Sunday, March 15, 2009

Berdialog dengan Randai

Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan, dan memakai silek (silat) sebagai unsur tariannya. Kemudian dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara. Randai dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, yang biasanya  berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, Pemeran utama ini dikelilingi oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut dimana mereka yang berkeliling itu akan melakukan gerakan-gerakan silat dimana para pelakunya menggunakan sarung berbentuk celana yang didesain khusus sehinga menghasilkan irama serentak ketika di tepuk. Dahulu Randai hanya boleh dibawakan oleh kaum lelaki  sehingga apabila ada penokohan seorang wanita maka diperankan oleh laki- laki. Tetapi lambat laun kemudian kaum wanitapun sudah bisa  bergabung dalam kelompok Randai. Randai merupakan kebudayaan Minangkabau, Sumatera Barat yang sudah bergeser karena peradaban jaman dan modernisasi kota besar sehingga tidak banyak lagi kaum muda-mudi yang mau mempelajarinya sementara kalangan seni dari negeri seberang banyak yang mengganggap bahwa Randai adalah kesenian yang mengagumkan. University of Manoa, Hawaii pernah mementaskan Randai dalam bahasa Inggris dan dipentaskan oleh mahasiswa-mahasiswanya. Sekarang ini Randai kembali dipopulerkan oleh Televisi Lokal, TV Padang, dengan mengambil lokasi shooting di Pantai Padang (Taplau) dan berdampak pada perkembangan grup Randai yang lain.
Gambar diatas saya ambil ketika mereka sedang shooting sabtu malam, 7 Maret 2009. what amaze memang...saya juga sempat ambil videonya dan senang banget dengar irama tepukan sarung yang serempak itu.

5 comments:

tyas soetedjo said...

maksud & tujuan loe apaan sich? G nggak paham...

francesca ken said...

maksud yang mana nih? gw juga jadi ga paham...

tyas soetedjo said...

gw ga paham kenapa loe ngebahas tentang tari daerah..

francesca ken said...

aduh, cici, jangan mentang-mentang dibelakang nama kita pake "smith" dong ci...

tyas soetedjo said...

oh iya.. tetep harus nasionalis ya kata grandpa.. hihi.. forgive me ya mbah...