight ke Palangka aja..its only take 2 hour. Daerah ini juga dilewati si “Long River “ Barito yang kebetulan cuma 5 menit jalan kaki dari depan rumah.

Kebetulan bertepatan dengan weddingnya my brother in law jadi gw bisa menyaksikan acara pernikahan adat suku dayak ma’anyan secara keduanya berasal dari suku yang sama. Suku Ma’anyan atau Dayak Ma’anyan (Ma'anyan) adalah suku asli di kabupaten Barito Timur, bagian timur Kalimantan Tengah. Suku ini juga terdapat di kabupaten Barito Selatan dan Tabalong (Kalimantan Selatan). Menurut situs "Joshua Project" suku Maanyan berjumlah 71.000 jiwa. Suku Dayak terbagi dalam tujuh pembagian besar, yakni Dayak Ngaju, Dayak Apu Kayan, Dayak Iban dan Heban atau Dayak Laut, Dayak Klemantan atau Dayak Darat, Dayak Murut, Dayak Punan dan Dayak Ot Danum. Di antara tujuh besar tersebut yakni Dayak Ngaju, terbagi lagi dalam 4 suku besar, yakni Ngaju, Ma’anyan, Lawangan dan Dusun (Tjilik Riwut (1993:234-235).

Selain itu gw juga pergi ke Sanggusurganya pecinta Anggrek .

O ya..btw sebenernya dulu ada penerbangan rute Palangka – Buntok

pake pesawat kecil milik perusahaan DAS yang runwaynya ada di Sanggu ini.  
Cuma sekarang jalur penerbangan ini lagi vacum
dulu even windsocknya  masih setia menyampaikan
pesan  dari dewa angin.

Menghabiskan 3 hari di Buntok trus gw kudu

balik ke Jakarta tapi kali ini gw mengambil

rute melalui Balikpapan.. same – same  sich..jauh juga  tapi kalo arah Bppn ini agak lumayan banyak

yang bisa diliat.. (eh ga taunya jalannya malem trus hampir sepanjang jalan 
sampe perbatasan Kalsel mati lampu and jalannya rusak parah).sempet makan
indomie di  Gunung Batu Aji …and… again waktu lewat jalan batubara pribadi
milik PT. “tit” gw ga bisa ambil gambar truk batubara panjang yang
lagi lewat buat Gabriel..
.

Lanjutttt….nyebrang Teluk Panajam yang untungnya ga pake ngantri cuma nunggu bberapa mobil lagi aja biar penuh, beberapa menit lagi gw akan

memposisikan diri diatas ranjang. Secara penerbangan ke Jakarta masih jam 1 siang jadi gw bisa beli ikan asin di pasar Klandasan and kuku macan garong …

Dibandingkan tahun lalu, road show borneo gw kali ini koq gw agak tired ya? umur kali ya jeung....

Tuesday, April 15, 2008

Digging Diamond at Martapura, South Kalimantan...




Sebenernya dah bete abis waktu landing di Syamsudin Noor , Banjarmasin, soalnya panasss secara gw takut melting..Tapi karena semangat mau belanja batu - batuan, yang sekali lagi titipan kakak gw, di Martapura, dengan bersabar gw menunggu jemputan gw datang. Setelah habis rokok 2 batang di Bandara yang kecil mungil imut abis akhirnya yang ditunggu - tunggu nongol.dan melajulah langsung gw ke Martapura.its only takes 30 menitan lah...
Martapura, the center of diamond and precious stone polishing is capital of kabupaten Banjar. Divided into 3 subdistricts, such as Martapura, West Martapura, and East Martapura. This town is famous as santri city in Kalimantan, because of Darussalam pesantren. Originally this town was named Kayutangi which was the last capital of Sultanate of Banjar. The famous Banjarese ulema Sheikh Muhammad Arsyad al-Banjari, author of Sabilal Muhtadin comes from this town. This town is often visited by tourist because of its diamond industry center and the main diamond polishing in Kalimantan and provides many jewwelry handicrafts (Martapura.com).
FYI, kalau mau belanja di Diamond Market ini harus dari pagi karena selepas lohor (jam 3an) toko - toko disini akan tutup. Selain accesories dari bebatuan ada juga real diamond yang harganya jut-jut tapi dipajang gitu aja kayak barang imitasi..Then kalo mau cari Kain Sasirangan,khas Banjar ,juga ada beberapa toko yang menawarkan dengan kisaran harga dari 100rb - 700ribu saja. Pasarnya sepi koq, maksudnya ga perlu desak-desakan..dan kayaknya nawarnya juga jangan tega ya soalnya disitu udah murah ajahhh...maksudnya daripada lo bikin sendiri coba??

Sanggu, The Orchid Store.....


Kali ini jenis belanjaan gw berbeda bo!...Demi  memenuhi titipan nyokap untuk mebawakan Anggrek Hitam, gw yang tadinya cuma berniat mencari si Hitam itu malah memborong si coklat, si tebu merah, si tebu putih ..(udah kayak sinetron aja,,Bawang Merah Bawang Putih), mutiara, padi, kantong semar, kantong belanja,…halah..ga tau lagi deh gw lupa nama –namanya ..

Gw agak tergagap – gagap waktu ngeliat banyaknya species anggrek yang warna, bentuk dan karateristiknya berbeda-beda. Dari kurang lebih 35.000 jenis anggrek yang ada didunia, di Kalimantan sendiri diperkirakan ada 3000 jenis anggrek dan berbagai species anggrek langka banyak terdapat di hutan Kalimantan Tengah.

Desa Sanggu yang terletak di kecamatan Dusun Selatan, kabupaten Buntok, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, merupakan Desa wisata dimana sebagian besar penduduknya membudidayakan anggrek sebagai komoditas. Hampir diseluruh rumah penduduk terdapat deretan tanaman anggrek yang disusun dengan rapi.  Di Desa ini  terdapat Sungai Air Hitam (dengan ekosistem air hitamnya) dan mempunyai dua danau yang dipisahkan oleh daratan kecil, yang airnya berwarna coklat seperti teh pekat. Danaunya sendiri  sangat khas yaitu penuh dengan bunga bakung yang ditumbuhi anggrek pensil.

Btw, di tengah Danau Sanggu terdapat “moving island”, yaitu sebuah pulau kecil yang dipenuhi tumbuhan anggrek yang mana pulau itu bergerak sesuai dengan arah angin, jadi pulaunya ga menetap. Sayangnya waktu sampai di Sanggu sudah menjelang sore dan mendung banget sementara gw belum nyariin pesanan nyokap jadi gw ga sempat liat pulau itu bergerak…

Trus secara gw cuma asal aja belanja anggrek, sesampainya ditangan nyokap dan ditanya speciesnya gw pukul rata aja…”anggrek hitam semua..” kata gw nyantai..

Monday, April 14, 2008

Farewell My Friend....

Give sorrow words;
the grief that does not speak
Whispers the o'er-fraught heart
and bids it break.
~ William Shakespeare, in Macbeth, Act IV, Scene III


"I have only slipped away into the next room, I am I and you are you.Whatever we were to each other, that we still are.Play, smile, think of me. All is well."...(April 15,2004..10.40)