Wednesday, August 26, 2009

Day by Day in Toraja - Day 2

OK. Seperti biasa kota Rantepao sudah mendung dari pagi. Tapi based on experience kemaren hari ini tetap semangat melanjutkan explore diToraja. Rugi dong secara nanti malam kita dah cabut lagi ke Makasar. Tujuan pertama kita hari ini adalah ke Londa. Londa adalah pekuburan berbentuk gua yang terletak di desa Sendan Uai, kecamatan Sanggalai, berjarak sekitar 7 kilometer di sebelah selatan kota Rantepao. Tempatnya agak lembab dengan jalan masuk menuruni beberapa anak tangga. Btw ini dalam gua boo..jadi gw memilih untuk meyambut kedatangan mereka aja di pintu gw, secara gw claustrophobia… Dari cerita teman-teman yang masuk, di dalam gw yang gelap dan sempit itu banyak tulang belulang dan ratusan tengkorak yang sebagian sudah berumur ratusan tahun. Banyak juga peti-peti mati yang masih baru. Tapi sama sekali tidak ada bau pengap . o iya , btw di pintu gua ada mas-mas yang nyewain lampu untuk masuk ke   gua..satu lampu bisa dipakai 2 – 3 org dan harganya Rp.40.000 u satu buah lampu..bisa dianter juga sama mas-2nya ..yaiyalah, siapa juga yang mau nyasar di dalam bersama tumpukan tulang belulang dan peti mati yang baru 2 minggu… Actually tujuan selanjutnya adalah kita mau ke sebuah Rante. Rante adalah tempat upacara pemakaman secara adat. Di rante terdapat puluhan atau bahkan ratusan buah menhir (batu megalit). Batu megalit atau simabuang batu ini memiliki ketinggian 2-5 meter. Rante yang kita kunjungi kali ini adalah Bori’ Kalimbuang terletak di sebelah utara kota Rantepao dan berhawa sejuk karena terletak di kaki gunung Sesean. Jiaaaa….tempatnya ciamik boo buat narcis:P.
Koq ya di dekat situ lagi ada keriaan alias wedding party jadi kita makan gretong secara Om Jhony kenal sama yang punya hajat.Perkawinan, dan membangun Tongkonan dapat di katagorikan dalam upacara adat Rambu Tuka’ atau upacara syukuran. Makasih loo, makanannya dan foto-fotonya:P. Destination terakhir hari ini adalah menuju puncaknya Toraja, atau ke Batu Momonga. Sepanjang perjalan hujan terus dan kita molor secara kekenyangan. Dari Batu Momonga ini kita bisa lihat Toraja yang elok permai, kayak lukisan apalagi sore itu kita disuguhi pelangi…
Thanks God for this perfect completely trip..

Tuesday, August 25, 2009

Coral Island, Pattaya, Bangkok



Hanya 2 jam dari Bangkok, terletak di sebelah barat Pattaya, Coral Island atau sebenarnya bernama Ko Larn menyajikan wisata laut yang terbayarkan karena pantainya yang berpasir putih, bersih . Banyak permainan dan olahraga air yang bisa di lakukan di sini .. Ataupun hanya rileks dan berjemur di pinggir pantainya.Meskipun banyak toko yang menjual souvenir namun tidak satupun penjaja toko yang menawarkan dagangannya, seolah menghormati para wisatawan yang memang datang ke sana untuk menikmati "their holiday" "Do Not Disturb" benar-benar di jalankan dengan patuh disini.

