Sunday, March 15, 2009

Through the West Sumatera




Memasuki langit diatas Sumatera Barat yang tampak pertamakali adalah bentangan bukit. Padang dulunya merupakan perkampungan nelayan kecil dengan pemukiman di tepi air meskipun lebih dari 60% luas Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung dan sisanya merupakan daerah efektif perkotaan dengan garis pantai sepanjang 84km. Selain memilik banyak sungai, Padang juga memiliki banyak bukit sehingga wilayah daratan Kota Padang memiliki ketinggiannya yang sangat bervariasi. On Landing positition keliatan lautnya berwarna hijau (beda banget sama kalau mau mendarat di Lombok) dengan garis pantai yang jelas seolah memagari kota, dengan wecome note “ already prepare your sunblock?”..Yachh…sama aja sih. Dimana-mana juga panas. Tapi terus terang di Padang gw membutuhkan lebih banyak Paramex karena selain ternyata panasnya memang membuat keringat mengalir trus dalam keadaan terik begitu kalau kita naik angkot mau pecah kepala karena angkot di kota Padang sangat unik. Hampir seluruh angkutan umum di Kota Padang menservice penumpangnya dengan sound system yang gila-gilaan, mulai dari kaset , CD, TV mobil, sampai karaoke (sempat gitu?)..mulai dari lagu minang sampai Bon Jovi dan dengan desible yang ga kira-kira. 1 lagi uniknya angkot di Padang keren-keren..ceper dan hampir semuanya di brush dengan nice painting..bagus sih cuma drivernya masih muda-muda jadi alamak….nyetirnya ga beraturan gitu. Doohh , meskipun ongkosnya murah cuma 2000rp jauh dekat lumayan sport jantung. Selain angkot, ada juga taxi tanpa argo. Dari Bandara ke kota di patok harga 80.000 – Rp. 100.000…jadi pake argo mulut kata teman saya (maksudnya siapa yang menang nawar itu yang dapet).
Dulu saya heran sama habbit teman sekantor yang asli orang Padang karena hamper setiap lunch dia pesan makanan Padang. Pas sampai sini ga heran lagi karena memang mereka addict banget sama makanan Padang. Mulai dari sarapan, lunch sampai dinner, makanan padang terus apalagi kalau di Padang ternyata sambelnya selalu di kasih “button from heaven” alias jengkol..tinggal gw deh yang susah karena ga begitu suka makan makanan Padang soalnya porsinya sekali makan untuk seminggu buat gw..hiks..
Mmm..as usual curi-curi waktu meskipun cuma 15 menitan , gw sempat beli es duren yang emang enak banget dimakan pas siang-siang meskipun habis itu rasanya kayak ditimpa duren beneran soalnya porsinya gede ajahh..(halah kunaon porsinya pada banyak-banyak ya?) trus beli makanan khas Padang, kripik sanjai di toko yang sudah direkomendasikan teman-teman. Kebetulan tokonya terletak ga jauh dari jembatan Siti Nurbaya jadi ya narcis dulu dong. Kalau siang jembatan ini sepiiii banget, kotras kalau malam minggu yang sampai macet soalnya dijadikan tempat nongkrong anak muda sambil makan jagung bakar..(yaiyalah sapa juga yang mau nongkrong siang-siang secara panasnya bikin melting).
Gw ga terlalu mengexplore kota Padang, karena selain waktu nya sempit memang lebih focus pengen ke Bukit Tinggi. Sorry, jadi ga banyak yang bisa diceritain..

Friday, January 30, 2009

Menyambangi Musi....


Jangan salah...menyusuri Musi bikin deg-degan juga karena banyak banget kapal tanker or whateverlah kapal gede-gede yang sandar..mereka memanfaatkan aliran sungai musi sebagai sarana transportasi karena Musi yang terletak di propinsi Sumatera Selatan ini merupakan sungai terpanjang di pulau sumatera dengan panjang 750km dan membelah kota Palembang menjadi dua kawasan , Seberang Ilir di Utara dan Seberang Ulu di selatan. Sumber mata air sungai musi berasal dari daerah Kepahiang, Bengkulu dan bermuara di 9 sungai besar.



(Untuk wisata sungai Musi bisa menyewa perahu (ketek) dari Benteng Kuto Besakh dengan 20.000/org atau lebih murah lagi kalau rombongan..)

The Dayak Wedding Dance



Berikut adalah tarian yang dilakukan pada upacara adat perkawinan suku Dayak Ma'ayan di Kalimantan Tengah. Perkawinan adat yang lazim disebut Bagunung Perak, prosesinya dipandu oleh seorang Balian (dukun adat) dan hampir didominasi dengan menggunakan bahasa Dayak Ma'ayan.


Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta


Rumah Budaya Tembi, diresmikan 21 Oktober 1999 bersamaan dengan launching Ensiklopedi Kebudayaan Jawa. Di dirikan atas inisiatif P. Swantoro dengan pengelolaan di bawah Yayasan Kebudayaan Jawa.


Berdirinya Museum Tembi juga tidak tidak terlepas dari keberadaan Lembaga Studi Asia Bidang Kajian Jawa yang pada 1994 berkantor di Jl. M.T. Haryono 40, Surakarta. Pada 6 September 1995 lembaga ini pindah ke Dusun Tembi. Inilah yang menjadi cikal bakal Rumah Budaya Tembi..(dari berbagai sumber)

Rumah Budaya Tembi buka setiap Senin – Jumat pukul 09.00 - 16.00 WIB. Terletak di Jalan Parangtritis Km. 8,4 Dusun Tembi,Timbulharjo, Sewon, Bantul. Transportasi menuju ke sini apabila tidak memiliki kendaraan pribadi dapat menggunakan Taxi berargo sekitar 40rb – 60rb dari pusat kota.

Sunday, January 18, 2009

This is how we (usually) go together...




ya begini deh...maklum waktu itu belum KB

(all photos taken by my brother)

Thursday, January 8, 2009

Lovely Aunty and Uncle




Every member of the family has a unique role to play in the family unit. In every family these roles are different. A role that an aunt and uncle may play is that of helping parents getting along with their children. Much like grandparents, an aunt and uncle is not subjectively involved in what happens in the family. They are often able to see things in a more objective way. They also may be able to build relationships with sons and daughters and give them a place to get away from the family for a while.
thank you aunty and uncle....

Sunday, January 4, 2009

Jelajah Ujung Genteng


Keunikan dipesisir pantai sepanjang ujung genteng hingga pantai batu nunggul adalah tidak terdapat ombak karena sudah tertahan oleh beting karang yang berada sekitar 200m sebelum garis pantai. Dari sini pula bisa disaksikan matahari terbit dan tenggelam.

Menempuh perjalanan 5 – 6 jam dari Jakarta, Ujung Genteng masuk wilayah pemerintahan Kabupaten Sukabumi. Sebagian besar penduduknya adalah Nelayan & Petani, ada juga yang beralih menjadi penyadap Nira dan dijadikan gula kelapa