Tuesday, December 10, 2013

YADNYA KASADA - TeerSheet


(For GetAway! Magazine, Dec'13 issue)

Saya tiba di Desa Ngadas sekitar pukul 1 siang disambut udara dingin yang mulai menusuk. Desa Ngadas adalah desa terakhir apabila kita hendak menuju kawasan Taman Nasional BromoTengger Semeru di propinsi Jawa Timur. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan kawasan konservasi yang memiliki keunikan dengan adanya panorama anak gunung, savana (padang rumput) yang luas serta  lautan pasir seluas 5.250ha yang berada di ketinggian kurang lebih 2100dpl.  Di bagian selatan merupakan dataran tinggi yang dipisahkan oleh lembah dan ngarai serta danau-danau kecil yang membentang di kaki gunung Semeru. Kawah Gunung Bromo sendiri berada di bagian utara dengan ketinggian 2.932 dpl, merupakan kawah yang yang masih aktif dan sering mengeluarkan kepulan asap ke udara.

Ibu Mulyadi sang pemilik rumah menyambut saya dengan ramah. Beliau langsung mengajak saya ke dapurnya dimana terdapat sebuah perapian (pra pen) yang terbuat dari semen dengan beberapa dingklik (bangku pendek dari kayu) di sekitarnya. Rasa hangat langsung menjalari tubuh. Bu Mulyadi adalah salah seorang suku Tengger yaitu suku yang bermukim di sekitar Gunung Bromo dimana masyarakatnya  tetap berpegang teguh pada adat istiadat dan budaya yang menjadi pedoman hidupnya yang  di wariskan oleh nenek moyangnya secara turun menurun.  Suku Tengger dan Gunung Bromo adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya melengkapi satu sama lain.





Suku Tengger tersebar di empat kabupaten yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Malang. Mayoritas penduduknya beragama Hindu dan hidup sebagai  petani. Ladang- ladang mereka berada di lereng gunung dan bukit dengan hasil utama jagung, kentang, wortel, kubis, daun bawang dsb. Pada umumnya mereka hidup sangat sederhana. Bahkan alat pertanian yang mereka gunakan masih bersifat traditional seperti sabit dan cangkul. Masyarakat Tengger hidup penuh kedamaian. Segala permasalahan diselesaikan dengan bermusyawarah dan dipimpin oleh  orang yang yang paling berpengaruh yang biasa di sebut Dukun. Dukun ini berperan dalam segala pelaksanaan adat istiadat  dan kegiatan masyarakat lainnya.

" Yang penting buat kami ini hidup tentrem ( damai), tidak menganggu satu sama lain dan kerja keras " kata Bu Mulyadi sambil tangannya sibuk menyiapkan sesajen yang akan dibawanya besok  untuk mengikuti  upacara Kasada. Upacara Kasada oleh masyarakat Tengger biasa di sebut Wilujengan Kasada. Acara yang juga disebut Yadna Kasada ini merupakan ritual masyarakat Tengger yang diadakan setiap setiap punama pada bulan ke-10 (Kasada) menurut penanggalan Hindu Tengger.



Keesokan paginya saya diajak keluarga Mulyadi untuk mengikuti pengambilan air suci. Dengan menggunakan jeep pribadi kami melintasi padang rumput luas yang membentang dan membelah lautan pasir hingga tiba di kaki gunung yang terletak di dekat kawah Bromo. Mata airnya terletak di dalam goa di atas bukit. Cukup melelahkan tentu saja mendaki ke atas. Goa ini yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai Goa Widodaren merupakan lokasi pemujaan masyarakat Hindu Tengger yang percaya bahwa air yang keluar dapat membuat paneh melimpah sehingga dianggap suci. Ritual pengambilan air ini disebut Mendhak Tirta. Air dimasukan ke dalam bumbung bambu yang nantinya akan dibawa ke pura agung  poten  tempat upacara berlangsung.


Acara dimulai pada sore hari dengan pembacaan sejarah tentang asal usul masyarakat Tengger. Secara singkat dikisahkan kata Tengger merupakan singkatan dari Lara Anteng dan Jaka Seger, sepasang suami istri yang memberikan 25 keturunan yang selanjutnya menjadi nenek moyang masyarakat Tengger. Upacara Kasada itu sendiri dimaksudkan untuk memberikan persembahan kepada putra pertama mereka, Raden Kusuma,  yang dikorbankan kepada Gunung Bromo dalam rangka pemenuhan janji mereka untuk mendapatkan keturunan. 




Malam mulai datang perlahan. Sinar bulan purnama menerangi Pura Poten yang dipenuhi pengunjung. Sebagian warga tampak menghangatkan diri dengan berdiang di api unggun melawan udara dingin. Selanjutnya seluruh dukun yang hadir memberikan persembahan sesaji  diikuti acara yang paling sakral yaitu pembacaan doa tidak hanya untuk komunitas masyarakat Tengger namun seluruh umat di dunia agar di beri keselamatan dan kemakmuran. Tepat pukul 00.00 mereka berjalan beriringan dengan membawa sesaji menuju kawah Bromo diikuti oleh masyarakat Tengger itu sendiri. Saya cukup salut karena banyak dari mereka yang  bisa dikatakan berusia tidak muda lagi. Dapat dibayangkan bagaimana rasa dingin yang menusuk dan harus berjalan dalam gelap sambil memanggul sesaji yang ditata dengan sangat rapi dengan menggunakan ongkek bambu. 


Menjelang matahari terbit, yang disebut dengan Surya Serwana, acara Labuhan pun dimulai. Dalam acara labuhan ini, benda yang di labuh ( dipersembahkan) berupa segala macam tanaman yang menghasilkan dari hasil pertanian masyarakat tengger seperti kentang, kubis, ketela dan sebagainya.  Terkadang ada juga yang membawa persembahan berupa kambing atau ayam,  biasanya mereka yang meminta permohonan khusus. Di lereng kawah Bromo sudah berkerumun orang-orang yang disebut pengambil sajen, bersiap untuk menangkap  persembahan yang di lempar ke dalam kawah. Ada yang bermodalkan jala dari kain goni, sarung maupun terpal plastik. Tidak ada rasa kekhawatiran berdiri di lereng yang curam dengan kawah aktif yang mengepul  di belakangnya.


Selain meminta keselamatan, upacara ini mampu menyedot banyak perhatian dari masyarakat. Upacara Kasada tidak hanya untuk masyarakat Tengger saja namun masyarakat umum juga boleh ikut berpartisipasi baik sebagai penonton maupun ikut dalam prosesinya.

INFO
Transportasi
Flight/ Kereta Api : Jakarta - Surabaya / Jakarta - Malang
Travel/Bis :
  • Surabaya - Malang  dilanjutkan naik angkot sampai Tumpang, berganti Ojek/Jeep/Truk Sayur sampai desa Ngadisari 
  • Surabaya - Probolinggo sampai Desa Cemoro Lawang
Penginapan
  • Rumah penduduk di desa Ngadisari
     Ibu Mulyadi 08283396641/ 082895297127 (juga melayani penjemputan dari St. Malang dan                      penyewaan jeep)


  • Hotel Cemoro Indah Lawang 

No comments: