Friday, September 12, 2014

Pudarnya Sebuah Tradisi : Tatoo Mentawai

( For Travel & Fotografi Magazine, September '14 Issue)






Berada di tengah Samudera Hindia, kurang lebih 150km dari kota Padang di propinsi Sumatera  Barat menjadikan kepulauan Mentawai, yang  dibentuk oleh empat pulau yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan dikelilingi alam yang mengagumkan. Disinilah  berdiam suku Mentawai  yang hidup dengan mengandalkan hutan sebagai sumber kehidupan mereka selama berates-ratus tahun. 



Suku Mentawai memegang teguh kepercayaan aslinya yaitu  Arat Sabulungan. Mereka percaya bahwa segala sesuatu memiliki jiwa. Hewan, tumbuh-tumbuhan, batu, air dan ada berbagai macam roh yang mendiami seluruh alam semesta yaitu di laut, udara dan bahkan hutan belantara.
Tatoo atau melukis tubuh  merupakan  ciri khas yang menjadi spirit hidup bagi suku Mentawai karena memiliki hubungan erat dengan kepercayaan yang mereka anut. Tatoo bukan hanya sebagai symbol yang menunjukan bahwa mereka adalah orang Mentawai , namun Tatoo sudah melekat pada diri orang Mentawai  dilihat dari fungsi sosialnya, kosmologis, estetis maupun religious.  



Secara umum, ada enam macam motif tattoo Mentawai. Setiap motif dilukiskan di bagian tubuh tertentu dan melambangkan symbol untuk menghormati roh dan kepercayaan yang mereka anut. Motif yang pertama adalah yang terlukis di punggung, disebut juga Sarepak Abak, yang menggambarkan keseimbangan dalam kehidupan,  sebelum dan sesudahnya. Tattoo berupa Cadik atau penyeimbang yang  terdapat di perahu (pompon) yang merupakan alat transportasi mereka sehari-hari. Ini adalah tattoo yang pertama dibuat ketika mereka mencapai usia 7 thaun.  Motif yang kedua disebut Durkat/Dudukat, berupa ranting dan batang pohon sagu yang juga menggambarkan sebuah Jaraik. Jaraik adalah sebuah hiasan ukiran kayu khusus yang terdapat di setiap rumah suku Mentawai yang proses pembuatannya cukup rumit karena banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi dan dipercaya untuk menjaga seisi rumah dari roh jahat serta mengundang roh yang baik untuk masuk.   Bagian tubuh yang di tattoo Durkat  adalah mulai dari pusar terus memanjang ke dada hingga pipi. Dipercaya Tattoo ini adalah untuk mengusir roh jahat dan tattoo ini dibuat sebelum mereka menikah. Paepae Sikaoenan yang menggambarkan ekor buaya hanya di lukiskan pada lengan  seorang pria dimana buaya merupakan binatang keramat bagi suku Mentawai.  Begitu juga dengan Bouk motif yang hanya diperuntukan bagi pria, dilukis mulai dari pinggul melingkar ke belakang pantat dan paha hingga ke lutut. Gai Gai adalah motif berikutnya yang dilukiskan sepanjang lengan sampai jari pada wanita dan pria. Motif yang terakhir adalah Saliou, baik pria maupun wanita umumnya melukiskan motif ini di kaki hingga pergelangan kaki. 





Adapula perbedaan antara tattoo seorang Sikerei dan seorang pemburu. Tatoo seorang pemburu biasanya bermotif binatang sementara seorang SIkerei dapat di kenali dari tattoo ‘si balu-balu’ yang menggambarkan sekumpulan daun yang dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk rumbia pohon sagu. 



Tattoo disebut juga Titi dan hanya seorang tatoo artis atau disebut Sipatiti yang bisa melakukannya. Alat yang digunakan tergolong sederhana yaitu berupa sebuah jarum kecil berasal  dari tulang binatang atau duri tumbuhan lemon dan di pasang pada tangkai kayu disebut juga mabiau, sebuah batok kelapa sebagai wadah tinta/pewarna yaitu berupa campuran daun pisang, arang dari tempurung kelapa dan air tebu serta sebuah kayu sebagai pemukul yang disebut lili’pat. Sebelum di tato tubuh akan disketsa menggunakan tinta dan kemudian sketsa tersebut akan di tusuk dengan jarum yang di pukul perlahan dengan kayu pemukul hingga pewarna meresap ke dalam lapisan kulit. 



