Tuesday, November 19, 2013

Sea Kayaking di Teluk Weda, Halmahera - Teersheets


(For GetAway! Magazine, September '13)



“Kamu tidak mahir berenang? Tidak usah khawatir. Laut disini hampir sama tenangnya dengan kolam biasa” . Begitulah kira-kira bujuk rayu Rob,  sang pemilik Weda resort ketika melihat saya hanya tercenung memandangi perahu panjang kecil dengan hanya sedikit bagian terbuka untuk tempat duduk dan selebihnya tertutup rapat. Langsung saya teringat menaiki perahu jenis serupa, terombang ambing menyusuri sungai ketika memasuki belantara Mentawai beberapa waktu lalu. Itu saja dulu sudah membuat saya gugup karena seolah-olah perahu tidak pernah seimbang dan cuma bisa pasrah menyerahkan nasib pada tukang perahu.  Apalagi ini saya harus duduk sendiri menghadapi lautan luas dengan gelombang yang ringan namun cepat.

“ Kano berbeda dengan kayak “ jelas Rob,  pria berkebangsaan Belanda yang sudah menjadi warga negara Indonesia dan pernah meraih penghargaan Kalpataru atas jasanya menjaga keindahan bumi Halmahera. “ Seringkali orang menganggap Kano dan Kayak adalah sama terlebih karena mereka digerakan dengan dayung. Kamu tidak perlu khawatir, Kayak didesain agar bisa menyesuaikan keadaan sehingga apabila kamu terbalik bisa langsung kembali ke posisi semula dengan cepat “. Well hello..kenapa harus terselip kata-kata “terbalik”.

Sambil menerangkan dia memperagakan cara menggerakan  dayung. Berbeda dengan kano yang hanya memiliki satu blade, kayak memiliki dua blade yang fungsinya untuk menjaga keseimbangan. Ini juga sudah diperhitungkan untuk menyesuaikan dengan bentuk kayak yang ramping.


Kurang lebih selama 15 menit mendengarkan penjelasan sang instruktur, saya mulai memberanikan diri dengan memasang baju pelampung sebagai langkah awal. Ini merupakan salah satu hal penting yang perlu diingat demi keselamatan dan mencegah hal yang tidak diinginkan. Sambil berusaha melupakan kata-katanya tentang “terbalik” saya membantu mengangkat perahu untuk membawanya ke air. Walaupun Sea Kayaking tidak terlalu merepotkan karena tidak menggunakan mesin, bahan bakar atau pun layar, tetap saja itu membutuhkan tenaga untuk membawa perahu yang kelihatan ramping dan ringan dari daratan. Sempat terlintas di pikiran bahwa mengangkat perahu  mungkin bagian dari olah raga tersebut .



Perahu tidak stabil ketika saya memulai langkah pertama masuk ke dalamnya, namun ini adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah ketika sudah duduk namun perahu masih miring ke kanan ke kiri. Ini disebabkan postur tubuh ketika duduk tidak benar.  Setelah saya merasa seimbang dan duduk dengan nyaman, kemudian saya mulai memegang dayung. Lima menit pertama saya masih belum mampu beradaptasi antara menjaga keseimbangan dan mengarahkan dayung dengan tepat. 

Beberapa waktu kemudian birunya laut dan segarnya angin laut membuat saya  lupa kemana saya harus mengarahkan perahu. Disamping karena saya sedang mengagumi diri sendiri berada di tengah lautan luas yang seolah milik saya pribadi, saya mulai merasa seperti Freya Hoffmeister, seorang wanita penggila olahraga Sea Kayaking yang pernah mengarungi lautan sejauh 15.000km mengelilingi tepi benua Australia. Saat ini Sea Kayaking memang sudah menjadi salah satu  daya tarik wisata bahari dan  penggemar Sea Kayaking kebanyakan adalah perempuan. 


Berbicara keindahan laut di wilayah  Indonesia Timur, rasanya tidak lengkap bila tidak menyebutkan tempat yang satu ini. Terletak di kabupaten Halmahera Tengah dan merupakan bagian dari propinsi Maluku Utara,  Teluk Weda yang terletak di sebelah tenggara pulau Halmahera merupakan salah satu pintu penghubung antara Samudera Pasifik dan laut Seram Utara. Selain memiliki 20 titik selam dengan keindahan hayati yang beraneka ragam, dimana tentunya surga bagi para pecinta photography underwater, beningnya air di perairan Teluk Weda juga seringkali membuat saya berhenti mendayung karena terpukau dengan keindahan terumbu karang yang langsung bisa dilihat dari atas perahu. Saya  juga berharap bisa bertemu lumba-lumba yang sering muncul di perairan ini.



Saya tidak punya kata yang tepat untuk menggambarkan nikmatnya mengarungi lautan dengan menggunakan sampan kecil yang kita dayung sendiri. Saya hanya teringat perkataan Albert Einsteen, “ Look deep into nature and then you will understand better, “. Mungkin beginilah rasaya ketika alam mulai menyatu dengan kita seperti halnya saya dalam perahu kecil ini dan samudera luas yang mengitari kami.  Diiringi cahaya senja Halmahera perlahan saya mengarahkan perahu menuju pantai .

Tips Menuju Ke Sana
·      Beberapa maskapai penerbangan seperti Sriwijaya Air dan Lion Air  melayani penerbangan dari  Jakarta ke Ternate. Dari bandara Sultan Babullah Tenate menuju pelabuhan Kotabaru kurang lebih 20 menit menggunakan ojek atau angkutan umum. Dari situ menyebrang dengan speedboat sekitar 45 menit dengan biaya perorang 50.000. Apabila tidak mau menunggu terlalu lama  bisa juga kita menyewa kapal seharga 300.000. Sampai pelabuhan Sofifi melanjutkan perjalanan darat 4 - 5 jam menggunakan mobil carteran kisaran sewa 700.000 untuk 7 orang penumpang. Sebaiknya pergi berombongan untuk menghemat biaya transportasi
·         Penginapan http://www.wedaresort.com/ . Anda tidak perlu repot membawa segala peralatan karena pemilik resort sudah menyediakan segalanya.
·         Mengingat rute yang panjang dan tentu saja dengan pemandangan yang mempesona baik ketika di laut maupun di darat, persiapkan perbekalan yang cukup selama di perjalanan. Banyak tempat- tempat cantik yang bisa disinggahi sepanjang Sofifi menuju Weda sehingga perjalanan tidak akan membosankan.


----000----

No comments: