Tuesday, November 19, 2013

Pantai Selatan Yogya - Teersheet


(For GetAway!Magazine, October'13)



Sejak lama saya merencanakan untuk menyusuri pantai - pantai  di selatan Yogya yang kabarnya memiliki panorama dan eksotika alam yang menawan. Bahkan di beberapa pantai- pantai tersebut hanya sedikit yang pernah menginjakan kakinya di sana alias masih perawan.  Perjalanan menyusuri pantai selatan Yogya melewati  bukit- bukit kapur dengan teras- teras  karang yang merupakan ciri daerah karst. Infrastuktur menuju kesana cukup bagus dan mengendarai motor sebagai alat transportasi adalah pilihan yang tepat.


Setelah kurang lebih 1, 5 jam melaju kendaraan, saya tiba di Pantai Baron. Pantai Baron merupakan sebuah teluk yang dikelilingi perbukitan karst, disinilah tempat pertemuan air laut dan air tawar yang berasal dari bawah sungai.  Banyak aktivitas penduduk yang bisa kita lihat disini. Beberapa orang tampak sedang bahu membahu menarik sebuah kapal nelayan yang baru tiba. Hasil tangkapannya memang tidak seberapa banyak namun buat cukup membuat saya excited karena baru kali itu melihat hasil tangkapan segar langsung dari laut. 


" sekarang ini musim tidak menentu. Kadang hasil tangkapan banyak kadang sedikit " kata Pak Marno, seorang nelayan sambil memperlihatkan hasil tangkapannya " kalau laut sedang kencang otomatis kami tidak berani pergi ( melaut) terlalu jauh"

Hasil tangkapan kemudian dibawa ke tempat pelelangan ikan yang tidak jauh dari bibir pantai. Pelelangan ini sekaligus dimanfaatkan sebagi tempat terjadinya transaksi antara nelayan dan pembeli yang notabene kebanyakan pemilik warung- warung yang tersedia di pinggir pantai yang juga merupakan tempat wisata alternatif apabila berkunjung ke Yogya.

Saya sengaja melewati beberapa pantai yang terlihat tidak ramai pengunjung. Pantai Siung misalnya, Pantai ini cenderung lebih senyap.  Begitu memasuki areal parkir saya disambut pemandangan tebing dan karang yang tinggi. Jajaran tebing yang tinggi seolah menantang untuk ditaklukan. Pasirnya putih dengan dengan air laut yang tenang.


Dibandingkan ketika pertama kali saya mengunjungi pantai selatan yogya, kala itu hanya beberapa pantai saja yang sudah popular, kali ini saya melihat sudah banyak penginapan di sepanjang jalan. Rupanya banyaknya wisatawan membuat masyarakat sekitar mulai menumbuhkan bisnis penginapan.  Polanya biasanya penginapan dan resto.




Hampir setiap waktu terutama ketika musim liburan tiba, Pantai- pantai selatan yang mayoritas memiliki ombak yang besar kerap kali menelan korban jiwa. Beberapa orang masih meyakini bahwa ketika jatuh korban itu adalah keinginan penghuni Pantai Selatan yang tersohor, Nyi Roro Kidul. Istilah mereka 'diambil' untuk dijadikan panglima atau prajurit kerajaan.

“ Pantai - pantai disini itu sebenarnya istimewa. “ kata salah satu nelayan yang siang  itu saya jumpai sedang mengumpulkan sejenis rumput laut di pinggir Pantai Ngobaran,  pantai berikutnya yang menjadi tempat persinggahan. Hamparan rumput laut berwarna hijau dan coklat juga beberapa jenis binatang laut tampak muncul dari sela- sela karang . Suara gemuruh ombak yang keras seolah- olah menjadi nyanyian baginya. Tidak ada sedikitpun saya liat kecemasan di matanya ketika gulungan ombak yang besar datang dan dari kejauhan , pecah jauh di pinggir pantai dan kemudian seolah luruh di kakinya.

" sebenarnya itu hanya karena tidak paham karateristik pantai- pantai disini saja " katanya " Disini, bahkan nelayan seperti saya sering mencari rumput laut atau memancing hingga ke tengah, karena kami sudah mengerti bahwa daerah ini aman ".

Daerah aman yang dimaksud disebut Plataran, ombak yang datang menepi tampak merata dan tidak sampai menghantam bibir pantai.  Secara ilmiah dijelaskan bahwa kebanyakan pantai selatan di Yogyakarta memiliki dasar laut laut yang curam yang oleh penduduk setempat di sebut Lebeng, ditandai dengan datangnya gelombang besar yang bergulung-gulung  tanpa diikuti pecahnya ombak hingga ujungnya menghantam bibir pantai dan menimbulkan lekukan yang menunjukan dasar laut yang curam.  Arus yang kuat akan berputar menuju ke tengah laut dan akan menyeret siapapun yang berenang di area itu.

Misalnya Pantai Parangtritis dikabupaten Bantul, selain paling sering di kunjungi wisatawan karena jaraknya yang relatif dekat dan mudah di capai dari kota, masyarakat Yogya dan sekitarnya meyakini bahwa Pantai ini adalah gerbang kerajaan bawah laut tempat tinggal Ratu Nyi Roro Kidul yang merupakan penguasa pantai- pantai selatan. Pantai Parangtritis merupakan salah satu tempat diadakannya upacara Labuhan yaitu salah satu upacara adat yang ada sejak jaman kerajaan Mataram berupa pemberian atau persembahan sesuai dengan kepercayaan bahwa di tempat tersebut pernah terjadi peristiwa penting yang berkenan dengan para leluhur raja. Walaupun yang menyelanggarakan adalah pihak keraton namun masyarakat merasa ikut memiliki karena diyakini berpengaruh terhadap kehidupan sosial dalam  membina keselamatan, ketentraman dan kesejahteraan khususnya masyarakat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Banyak versi mengenai siapa Nyi Roro Kidul. Salah satunya adalah bahwa dia seorang putri mahkota raja bernama Putri Kadita yang terkena penyakit dan akhirnya dibuang oleh ayahnya. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah jelmaan salah satu tujuh bidadari. Sementara menurut tradisi Mataram sendiri bahwa Nyi Roro Kidul adalah seorang putri yang dikutuk dan dijadikan ratu roh halus dengan istana di bawah laut. Tidak ada fakta yang kuat mengenai keberadaan Nyi Roro Kidul. Namun masyarakat tetap meyakini adanya suatu revelansi  antara pantai selatan dengan keberadaan Keraton Yogyakarta. Keyakinan masyarakat terhadap keberadaan Nyi Roro Kidul hampir selalu dikaitkan dengan keberadaan Panembahan Senapati sebagai salah satu pendiri dan penguasa kerajaan Mataram.  Dalam penjelasan Babad Tanah Jawi secara tegas menyiratkan bahwa Nyi Roro Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senapati untuk menjaga kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan dan masyarakat dari malapetaka.

Ada yang menarik ketika kita perhatikan adanya sebuah garis imajiner antara Gunung Merapi, Keraton Yogya dan pantai Selatan. Dan di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta sendiri ada sebuah bangunan yang dinamakan Sumur Gumuling, terletak di dalam kompleks Taman Sari ( Istana bawah Air) yang di yakini sebagai tempat bertemunya Sultan dengan Kanjeng Nyi Roro Kidul.

Beberapa pantai di sepanjang selatan Yogya sebenernya saling berdekatan satu sama lain namun dipisahkan oleh karang- karang yang hanya bisa di lewati ketika air surut.  Bahkan terkadang saya harus menerobos semak dan perdu atau bahkan menyeberangi air surut sambil berjalan di atas karang.

Lebih dari 30 pantai di sepanjang selatan Yogyakarta yang rasanya tidak akan cukup didatangi dalam waktu satu hari. Mulai dari Pantai Glagah di ujung barat hingga Pantai Wedi Ombo di ujung Timur, mulai dari Kabupaten Gn. Kidul ( Baron, Kukup, Krakal, Drini, Sundak, Indyanti, Sadeng dan sekitarnya), Pantai Selatan bantul ( Parangtritis, Samas, Kwaru dan sekitarnya) hingga pantai selatan Kab Kulon Progo ( Trisik, Glagah dan sekitarnya) semua memiliki karateristik dan keunikan sendiri . Sebagaimana keistimewaan yang disandang daerah ini,  Yogya memang istimewa.


Info

Jakarta - Jogya
hampir semua maskapai penerbangan melayani rute ke Yogyakarta
kereta api  www.ptkai.co.com



Jogya - Wonosari,
Bus umum sampai terminal wonosari dilanjutkan dengan menyewa motor karena belum ada transportasi umum menuju kesana.

Penginapan

  • Omah Suket ( Rumah Keong)
0821.3525558/0817.279545

  • Walet Guest House
0878-38601129/ 0821.33006501
Rp.500.000/malam/4 orang

  • Joglo Watu Kelir
0819.0404.4481/0823.2737.7377






No comments: