Monday, February 23, 2015

The Great Wall, Beijing, China

( for GetAway! Magazine - February 2015 issue)





Menginjakan kaki di The Great Wall atau Tembok Besar Cina merupakan salah satu mimpi dari setiap orang, terutama para traveler di dunia, dan tentu saja termasuk saya. Meskipun Tembok Besar Cina tercatat sebagai tembok buatan manusia terpanjang di dunia namun Tembok Besar Cina bukan merupakan satu buah tembok panjang melainkan suatu tembok dengan system pembangunan dari beberapa tembok yang kemudian menyatu. Panjangnya melebihi 8800 km membentang di sepanjang pegunungan Tiongkok, melewati padang pasir, perbukitan, pegunungan hingga ke Teluk Bohai. Masyarakat local menyebutnya sebagai Wan Li Chang Cheng atau 10,000 Li Long Wall, dimana li adalah satuan ukuran di Cina yang setara dengan 1,640ft. 

Pembangunan tembok besar dimulai sekitar abad ke -8 Sebelum Masehi dimana ketika itu beberapa kerajaan saling berperang satu sama lain untuk memperebutkan daerah kekuasaan di wilayah Cina yang luas. Masing-masing kerajaan membangun sebuah tembok untuk menahan serangan musuh. Setelah Cina menyatu menjadi wilayah kekaisaran, Dinasti Qin (221 – 207) merupakan dinasti pertama yang mempelopori penyatuan pembangunan tembok besar ini. Kaisar Qin Shi Huan memerintahkan untuk membangun dari sisi paling utara untuk melawan intervensi dari bangsa Mongol. Pada masa itu Tembok Besar Cina difungsikan sebagai media untuk berkomunikasi. Setelah masa kejayaan Dinasti Qin berakhir, tembok raksasa sempat mengalami kerusakan, namun kemudian diperbaiki kembali dan di tambah panjangnya ketika Cina di bawah pimpinan Kaisar Han Wudi (140 – 87SM) yang selama 20 tahun melakukan renovasi dan penambahan panjang hingga 1000km.  

  


Awalnya saya agak sedikit bingung menentukan dari section mana akan menapaki tembok besar yang usianya sudah lebih dari 2000 tahun ini. OK, mungkin lebih baik saya focus pada akses yang termudah dan jarak terdekat. Dan berhubung saat itu saya sedang menetap di Beijing maka ada beberapa pilihan section yang terdekat diantaranya Badaling, Mutianyu, Simatai, Jinshanling, Gubeikou, Huanghuacheng, Jiankou dan  Juyongguan Pass,

Breathe- taking indeed! Saya menarik nafas panjang seiring langkah pertama saya menapaki tembok besar yang anggun ini. Perasaan aneh dan masih tidak percaya menyusup ke dalam hati ketika menyusurinya. Membayangkan ribuan tahun yang lalu bagaimana bangsa Cina dari generasi ke generasi membangun tembok ini untuk melindungi diri dari luar dan sekarang melihat bagaimana ribuan orang dari seluruh penjuru dunia datang membanjiri di setiap musim. Saya pun seperti mendengar derap langkah kuda pasukan Genghis Khan sedang menapaki jalur yang saat ini sedang saya susuri.









Juyongguan merupakan titik terdekat dari kota Beijing. Letaknya mengarah langsung ke Mongolia sehingga menjadikannya sebagai gerbang yang paling strategis. Di musim semi kedua lerengnya tampak padat dengan dedaunan yang menyerupai karpet. Apabila kita menyusuri sepanjang tembok ini kita akan tiba di section Badailing. Tentunya apabila anda punya cukup tenaga untuk menanjak sejauh 20km.

Kebanyakan mereka yang ingin rute simple memilih langsung ke Badaling. Untuk ke Badaling kita cukup menggunakan kereta cepat dan nyaman yang hanya memerlukan waktu 1, 5 jam dari Beijing. Mengingat wilayahnya yang sangat luas dan jumlah penduduknya yang sangat banyak, pemerintah Cina sangat mengutamakan kenyamanan berkendaraan umum bagi penduduknya. Tidak hanya di dalam kota melainkan untuk bepergian dari satu propinsi ke propinsi lain. Kita tidak perlu khawatir mengexplore sendiri. Ongkosnya pun terbilang cukup murah. Bayangkan untuk menuju Great Wall kita hanya merogoh kocek sebesar 6 Yuan sekali jalan dengan kereta yang nyaman dan cepat. Sampai di station kereta Badaling pengunjung hanya berjalan kaki dengan sedikit tanjakan dan..voila!...step into The Great Wall already!


Berturut- turut kemudian pembangunan tembok besar terus dilanjutkan oleh Dinasti Wei (386-535), Dinasty Bei Qi (550 – 577), Dinasty Sui (581 – 618), Dinasty Tang (618 – 907) dan Dinasty Song (960-1279). Bahkan setelah Cina diambil alih oleh bangsa Mongol pun pembangunan terus dilakukan hanya saja tidak lagi sebagai benteng pertahanan melainkan sebagai penghubung transportasi untuk kepentingan perdagangan di masa itu. Tembok besar yang ada sekarang ini merupakan kerja keras pada masa Dinasty Ming (1368 – 1644) yang mana selain menambah panjang tembok juga dibangun jembatan, kuil dan pagoda. Kaisar Ming membangun dan merekonstruksi tembok raksasa mulai dari Sungai Yalu di propinsi Liaoning hingga bagian barat Sungai Taolai di Propinsi Gansu. The Great Wall terpecah menjadi arah utara dan selatan yang disebut Inner and Outer Wall, menjadikan section ini yang paling terpelihara. Dari masa inilah mulai dikenal nama The Great Wall dan sudah sewajarnya apabila UNESCO mengakuinya sebagai salah satu situs warisan dunia.











Tidak demikian halnya dengan Mutianyu. Untuk masuk melalui section Mutianyu agak diperlukan sedikit usaha yaitu mengunakan bis umum dilanjutkan dengan taxi. Kalau anda bepergian di bulan October, pemerintah Cina menyediakan special tour bus dari kota Beijing langsung ke Mutianyu Great Wall . Untuk mencapai dan menapak kaki di The Great Wall dari section ini pengunjung punya dua pilihan. Memakai kereta gantung yang tersedia untuk naik ke atas begitu juga kembali ke bawah atau memilih berjalan kaki ketika kembali. Sampai di atas kita akan disambut pemandangan jalur menurun berkelok-kelok bagaikan seekor naga yang mengeliat menyusuri pegunungan. Mutianyu merupakan section yang mengalami renovasi penuh dibandingkan section lainnya. Hal ini diutamakan untuk kenyamanan pengunjung.

Kalau anda penggemar hiking, cobalah melalui section Jinshanling. Beberapa bangunan dan temboknya sudah mengalami renovasi dan beberapa dibiarkan alami. Section lain yang akan membuat kita berdecak kagum adalah section Gubeikou dimana keseluruhan tembok tidak pernah direnovasi dan masih asli. Walaupun tidak sebagus dan senyaman Badaling namun pemandangan Crouching Tiger Mountain di sebelah barat dan Entwining Dragon Mountain disebelah timur membuat kita seolah kembali ke masa awal tembok besar mulai dibangun. Section berikutnya adalah Jiankou, tidak dibuka untuk umum namun anda masih bisa masuk dengan biaya 20yuan yang ditarik dari penduduk local. Section ini benar-benar tidak pernah mengalami perubahan dan jalurnya agak berbahaya sehingga kita harus berhati-hati. Huangyaguan yang terletak 118km dari Beijing adalah section tempat diselenggarakannya The Great Wall Marathon pada bulan Mei setiap tahunnya. 

Perpaduan pemandangan yang sempurna dari The Great Wall ada di Huanghuacheng Section, sebagian dari temboknya ada di dalam air yang merupakan bagian dari the Huanghuaceng Lake. Dalam bahasa Cina, Huang memiliki arti bunga berwarna kuning. Pada awal musim panas, sekumpulan tanaman liar berbunga kuning tumbuh bermekaran di area tersebut. Section ini terletak 11 km sebelah timur dari Mutianyu dan Badaling di sebelah barat. Jika The Great Wall merupakan bangunan terbaik di Cina, maka Simatai adalah yang terbaik dari the Great Wall. Section Simatai adalah section yang membuat the Great Wall dimasukan menjadi salah satu warisan dunia. Panjangnya 5,4km dan dibangun pada masa Dinasti Qi (559-557).



 









Kontur pegunungan yang berbukit-bukit ditambah kesediaan bahan material pada masa itu membuat tembok besar dibangun menggunakan  material yang berbeda. Ada yang terbuat dari tanah yang digemburkan dan dicampur kerikil, batu gunung bahkan rerumputan bercampur pasir dan ranting-ranting pohon. Tidak heran di beberapa bagian sudah banyak bagian yang rusak. Baru ketika jaman sudah maju mulai digunakan batu bata.

Tembok Besar Cina memiliki arsitektur yang menunjukan kecerdasan Bangsa Cina yang telah maju dari jaman dahulu. Mereka tidak hanya membangun sebuah tembok panjang, namun juga dilengkapi dengan menara pengintai dan gerbang yang sudah diperhitungkan fungsinya. Menara pengintai atau Fenghuotai dibangun untuk mengirimkan pesan melalui signal asap, sinar lampion dan cahaya api. Gerbang berfungsi sebagai benteng pertahanan dan memiliki bermacam-macam fungsi. Ada yang digunakan sebagai tembok pertahanan, pintu keluar masuk perbatasan, ada lapisan gerbang yang melindungi gerbang lainnya hingga gerbang yang berupa parit dan saluran air. Sementara temboknya sendiri merupakan penghubung semua bangunan tersebut.

Dengan rasa kagum saya melewati sebuah quanmen atau pintu melengkung di bagian dalam tembok yang dulunya digunakan sebagai jalan masuk untuk naik ke atas tembok. Sempat pula saya mencoba mengintip melalui tembok bercelah seolah-olah sedang mengintai musuh. Ada rasa haru sekaligus bangga ketika saya berdiri diatas menara dan melihat sekeliling pegunungan Tiongkok, membayangkan musuh sedang mengawasi dari balik pegunungan. Dalam hati saya mengucap kalimat yang cukup terkenal dari Kaisar Qin Shing Huang “everything was under my feet “. 








Tidak menutup kemungkinan jika kita ingin menyusuri seluruh tembok Cina dari ujung yang satu  ke ujung yang lain. Hanya saja diperlukan cukup waktu dan harus melalui section yang berbeda. Di kota Shanhaiguan di propinsi Hebei sekitar 300km dari Beijing, disebut sebagai The First Gate”, ujung tembok hanya sejauh beberapa kilometer dari Teluk Bohai. Ujung tembok ini seolah-olah tampak jatuh ke dalam laut. Suatu pemandangan yang unik. Section ini kadang disebut sebagai awal namun banyak juga yang mengatakan ini adalah akhir dari Tembok Cina.

Sore itu cuma saya dan sekelompok anak muda yang bertahan menemani Sang Tembok Besar yang sudah ribuan tahun sendirian menyaksikan matahari tenggelam. Dari kejauhan shiloutenya bagaikan seuntai pita membentang di garis horizon dalam balutan sinar senja yang mengantarkannya pada kesunyian.  Saya pernah membaca sebuah kutipan dari 1st Chairman Cina, Mao Zedong yang mengatakan “ He who has not climbed the Great Wall is not a true man” . But I’m just a lucky traveler, bisik saya lirih.
 

No comments: