Thursday, July 28, 2011

A Letter from Panthera



Dear human,

I just lost my friend a  months ago. I thought he lost while hunting for some food but sadly he was caught in a trap made by you. He couldn’t do nothing, tried to survive without food and water for 7days while his right leg severely wounded and surrounded by insect. Some of you tried to help but it was too late. He was 18 months years old.

( watch the video about my friend )
credit title : Greenpeace Indonesia

The story begin while oneday we heard no more nature sound in our land but the noisy machine. It was not far away from the place where we used to play together or just lay down after did hunting. You called our home a forest. As you know forest ecosystem covers the flora and  fauna. Beside the animal the herbivores also live. The tree, grass and other plants that those animal need for food. As a top predator we have to hunt for food. We have to make sure that all animal -who live in -that we eats live.




Now felled trees everywhere. You’ve been trying to remove our land  and converted to a nonforest use. And due to spreading areas such as well as encroachment by logging and road building activities, we threated of habitat loss and we cannot live in places where trees have vanished. We were forced into areas closer to humans. Sometimes we lost and being killed or arrested while entering rural. Since forests also catch and help store rainwater and protect soils you have to remember that areas with less trees lead to floods and other disaster that effect to human.




Do you know when you save the forest means you save our habitat means you save us means you also save yourself?. Do you know we are at the top of the foodchain for the protection off all species on our earth?. Do you know saving the tigers means saving mankinds?. Well  I guess, on behalf of our community, & sure that you are smarter than us.

We just need our land back so our community can live along and you too. Stop hunting and trapping us in our own land.

Thank you  



Panthera










Sunday, July 24, 2011

Berburu Sun Rise




Sebenarnya banyak variasi yang bisa didapat kala memotret sunrise tapi pada umumnya foto sunrise dihiasi dengan objek silhoute. Mengapa?

Dalam fotografi landscape ada pengenalan fase intensitas cahaya alam atau yang disebut fase remang. Memotret sunrise sebenarnya bisa dimulai ketika hari masih gelap dengan memanfaatkan lampu kota yaitu ketika langit masih gelap berwarna biru tua. Fase ini disebut fase Astronomi.

Kebanyakan waktu orang memotret sunrise dilakukan pada fase remang laut yaitu yang terjadi ketika warna utama yang terbentang di atmosfer biasanya biru tua dengan rona oranye dan kuning pada cakrawala yang disebabkan oleh matahari yang akan terbit. Detil akan lebih mudah dibedakan sehingga foto silhoute menjadi lebih menarik dibandingkan dengan foto landscape itu sendiri.

Pada saat cakrawala terlihat jelas, obyek akan makin jelas tergambar. Langit didominasi warna kuning pucat, merah neon, oranye cerah. Fase ini disebut remang madani dimana perubahan langit akan sangat cepat. Foto landscape akan lebih hidup pada fase ini.

Satu jam pertama sebelum matahari terbit ini disebut jam keemasan. Setelah 1 jam after sunrise langit akan berubah putih sehingga tidak lagi kondusif untuk fotografi landscape. Hal ini juga berlaku untuk memotret Sunset dengan urutan terbalik.

Jadi sudah tau jawabannya kenapa kebanyakan foto sunrise or sunset kebanyakan dengan objek silhoutte?

Seperti kita2 ini, karena merasa ga perlu jauh-jauh berburu sampai Pananjakan (berhubung lagi bokek juga sich), motret sunrise kali ini dilakukan dari depan rumah saja dengan perjuangannya kurang lebih sama yaitu males bangun pagi.. *yawn*

noted:
> jangan lupa pakai tripod.
> lebih bagus lagi dilakukan saat musim kemarau
> no editing, no photoshop, no filter ( apalagi pake kacamata item!!!)




Wednesday, July 6, 2011

One Foothold Shot Tricky




Once upon a time dalam suatu perjalanan nyasar, dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (karena lagi nanya jalan), dipinggiran sawah yang satu langkah lagi bakalan nyemplung ke parit...

Jangankan berpikir untuk nyobain macam-macam angle, yang bisa saya lakukan cuma merubah framing (Shot Lenght) dan menunggu moment (sambil nunggu temen selesai nanya jalan :p)

Dalam keadaan kepepet seperti itu, main framing bikin gambar kelihatan berbeda seperti gbr 3 s/d 5. Jadi ga perlu putus asa kalau kita cuma memiliki ruang gerak yang sempit ketika mengcapture moment...

Don't miss your chance to shot :D

The Cikondang Waterfall



The Cikondang waterfall, located in Cianjur district West Java, is not a natural spring water but only the river falling over a large cliff..



Getting Lost at Curug Cikondang




Accidentally jalan minggu ini adalah menemukan Curug yang yahh lumayan lah buat motret slow speed. Bukan apa-apa, selain perjalanannya kesini yang jauh, tidak ada petunjuk jalan, curug ini juga tidak jernih airnya.

Tentu saja karena Curug Cikondang yang terletak di kabupaten Cianjur ini bukan merupakan bentukan mata air alami namun hanya tumpahan air sungai yang jatuh melalui tebing yang besar. Dibandingkan dengan beberapa curug alami yang pernah saya datangi tentu saja curug ini masih jauh dari “tempat yang harus disinggahi” pemburu curug. Keruhnya air semakin nyata ketika habis turun hujan. Air berwarna sangat coklat.

Masih agak terhibur karena sepanjang jalan yang bervariasi – kadang bagus kadang jelek dikanan kirinya terhampar perkebunan teh dan udaranya otomatis sejuk.

Goshh….sebenernya kita kesasar ini..