Belakangan tradisi mentatoo di masyarakat Mentawai mulai hilang. Beberapa generasi muda sudah tidak lagi mentato diri mereka dengan alasan sakit. Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah maraknya penebangan dan penggundulan hutan di kepulauan Mentawai yang berakibat akan hilangnya kehidupan dan kebudayaan suku Mentawai. 


Wednesday, August 13, 2014

Kicking Hanoi in Black & White


I always love Vietnam. I dont know why. Maybe just because they have lots of shady park where i can sit and sip my Cha Pe Da while staring at the crazy traffic motorbike. I just love it.
On my 4th visit to Vietnam, I set my self to go to Northern. Hanoi of course will be my first stop. Hanoi is now the country's center of economy, politics, culture and society.
Hanoi well known for typical tropical seasoned place of South East Asia with four season.
A bitter hot in August. Oh yes, very!


 Ho Hoan Kim Lake

Hoan Kim Lake used to called Luc Thuy Lake or Green Water Lake.



St. Joseph Catedral of Hanoi
Also known as Nhà Thờ Lớn, a short distance from Ho Hoan Kiem Lake. It was simply known as the "big Church", designed to resemble the Notre Dame Paris. St. Joseph becomes absolutely pack on Sunday as vietnamese now enjoy their freedom of worship. 



 Street Food

Street food can be found on the main street of Hanoi. Got stuck into duck's tounge, seafood, strange vegetables and flavour. Try seasonal fruits!


I thought it will be boring if i post traffic motorbike pics. Am i right?

*to be continued*

Time To Move On - My First Mirror Less




I've been a SLR shooter (4years) and a Digital SLR shooter ( 10 years) and now i can finally say it's time to move on.

Here are some other reason now i shoot mirrorless, SONY in particular

1. What am I going to be doing with photographer?
2. The weight, I've gone from a shoulder bending heavy dSLR
3. Candid is my best friend with handed size i held now
4. And mirrorless technology will change the future of photography. and I'm OK with that.

Oh My God..i felt like i jumped into the deep pool when i first use it. either i have to swim or sink.
Below is my first experiment at Lovina Beach, West Bali on last June.
surely, we still dont know each other better yet :(





 


Tuesday, August 12, 2014

Born To Be Wild @ Tanjung Puting, Borneo


(For GetAway! Magazine August'14 Issue)





Bosan liburan dengan menginap di kamar hotel? Cobalah anda terbang ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah dan sesampainya di kota Kumai sewalah klotok atau perahu local yang banyak bersandar di pelabuhan. Berlayarlah menyusuri sungai Sekonyer menuju Tanjung Puting.
Tanjung Puting atau yang lebih dikenal dengan Taman National Tanjung Puting merupakan tempat penelitian dan perlindungan khususnya bagi orangutan (Pongo pygmaeus) dan Bekantan (Nasalis larvatus). Pada masa pemerintahan Belanda area ini awalnya adalah merupakan cagar alam dan suaka margastwa dengan luas 305.000 ha yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Kehutanan di tahun 1984 menjadi Taman Nasional dan luasnya menjadi 415.040ha. Taman National ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai paru-paru dunia dan merupakan konservasi yang penting untuk melindungi binatang langka.

Untuk mencapai Taman Nasional Tanjung Puting, angkutan yang umum digunakan adalah ‘klotok’. Sebuah perahu tradisional bermotor berukuran sekitar 3m x 12m dan  terdiri dari dua geladak.  Geladak atas di fungsikan sebagai geladak utama yang dihuni penumpang atau wisatawan. Merupakan kabin terbuka yang disiang hari merupakan tempat bersantai menikmati perjalanan sepanjang sungai Sekonyer dan dimalam hari berubah fungsi menjadi ruang tidur terbuka diselubungi kelambu dan beratapkan langit . Geladak dasar digunakan oleh kapten, awak klotok, juru masak dan pemandu. Sedangkan geladak utama (atas) dihuni oleh penumpang atau wisatawan.  Seluruh kegiatan seperti makan, mandi , tidur semua dilakukan di atas Klotok yang selama dua hari menjadi rumah bagi kami.


 





Klotok yang kami sewa bertolak dari dermaga Kumai membelah Sungai Sekonyer, yang merupakan gerbang ke Taman Nasional Tanjung Puting. Sungai Sekonyer merupakan pemisah antara zona hutan penyangga di sebelah kiri dengan hutan bagian taman nasional.
Menikmati sungai Sekonyer diatas klotok yang melaju perlahan anda akan mengalami sebuah petualangan yang berbeda tentunya. Kumpulan Kera ekor panjang bergelantungan dipepohonan dan saling memandang ke arah kita, burung-burung yang beterbangan bebas di alamnya, dan bahkan jika beruntung satu dua ekor buaya akan terlihat sedang berjemur di pinggir sungai.
Lalu kapan bertemu dengan orangutan? Ada tiga camp tempat melihat orangutan yaitu Tanjung Harapan, Pondok Tanggui dan Camp Leaky. Pada jam-jam tertentu orangutan itu akan di beri makan atau yang disebut feeding time. Seorang ranger akan datang membawakan makanan berupa buah-buahan dan susu dan meletakannya di sebuah platform feeding dan kemudian memanggil orangutan. Jangan kaget kalau tiba-tiba muncul orangutan bergelayutan dari atas kepala kita.
Yang paling penting untuk dicatat dalam kunjungan kesini adalah ketika sedang tidak musim buah. Orangutan akan lebih sulit dijumpai pada saat ini karena mereka akan lebih menyukai tinggal jauh didalam hutan dengan mengkonsumsi buah-buahan yang tumbuh liar.

Selain difungsikan sebagai tempat feeding, Camp-camp tersebut juga merupakan merupakan tempat merehabilitasi orangutan sebelum mereka dilepas ke alam liar. Contohnya Camp Leakey yang berada paling jauh, rehabilitasi yang sudah ada sejak tahun 1971 dan didirikan oleh Dr. Birute Galdikas ini dikhususkan untuk orangutan yang masih sangat liar dari mereka bayi hingga usia 3 tahun.
Banyak yang bisa di pelajari ketika berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting.  Tentang riwayat orangutan, cara hidup dan perilaku hewan primata yang DNA nya hampir sama dengan manusia ini termasuk jenis makanan yang mereka konsums hingga teguran yang mengingatkan kita akan kepunahan mereka akibat adanya pembalakan hutan liar yang susah di cegah dan kolerasinya dengan kebutuhan manusia akan kayu dan yang sekarang marak terjadi adalah perubahan hutan alami menjadi lahan penanaman kelapa sawit. 



Dalam gelap dan sunyinya hutan borneo yang menjadi paru-paru dunia ini, perahu di tambatkan di pinggir sungai. Berhias bintang dan cahaya ribuan kunang-kunang, inilah satu-satunya homestay yang tidak punya pesaing. Belum lagi keesokan paginya anda akan di bangunkan oleh alarm berupa suara burung-burung dan jeritan keluarga bekantan sebagai morning greetings.
Tunggu apa lagi? Just Go Pack selagi masih bisa melihat orangutan hidup bebas di alamnya!


INFO

·        Transportasi & Akomodasi
Jakarta – Pangkalan Bun : Trigana Air http://www.trigana-air.com/
                                                   Kalstar http://www.kalstaronline.com
Harga tiket mulai dari 600rb-an oneway

Sewa Klotok , penjemputan bandara & penginapan hubungi  Pak Majid 085248590487

Rimba Ecolodge http://rimbaecolodge.com/      

·         River Cruise bisa dilakukan per paket mulai dari 1 hari hingga 4 hari.
                               

Tips
 T
TIPS :

  • Sebaiknya dilakukan berkelompok untuk lebih menghemat biaya sewa boat
  • Jangan lupa membawa obat anti nyamuk, tissue basah dan jaket tertama bagi yang ingin bermalam disepanjang sungai.
  • Sepatu hiking atau sandal gunung yang nyaman
  • Obat-obatan dan keperluan pribadi lainnya  karena hampir ¾ perjalanan adalah menyusuri sungai
  • Disarankan tidak perlu membawa terlalu banyak gadget, selain koneksi yang tidak begitu bagus pasokan listrik juga perlu penghematan atau bahkan mungin sama sekali tidak ada.
  • Bawalah snack karena di kapal hanya menyediakan main course dan coffe break.