Sunday, May 4, 2008

Looking Through the Eyes of Sriwijaya Land...

Makan Pempek? wah itu udah pasti. Langsung dari kota asalnya. Konon Penduduk Palembang ini secara daerahnya berada di tepian sungai, pada masa terdahulu berlimpah hasil ikannya (sekarang juga sih) sehingga bingung untuk mengawetkannya. Lalu timbulah ide untuk mengolahnya menjadi makanan dengan mencampurnya dengan tepung kanji. Pempek sendiri punya bentuk dan macam pengolahan yang berbeda. Yang ga kepake dari bagian ikan cuma durinya kali ya soalnya bahkan sampai kulit ikan pun bisa dimanfaatkan menjadi makanan yang cara penyajiannya di campur dengan cuka. Buat penduduk Palembang adalah hal biasa mengkonsumsi Pempek sebagai sarapan, sementara kita agak takut - takut jadi sakit perut..bukan apa- apa, masalahnya khan di Jakarta macet, kebayang dong kalo lagi kena macet pagi - pagi trus kita "berasa".
Palembang juga dikenal sebagai penghasil Durian. Tapi pada saat gw kesana kemaren lagi ga musim, meskipun tetap aja gw bisa makan tempoyak (Daging duren yang difermentasi..bener ga?)..yang dipadukan dengan ikan jenis Patin atau Baung, dikukus dan jadilah gw makan Brengkes Patin almost setiap waktu makan. .ada juga jenis makanan yang khas yaitu Pindang Patin , masakan berkuah yang yummy apalagi kalo pedes..ada juga Burgo, belum kerupuk Palembang, belum Lempok, belum Es Kacang Merah…aduhhh…pokoknya gw memutuskan untuk segera hengkang karena takut gagal program dietnya….masalahnya gw cocok banget dengan makanan Palembang karena hampir mirip – mirip dengan makanan kalau pulang kampong ke Kalteng..
Kotanya bersih ajahhh….terang aja ternyata pemenang Adipura. Pemda Palembang boleh diacungi jempol dalam soal penataan kota. Image kota Palembang yang rawan dengan kejahatan kayaknya enggak juga deh..maksudnya kejahatan khan ada dimana – mana, ga cuma di Palembang koq. Jadi waspadalah…waspadalah ..(bang napi banget ga sich???).Look….Ini adalah Gedung Menara Air yang terkenal, dibangun thn 1929.  Berupa bangunan menara dengan tinggi 35 meter Orang Palembang menyebutnya Kantor Ledeng. Gedung ini kalau ga salah sekarang dipakai sebagai Kantor walikota.
Kota Palembang kini tengah berbenah menata Sungai Musi dan lingkungan sekitarnya mulai dari pembersihan sungai , penataan kawasan pasar tradisional di sekitar sungai Musi dengan mempertahankan arsitektur Belanda tempo dulu. Sungai sepanjang 750 km dan merupakan sungai terpanjang di pulau sumatera ini merupakan sarana utama transportasi masyarakat secara kota ini dikelilingi air. Kurang lengkap rasanya kalau berkunjung ke Palembang tanpa menyusuri Sungai Musi. Nah,  Jembatan Ampera  yang jadi  kebanggaan warga  kota Palembang ini  dibangun berdasarkan ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang " Seberang Ulu di bagian Selatan dan Seberang Ilir di bagian Utara". Mulai dibangun April 1962 dan selesai pada Mei 1965., memiliki panjang 1.100 meter dengan lebar 22 meter disangga keenam kakinya yang dipancang sedalam 75 meter. Jembatan Ampera dipercantik dengan memberi lampu –lampu laser berwarna warni dan tersedia juga restoran terapung. Yang pasti yang banyak terlihat dalam perjalanan yang menggunakan “ketek” ini adalah kapal – kapal besar milik perusahaan pupuk yang tersohor PUSRI (Pupuk Sriwijaya), Rumah terapung yang masih traditional dan penduduk perkampungan pinggir sungai. Malah gw jadi ga enak sendiri karena lewatnya sore – sore pas jam mandi mereka. Untuk menyusuri sungai Musi kita dapat menggunakan sejenis perahu traditional dengan harga 20rb , basenya di jembatan Ampera atau Benteng Kuto Besak, orang Palembang biasa menyebutnya BKB. Benteng Kuto Besak dibangun selama 17 tahun (1780-1797 M) pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Baharuddin (1776-1803 M) dengan panjang 290 meter, lebar 180 meter, dan tinggi 6,60 meter-7,20 meter.  Btw konon benteng ini selain menggunakan bahan batu dan semen (batu kapur serta bubuk tumbukan kulit kerang)., sebagai  bahan penguat tambahan, digunakan pula putih telur dan rebusan tulang serta kulit sapi dan kerbau.

Berhubung gw cuma 3 hari bisa mencuri – curi waktu disela – sela “bekerja” jadi ga banyak yang bisa di ceritain. Yang pasti gw betah banget ke Palembang, karena tour guide gw orangnya asyik2 and funky and tau aja cara menyogok gw dengan makanan sehingga investigasi gw tertunda terus…hah…

10 comments:

arief anwar said...

halo.. halo... ken.. haloo.. jgn lupa buat gw titipan.. hmmm pempe jg gpp kalo ga ada senjata daerah... woke? thanks ken...

Iken Margaretha said...

itu pempek langsung lenyap lohh...*glek*

yeany emilia said...

Koq gue nggak dibagi????? PROTESS!!!!!

Taufik I said...

Jembatan itu.. rasanya gw pernah deh liat
*kasuat-suat*

francesca ken said...

aduh ci...khan ente bisa bikin sendiri atau jangan ngaku orang palembang deh...

francesca ken said...

uhuk...uhuk...kalo kasuat - suat lagi lo berdiri aja di jembatan samping MM...

francesca ken said...

aduh..nitipnya yang bikin gw ditahan di airport aja sehh...???senjata gitu lho...

francesca ken said...

makanya kalo dateng agak pagian...

Iken Margaretha said...

tnang aza...nanti kita tebus dengan wajik ny.week di salatiga...ooopsss...

yeany emilia said...

Kan pengennya yang gratiss... snif... snif...