Monday, August 24, 2009

Day by Day in Toraja - (Second Trip with BBC) Day 1

On this Second Trip with BBC kali ini, kami punya kesempatan pergi ke desire destination (tepatnya my desire destination sich..tq buat BBC yang udah berhasil diracuni untuk menemani), Tana Toraja.   Meskipun agak delay-delay sedikit  dan agak-agak worry pas boarding karena bareng rombongan “J” akhirnya jam 8 malam waktu setempat kita savely landing di Sultan Hasanuddin yang wow punya. Beneran, Bandaranya hampir mirip-mirip kayak bandara di Thailand tapi tentu aja WCnya teteupppp..(you know what I mean lah).
Sebelumnya kita sudah arrange untuk rent a car dengan pertimbangan karena kita pergi ber – 6 maka biaya yang di keluarkan untuk trip ke Toraja selisihnya ga jauh dengan apabila kita ngeteng. FYI, ada bus umum yang melayani rute UP – Toraja dengan harga tiket Rp.80rb dan  bisnya bagus-bagus. Lama perjalanan yang di tempuh adalah kurang lebih 8 jam. Jam 06 pagi kita sudah tiba di Rantepao yaitu kota yang biasanya menjadi center untuk para wisatawan explore tempat wisata di Toraja. As u know bahwa siapapun yang berkeinginan ke Toraja tentunya sudah paham bahwa wisata di sana mostly didominasi untuk pergi ke unique cemetery. That’s why Tana Toraja sudah booming di international dengan funeral ceremonynya ( Rambu Solo’).
Dengan di damping seorang capable guide tour kita starting that day ke
Kete Kesu’. Dari pusat kota wisata Rantepao, jaraknya sekitar 4 kilometer, kurang lebih 30 menit. Kete Kesu, seperti sebuah miniature perkampungan Toraja, terletak ditengah areal sawah sehingga menyajikan pemandangan yang ciamik, dengan deretan tongkonan atau rumah adat Toraja. Areanya bersih dan beberapa tongkonan masih di huni. Ada 6 buah tongkonan di Kete Kesu yang sudah berusia puluhan tahun dan kesemuanya menghadap utara dan berhadapan dengan 12 lumbung padi sebagai partner setianya. Beberapa sudah di tumbuhi semak di atapnya. Kete Kesu sendiri berarti pusat kegiatan. Berjalan kira2 100meter ke belakang  terdapat kompleks  pemakaman (..yeahh..and the tour begin nih..) yang teduh dikelilingi pohon bambu. Ada makam leluhur yang di buat dari semen, tumpukan erong (peti mayat) yang berbentuk perahu, kerbau dan babi yang sudah lapuk dan kusam, serta tentu saja tumpukan tulang belulang. Tapi foto2 di sini juga keren koq (terutama buat Baqi : P) .
Berdasarkan bocoran yang di dapat si Om Jhony, tour guide kita, rupanya ada sebuah desa yang sedang melakukan rangkaian upacara adat Rambu Solo. Ga pake mikir di seruduk gerombolan babi kita segera join. Rambu Solo adalah salah satu upacara adat di Tator yang sampai saat ini masih terus di jaga kelestariannya. Rangkaian upacara ini bisa memakan waktu berhari- hari dan biaya yang tidak sedikit bahkan sampai milyaran rupiah. Oleh sebab itu ada bulan-bulan tertentu untuk melakukan upacara ini, biasanya di bulan Juli dan Agustus banyak pihak keluarga yang baru melakukan upacara Rambu Solo’, mengingat di bulan – bulan itu mungkin banyak libur sehingga sanak saudara dan kerabat yang telah merantau dapat menghadirinya. Dalam upacara ini banyak hewan yang di kurbankan dan semakin banyak hewan yang di kurbankan semakin naik pula status social si penyelanggara pesta. Hewan termahal adalah kerbaudan seorang bangsawan minimal harus mengurbankan 24 ekor kerbau belum lagi babi dan ayam. Itulah mengapa biaya upacara ini sangat mahal, karena satu ekor kerbau apalagi yang memiliki ciri  khusus dapat dihargai hingga ratusan juta rupiah.

Masih satu rangkaian dengan upacara tersebut, kita berkesempatan pula menyaksikan adu kerbau atau yang biasa di sebut Mapasilaga Tedong. Acaranya diadakan di sebuah lapangan dan yang nonton banyakkkkkk banget soalnya acara ini emang yang paling di tunggu-tunggu dari awal. Dari tempat adu kerbau ini kita jalan kaki sedikit ada sebuah perkampungan atau apalah yang asri banget dimana di belakang rumahnya itu ada sungainya yang jernih. Trus si tante dan keluarganya yang dirumah itu baik banget..kita di suguhin kopi toraja n biscuit sambil duduk-duduk di tongkonan. What a wonderful evening we have…cant hardly wait for tomorrow

untuk foto narcisnya ada di sini :P

Friday, August 21, 2009

Dine Me, Sushi Me




Selain tempe, makanan favourite gw adalah Sushi. Mungkin agak illfil kalau tau bahwa sebenarnya membuat sushi yang "sah" adalah dengan menggunakan tangan telanjang ketika mengepalkan nasi menjadi suatu bentuk. Akan tetapi sekarang ini beberapa rumah makan jepang sudah banyak yang menggunakan sarung tangan dalam proses pengepalan nasinya. Pada umumnya bahan makanan laut yang di gunakan adalah mentah, tetapi beberapa jenis sushi menggunakan makanan yang sudah matang
Di Jepang sendiri 'the real Sushi' masih tergolong makanan mahal karena cara membuat sushi itu sudah di katagorikan sebagai seni, baik dalam proses pembuatannya maupun ketika menyantapnya. Sushi Shokunin adalah sebutan terhormat ahli sushi di restoran sushi tradisional dan merupakan profesi dengan penghasilan tinggi. Hampir semua ahli sushi di dominasi oleh pria atas beberapa pertimbangan tertentu. Jenis Sushi biasanya digolongkan berdasarkan bentuk nasi. Selain itu sushi juga banyak macamnya di lihat dari isinya, daun yang membungkusnya, etc. Tapi ga sempet kali ya boo ngapalin nama- namanya as long gw cuma tau itu makanan yang terbuat dari nasi di campur cuka beras di kepal-kepal dan diisi makanan laut..mmm..yummy..

Knocking On "1million" Doors...

Gedung megah bergaya Art deco karya Arsitek Belanda Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag ini dulunya digunakan sebagai kantor pusat kereta api pada jaman penjajahan Belanda. Masyarakat Semarang lebih mengenal gedung ini dengan sebutan Gedung Lawang Sewu, mengingat banyaknya jumlah pintu dalam gedung. Lawang Sewu sendiri dalam bahasa jawa yang berarti seribu pintu atau banyak pintu meskipun belum tahu kebenarannya apakah jumlah pintunya benar-benar seribu...
Sejarah mencatat bahwa gedung ini di buat pada tahun 1904 dengan mendatangkan semua material penting dari Eropa. Tahun 1907 mulai dipergunakan untuk kantor jawatan kereta api Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) kemudian kantor Djawatan Kereta Api Indonesia (DKAI) yang kini menjadi PT Kereta Api (KA)


Just Info, Lawang Sewu terbagi menjadi empat bagian gedung, yaitu gedung A yang berbentuk L; gedung B adalah gedung di bagian belakang yang bentuknya membujur arah utara selatan; gedung C adalah gedung bagian tengah yang dulu difungsikan sebagai kantor; serta gedung D yang terdiri atas gedung-gedung penunjang seperti kamar mandi.

Wednesday, August 19, 2009

One Fine Day at Benoa




Keuntungan memilih stay di Tanjung Benoa adalah pantainya yang relative sepi dibandingkan daerah Kuta. Air baru naik ke permukaan pantai setelah diatas jam 08.00 sehingga di pagi hari hanya tampak kegiatan penduduk local ataupun karyawan hotel. Terletak di ujung timur Pulau Bali, Tanjung Benoa menjadi tempat yang sangat cocok untuk kegiatan olahraga air. Menjelang siang daerah ini akan mulai ramai dengan kegiatan seperti parasailing, jet ski, flying fish dan banana boat plus diving, meskipun airnya ga sejernih Bunaken (yaiyalah). That’s why mulai lepas dari Nusa Dua banyak berjejer tempat-tempat yang menawarkan fasilitas untuk rekreasi olahraga air, biasanya mereka menawarkan sistem paket untuk beberapa jenis ORA.
Kunjungan ke Bali kali ini , meskipun tidak bisa menikmati kesenangan-kesenangan di air tadi, gw masih punya kesempatan one day -during those busy days- untuk mencicipi suasana Benoa.

Tuesday, August 18, 2009

Completely Toraja




Walaupun delay dan begitu tiba di bandara Sultan Hasanudin, yang dengan new look futuristiknya, lgsg cabut ke Toraja serta pegel selama 8 jam, tapi memanglah ga sia-sia gw menanti dengan sabar and almost forget selama hampir 8 bln. And today is the day.
Toraja adalah one of my desire local destinations selain Ujung Genteng, Bukit Tinggi dan Bunaken, dan P.Rote, dan Raja Ampat (lohhh koq jadi banyak??), yang gw yakin gw bakalan satisfied and excited through it, se nggak enak-ga enaknya.
Gw selalu get lucky ketika bepergian sesuai list desire destination tadi. Entah dengan teman seperjalanan yang 'gila' maupun dapet event yang serba kebetulan. Salah satunya adalah hujannnnn. Horeeeeee........Ga bisa kemana mana dong secara tempat-tempat yang mau dikunjungi semua serba outdoor. Untung Tuhan mengerti bahwa gw sudah berusaha keras menahan sabar baik ngumpulin harta maupun pegel pantat untuk kesini. Maka diijinkannya matahari bersinar jam 10 dan diijinkannya pula gw melihat salah satu dari rangkaian upacara adat Rambu Solo', setelah sebelum pergi mendapat info bahwa funeral ceremony yang kesohor itu cuma ada di bulan-bulan tertentu plus klaim bhw kepergian gw kali ini 'ga timing'.
OK. Ga cuma itu gw pun mendapat new exciting experience ketika menyaksikan Ma' pasi Laga Tedong alias adu kerbau.... dan ikut baku taruh :DD.. Ga lah mana mampu gw berjudai (judi boo) senilai 80jt, cash and carry pula!!gubrag.
Udah gede lagak bikin daftar destination sampai 2 lembar dan tentu saja ga kesampaian secara kelamaan bernarcis di suatu tempat (masalahnya salah satu teman gw narcis akut...piss,bak!). But, terbayarkan just because kita juga jadi "welcoming" tamu tak diundang di acara Rambu Tuka'. . See? How lucky I am dalam satu kesempatan berkunjung bisa menyaksikan 2 upacara adat tertinggi suku Toraja.
Kabupaten Toraja merupakan daerah pegunungan di utara propinsi Sulawesi Selatan, dimana mayoritas penduduknya beragama nasrani dan bermata pencaharian sebagai petani sehingga tidaklah mengherankan sejauh mata memandang dihampir setiap sudut kota , hamparan sawah hijau dengan gradasi kuning layaknya permadani yang sengaja dihamparkan untuk menghantarkan mereka ke rumah Tuhan, plus jajaran Tongkonan (rumah adat) dengan partner setianya si lumbung padi atau dalam bahasa Toraja disebut Alang. What amazing paints I see.


Monday, August 17, 2009

Buffalo Meaning at Toraja, South Sulawesi


Orang Toraja mempunyai cara tersendiri dalam menilai kerbau. Tinggi rendahnya bergantung pada penilaian yang berlaku umum dan sudah digunakan sejak jaman nenek moyang secara turun temurun.




Dalam kepercayaan asli masyarakat Tana Toraja yang disebut Aluk Todolo, seseorang yang telah meninggal dunia pada akhirnya akan menuju ke suatu tempat yang disebut puyo dengan diiringi sebuah upacara (Rambu Solo’). Kerbau dipercaya sebagai kendaran yang mengantarkan menuju puyo. Seseorang yang berkedudukan tinggi minimal akan mengurbankan 24 ekor kerbau belum termasuk hewan potong lain. Itulah sebabnya selain memiliki nilai ekonomis tinggi, hewan ini juga melambangkan kesejahteraan sekaligus menandakan tingkat kekayaan dan status sosial pemiliknya.